Bab 1.4

23.1K 1.3K 22
                                    

.
..

Aaron agak frustasi begitu mendapatkan surat itu.  Surat yang berisi pesan singkat Rebecca untuk tidak mencarinya dan sebuah foto USG janin yang sedang tumbuh di rahim Rebecca. Wanita itu hamil anaknya dan ia tidak bisa dihubungi sama sekali.  Ingatannya kembali ke malam itu di mana ia menyadari bahwa itu adalah saat pertama Rebecca berhubungan intim dengan pria. Dan pria beruntung itu adalah dirinya.

Aaron menunggu dengan cemas nada sambung di teleponnya.  Ia menelepon rumah keluarga Osborne dari apartemen miliknya,  hingga tak lama kemudian seorang wanita mengangkatnya dan Aaron langsung meminta untuk dihubungkan dengan Rebecca.

“Halo,”

“Rebecca, aku-“

“Kau Aaron Klein?”

Aaron mengernyit heran. “Ya. Rebecca-”

“Katakan saja kapan dan di mana kita harus bertemu. Ini nomor ponsel baruku.” Kata wanita di seberang dengan nada yang dingin.

Aaron mengambil pena dan sticky note yang tak jauh dari pesawat telepon dan mencatat nomor ponsel baru Rebecca. Belum saja dia mengucapkan sepatah kata sambungan telepon terputus. Aaron menghela napas. Sudah  sewajarnya Rebecca terdengar marah seperti tadi. Dia sudah mengatakan sesuatu yang menyakiti Rebecca, seharusnya ia bersyukur karena wanita itu masih mau bertemu dengannya.

Rachel mendapati pesan dari nomor tak di kenal.  Aaron ternyata mengiriminya pesan dan koordinat tempat mereka bertemu dan itu saat makan siang nanti.  Rachel memutuskan memberitahu Aaron yang sebenarnya bahwa ia adalah Rachel dan bukan Rebecca. 

“Rebecca,” suara Magnus yang memanggilnya membuat Rachel bergegas ke teras belakang di mana Magnus biasa duduk.

“Kakek memanggilku?”

“Ah ya, kemarilah! Marilla sedang membuat catatan menu makan siang. Nah, katakan apa yang ingin kau makan siang ini.”

“Maafkan aku kakek. Aku ada janji dengan temanku untuk makan siang bersama di luar.”

“Ah sayang sekali.  KauKau mau kupinjamkan Land Rover tuaku?”

“Bolehkah? Aku sekaligus ingin berjalan-jalan sebentar siang ini.”

“Tapi maafkan aku, nak. Karena ini mobil tua tidak ada car navigator dan mobilnya terlihat usang.”

“Tidak apa-apa, aku ini mudah menghafal jalan dan jago membaca peta.  Mengendarai Land Rover tua adalah keahlianku.” Katanya sambil mengingat Land Rover tua milik ibunya.

Magnus memandangnya setengah geli. “Tentu saja. Nanti akan kuambilkan kuncinya di kamarku.”
Rachel mengangguk. Ia lalu melihat wanita tua juru masak itu dengan wajah meminta maaf. “Maafkan aku Marilla,”

“Tidak apa-apa Miss Rebecca.  Aku akan membuatkan sesuatu untukmu minum teh nanti sore.”

“Oh ya tentu. Aku ingin sekali pie cokelat buatanmu. Itu adalah pie cokelat terenak yang pernah kumakan.”

Marilla memandang Rachel takjub. Setelah Rachel pergi Magnus terkekeh.  Lalu memandang Marilla dengan penuh arti.

“Sudah kukatakan bukan? Dia adalah wanita lain.”

Rachel memarkirkan Land Rover Magnus di depan sebuah kafe khusus menu makan siang di selatan Myths dan dekat sekali dengan Universitas Myths.  Rachel sedikit banyak penasaran dengan sistem kuliah di Myths, karena ia sendiri tidak pernah pergi kuliah. Sekolahnya sejak kecil adalah Audene. Saat berusia 7 tahun ia masuk sekolah dasar Audene, lalu pada usia 10 hingga 15 tahun ia mulai tinggal di asrama dan belajar mengenai pengetahuan umum. Dan pada usia 16 tahun hingga 20 ia diperbolehkan memilih mata pelajaran yang ingin dipelajarinya dan kelas yang ingin dimasukinya. Karena ia menyukai teknologi, Rachel memilih masuk kelas Pemrograman Mobile. Tapi karena ia tidak terlalu mahir dalam pemrograman logika, ia ditempatkan di penerjemah desain saat bekerja. Tidak disangka pekerjaan yang bagi orang-orang sangat remeh ini menjadi sangat penting karena ketekunan Rachel. Para klien dan desainer software menginginkan Rachel menerjemahkan desain mereka dari mulai animasi bergerak hingga hal-hal remeh seperti tombol yang bisa memberikan efek menakjubkan dan mempercantik software ponsel.

Pertukaran IdentitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang