Keesokkan harinya...
Hi...kak Didy...
Nama kakak Fandy bukan Didy...
Iya kak Alfandy Latief...!!!
Ucap Ayu kesal.Kamu ngapain ke rumah ini? Kemarin ngapain kamu cerita ke bunda tentang kejadian di bawah pohon? Itu semua kan nggak sengaja. Kamu nggak ingat, bukan kakak yang cium kamu tapi kamu yang cium kakak.
Ayu hanya diam tidak menjawab sambil cemberut dan bertopang dagu di atas meja makan. Ayu pun teringat saat dia masih kecil, saat dia pertama kali bertemu dengan Fandy untuk pertama kalinya di taman komplek perumahan mereka berdua. Ayu sedang duduk di sebuah bangku sambil membaca buku dongeng, makan snack dan minum susu kotak. Tiba-tiba Fandy datang berdiri tepat di samping Ayu dan diam sambil menatap Ayu.
Kakak kenapa ngelihatin aku gitu banget sih? Kakak mau culik aku ya? Aku teriak loe, kalau kakak macam-macam sama aku.
Itu bangku aku.
Apa?
Kok bisa? Ini kan bangku taman.Setiap pukul 16.00 wib aku selalu duduk di situ. Pindah kamu dari situ, cari tempat duduk lain.
Apa?
Nggak mau, aku nggak mau pindah dari bangku ini. Mulai hari ini dan seterusnya, ini bangku aku. Lagi pula aku udah setengah jam lalu duduk di bangku ini.Ayu pun meletakkan snack-snacknya, susu kotaknya, buku-buku dongengnya dan tas dukungnya berjajar di atas bangku agar Fandy tidak bisa duduk dan pergi menjauh.
Aku nggak akan pergi dari sini sampai pukul 5 sore saat mbak Ina jemput aku.
Ucap Ayu pada Fandy. Ayu pun kembali melanjutkan membaca buku dongengnya sambil sesekali makan cemilan.
Ceritanya sedih sekali, kenapa bawang Putih sama seperti aku, tidak punya mama? Tapi untung papa nggak nikah lagi. Kalau papa nikah lagi, aku akan punya ibu tiri dan saudara tiri yang jahat seperti bawang Putih.
Ucap Ayu berbicara sendiri. Ayu pun melihat ke arah sampingnya. Ternyata
Fandy tidak bergerak sedikit pun dari tempat tadi. Ayu pun berkata...Kakak, kakak ngapain masih di sini? Kakak cari tempat duduk yang lain aja?
Fandy hanya diam dan terus menatap Ayu. Ayu pun memasukkan semua snack-snacknya, susu kotaknya dan beberapa buku dongengnya ke dalam tas dukungnya. Ayu pun bergeser ke samping kiri. Fandy lalu duduk di samping kanan Ayu sambil membaca buku kuliahnya dan membuka kotak kue yang di bawanya dari rumah. Fandy menikmati brownies dan Cup Cake buatan bundanya.
Wah, enak sekali Brownies dan Cup Cake nya. Kak, bagi donk kak kuenya...
Ucap Ayu menarik-narik ujung baju kaos Fandy. Fandy hanya diam tetap menikmati kuenya dan bacaannya. Ayu sangat kesal melihatnya tiba-tiba Ayu mengeluarkan susu kotaknya dan memberikannya pada Fandy.
Ini kak buat kakak, tapi tukeran ya sama kuenya 1 aja.
Fandy hanya diam tidak menjawab. Fandy pun memasang earphone di telinganya. Mulut Ayu menganga lebar, kemudian Ayu berkata...
Pasti kakak ini nggak pernah minum susu, makanya hatinya kecil. Papa bilang, orang yang nggak pernah minum susu, hatinya kecil.
Flashback End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukiran Di Pohon Cinta (1-15 End).
Romance- Ayu Lavina : Gadis muda, cantik, lincah, pantang mundur, percaya akan cinta sejati. - Alfandy Latief : Pria dewasa, cool, tidak suka tersenyum, pendiam, tidak suka berteman dengan orang lain.