/ Malam Itu /
"Abis ngapain lo sampe bibir lo robek gini?"
Azraq meringgis kecil ketika kapas yang dipegang oleh Ara menyentuh ujung bibirnya. "Berantem sama preman."
"Preman mana? Biasanya lo nggak sampe main tangan kalo masalahnya sepele."
"Masalahnya nggak sepele. Dia nyakitin orang yang gue sayang."
Azraq menatap mata Ara dalam dan menahan tangan perempuan itu yang berada di ujung bibirnya. "Bilang ke gue kalo lo nggak akan ninggalin gue."
"Apaan sih!"
Ara bangkit dari duduknya dan menarik tangannya. Sebelum Ara sempat menarik tangannya sendiri, Azraq terlebih dahulu menarik tangan itu, membuat Ara terhuyung dan duduk dipangkuan Azraq.
Ara menunduk, malu menatap mata laki-laki itu karena air matanya keluar tanpa minta izin. Sedangkan Azraq menatap perempuannya dengan dada yang sesak, ia memeluk Ara erat.
"Gue nggak yakin bisa nunggu lo dengan semua perlakuan Bunda lo sekarang. Gue takut. Gue takut kalau sewaktu-waktu dia bawa lo pergi jauh dari gue. Sedangkan gue nggak bisa ngapa-ngapain selain diem."
Azraq mengusap kepala Ara lembut. "Kita bisa."
"Lo liat sendiri kan, malam itu?"
Ara menatap Azraq. "Lo liat sendiri tatapan mata Bunda lo yang natap gue sebagai sampah. Yang nyebut gue perempuan murahan. Dia juga nampar gue di depan banyak orang, nyuruh gue buat jauhin lo."
Ara menghembuskan nafasnya kasar. "Lo tau saat itu gue lagi frustasi gara-gara orang tua gue meninggal. Dan lo juga tau saat itu gue lagi sayang-sayangnya sama lo."
"Sedangkan lo, lo cuma nyaksiin semuanya di balik kaca jendela mobil mahal lo."
4/5/18
KAMU SEDANG MEMBACA
far away
Short Story❛❛ what can i do is just, go f a r a w a y. ❜❜ Ara kira, kisah percintaannya pada masa putih abu-abu persis seperti novel yang ia baca. Seorang laki-laki datang ke kehidupannya yang sudah hancur ini, membuat hari-harinya kembali berwarna lag...