Keesokkan harinya di rumah Ayu...
Dy, kamu nggak capek pulang kerja langsung ke rumah papa seperti ini? Kamu jangan ikutin kemauan Ayu terus...
Nggak apa-apa kok pa, lagi pula Fandy nggak capek.
Tuh kan papa nggak percaya Ayu bilangin, pasti kak Didy nggak capek lihat wajah Ayu yang cantik. Lagi pula Ayu itu nyuruh kak Didy ke rumah ini, biar bisa makan malam bareng papa. Ayu kan udah capek-capek belajar masak dari bunda.
Iya sayang. Ayu benaran kan mau lanjut kuliah dan saat udah lulus kuliah nanti mau jadi guru seperti mama dulu?
Iya pa.
Terima kasih ya sayang, papa senang banget dengarnya.
Ucap papa Ayu langsung memeluk tubuh Ayu.Sama-sama pa. Nanti saat akad nikah Ayu juga mulai pakai jilbab seperti mama dan bunda. Ayu sama kak Didy juga akan tinggal bersama papa untuk selama-lamanya.
Beneran?
Iya pa.
Alhamdullilah.
Semua itu berkat kak Didy loh pa...
Terima kasih ya Dy...
Sama-sama pa, terima kasih juga papa udah ngizinin Fandy menikahi Ayu.
Iya Dy.
Papa, papa nggak akan nikah lagi kan? Ayu nggak akan punya mama tiri kan?
Nggak sayang, asal kamu dan Fandy bisa kasih cucu yang banyak buat papa biar papa nggak kesepian. Nanti kan kamu sibuk dua-duaan terus sama suami kamu.
Iya pa, Ayu akan kasih papa, ayah dan bunda cucu yang banyak biar nggak rebutan.
_______________1 Minggu Kemudian...
Di bahwa pohon cinta Fandy berlutut di depan Ayu sambil memegang setangkai bunga Mawar Merah dan berkata...
Ayu Lavina, kak Didy menyukai kamu. Kak Didy menyayangi kamu dan kak Didy mencintai kamu segenap jiwa dan raga, hari ini, esok dan sampai maut memisahkan kita berdua. Will you marry me...
Ayu tersenyum bahagia mendengar semua ucapan Fandy. Ayu pun berkata...
Kak Alfandy Latief, Ayu juga menyukai kakak. Ayu juga menyayangi kakak dan Ayu juga mencintai kakak segenap jiwa dan raga, hari ini, esok dan sampai maut memisahkan kita berdua. Ayu mau banget nikah dengan kak Didy.
Fandy tersenyum bahagia mendengar semua ucapan Ayu. Fandy pun mencium kedua tangan Ayu dan berdiri. Ayu mencium setangkai bunga Mawar Merah tadi setelah itu mereka berdua duduk di atas tikar sambil berdiskusi dan mencatat keperluan pernikahan mereka berdua. Tiba-tiba Ayu teringat sesuatu dan berkata...
Kak, tulisan kakak di kertas dalam kapsul waktu dulu apaan? Kakak kok nggak mau kasih tahu Ayu. Kertasnya mana Ayu kan pengen lihat.
Ini sayang kertasnya...
Ucap Fandy sambil memberikan selembar kertas usang. Ayu pun segera membuka dan membaca tulisan yang ada di atas kertas tersebut. Tiba-tiba Ayu tersenyum saat membaca tulisan Fandy yang berbunyi :
" Apapun keinginan kamu, kakak akan wujudkan. "
Tiba-tiba Ayu tertawa dan berkata...
Kak, tulisan kakak kok jelek banget. Kayak tulisan anak SD, pantesan aja waktu itu di umpetin dari Ayu...
Sayang, yang penting tulisan di dalam kertasnya. Memangnya kamu nggak suka harapan kakak buat kamu 10 tahun yang lalu?
Suka kak, suka banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukiran Di Pohon Cinta (1-15 End).
Romansa- Ayu Lavina : Gadis muda, cantik, lincah, pantang mundur, percaya akan cinta sejati. - Alfandy Latief : Pria dewasa, cool, tidak suka tersenyum, pendiam, tidak suka berteman dengan orang lain.