Di sebuah pohon besar duduk seorang pria beralaskan koran sambil menutup matanya dan mengingat-ingat masa lalunya. Suara seorang anak kecil terus terngiang-ngiang di telinganya...
Kak, nanti aku balik lagi ya ke Jakarta. Kakak harus jadi pengantinnya aku...
Tiba-tiba seorang wanita muda datang dari arah belakang sambil langsung memeluk dan berbicara sendiri di depan pohon yang sedang di peluknya. Pohon yang sama di tempat Fandy berada.
Pohon cintaku sayang, apa kabarmu? Sudah lama kita tidak berjumpa. Pohon cinta, kamu masih ingatkan sama Ayu? Kamu nggak lupa kan sama Ayu? Ayu nggak lupa loe sama kamu.
Ucap Ayu memecahkan konsentrasi Fandy yang sedang melamun di bawah pohon besar tersebut. Fandy tidak mencoba untuk melihat atau pun mencari tahu siapa wanita yang ada di belakang pohon tersebut. Fandy hanya mendengarkan saja semua ucapan wanita tadi.
Pohon cinta? Lucu juga...
Ucap Fandy berbicara sendiri di dalam hatinya.Pohon cinta, kamu kok jadi kurus gini. Dulu kamu itu gendut, gendut banget. Sampai-sampai kedua tangan Ayu tidak bisa meluk kamu. Pohon cinta, ukiran Ayu masih ada kan di tubuh kamu?
Ucap Ayu sambil mencari-cari ukiran di pohon tersebut seinci demi seinci tanpa memperhatikan di sekitarnya. Tiba-tiba kaki Ayu tersangkut paha Fandy. Tubuh Ayu oleng ke depan secepat mungkin Fandy mencoba berdiri dan langsung menangkap tangan Ayu.
O...o...o...
Tiba-tiba terjadi tarik menarik antara tubuh Fandy dan Ayu yang sama-sama berdiri tidak seimbang. Tiba-tiba tubuh Ayu jatuh di atas tubuh Fandy dan cup...bibir Ayu dan bibir Fandy saling bersentuhan. Ayu dan Fandy sama-sama kaget. Ayu langsung cepat-cepat berdiri dari tubuh Fandy, duduk di samping Fandy dan menangis tersedu-sedu sambil berkata...
Mama...
Mama...Fandy speecless, kaget, bingung sekaligus pengen ketawa melihat Ayu yang menangis seperti anak kecil. Fandy pun duduk di samping Ayu sambil memeluk kedua kakinya sambil terus menatap wajah Ayu yang sedang menangis.
Ngapain loe lihat-lihat? Dasar cowok sialan loe, cowok brengsek loe. Ngapain tadi loe cium bibir gue?
Fandy tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Ingin sekali Fandy mengatakan...
Loe yang cium bibir gue, bukan gue yang cium bibir loe. Dasar abg genit...
Tapi Fandy tidak jadi mengatakan hal tersebut karena lagi-lagi Ayu menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil mamanya. Fandy langsung memasang earphone di telinganya. Ayu pun kembali berkata...
Mama, gara-gara cowok brengsek, cowok sialan ini, bibir Ayu nggak perawan lagi.
Ucap Ayu sambil menghentak-hentakkan kakinya di atas tanah. Fandy hanya diam saja. Ayu pun berbicara lagi...
Mama, apa yang akan Ayu katakan sama kak Didy? Kalau kak Didy tahu bibir Ayu nggak perawan gimana? Kalau kak Didy marah gimana? Kalau kak Didy nggak mau nikahin Ayu gara-gara bibir Ayu nggak perawan lagi gimana? Semua ini gara-gara loe...
Ucap Ayu marah dan langsung menoleh ke arah Fandy. Ayu sangat kesal saat melihat Fandy yang sedang memakai earphone. Ayu pun segera mencabut earphone di telinga Fandy dan langsung berlari meninggalkan pohon cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukiran Di Pohon Cinta (1-15 End).
Romance- Ayu Lavina : Gadis muda, cantik, lincah, pantang mundur, percaya akan cinta sejati. - Alfandy Latief : Pria dewasa, cool, tidak suka tersenyum, pendiam, tidak suka berteman dengan orang lain.