Part 15 (End)

4.2K 182 1
                                    

1 Minggu Kemudian di hari Minggu..

Kak, sebenarnya ukiran Ayu di pohon cinta ini dulu mana sih? Kok Ayu cari-cari nggak ada, nggak pernah ketemu...

Sayang, kamu ini masih muda tapi pelupa. Waktu pertama kali bertemu kakak setelah 10 tahun yang lalu kita berpisah, kamu nggak ngenalin kakak. Katanya suka, sayang dan cinta sama kakak sejak kecil.

He...he...he...
Maaf kak, tapi beneran kok Ayu suka, sayang dan cinta sama kakak sejak kecil. Ini buktinya...

Cup...
Ayu berjinjit dan mencium bibir Fandy sekilas. Fandy pun tersenyum bahagia.

Sayang, kalau kamu mau cari ukiran kamu di pohon cinta ini, kamu harus balik jadi anak umur 8 tahun lagi donk sayang...

Maksud kak apaan? Ayu nggak ngerti...

Sayang, waktu kamu umur 8 tahun kan tinggi badan kamu kan kira-kira segini, jadi ukiran kamu di pohon cinta ini juga segini...

Ucap Fandy sambil mengarahkan tangannya ke bahwa seukuran tinggi badan Ayu waktu umur 8 tahun. Ayu pun cepat-cepat menunduk mencari-cari ukirannya di pohon cinta tersebut.

Ini kak ketemu ukirannya...
Ucap Ayu tersenyum bahagia, tiba-tiba Ayu berkata...

Tapi kok ukiran namanya jadi
Ayu ❤ Didy? Dulu kan ukiran yang Ayu buat itu Avin ❤ Didy.

Kakak yang ganti sayang.

Benarkah?
Memangnya kapan kakak gantinya?

Waktu pertama kali kakak tahu bahwa nama kamu itu Ayu bukan Avin. Terus ukiran namanya kakak perdalam biar nggak hilang.
_______________

Waktu pun berjalan begitu cepat, Ayu melahirkan kedua bayi kembarnya yang berjenis kelamin laki-laki. Papa Ayu, ayah dan bunda Fandy selalu bertengkar rebutan cucu, mereka bertiga selalu saling sabotase.

2 tahun kemudian Ayu hamil lagi. Ayu melahirkan seorang bayi laki-laki lagi sebelum 3 bulan dia sidang skripsi. Ayu yang sangat pusing dengan tugas skripsinya sering kesal dan stres saat tiba-tiba bayinya menangis.

Untung saja Ayu mempunyai suami yang dewasa dan cepat tanggap. Fandy sering membantu tugas skripsi Ayu bahkan bisa di bilang 70% tugas skripsi Ayu Fandy yang mengerjakan nya. Fandy juga sering menggendong tubuh Ayu saat Ayu tertidur di meja depan laptopnya.

Ayu pun sangat beruntung punya ibu mertua yang sangat baik dan sangat sayang padanya sejak dia masih kecil. Mungkin karena bunda Fandy hanya mempunyai 1 orang anak dan tidak mempunyai anak perempuan.

Bunda selalu mengambil alih mengurus ketiga anak-anak Ayu dan Fandy dengan bantuan seorang pembantu yang tinggal di rumah bunda. Apalagi saat Ayu sedang sibuk-sibuknya dengan skripsi dan ujian TA, bunda selalu membantu mengurus ketiga anak-anaknya.

Berkat kerja keras Ayu, dukungan dan doa dari semua anggota keluarga akhirnya Ayu lulus S1. Saat Ayu di wisuda, papa Ayu menangis dan berlinangan air mata bahagia apalagi saat Ayu bekerja dan lulus sebagai guru PNS di salah satu SD Negeri di Jakarta.

5 tahun kemudian...

Ayu dan Fandy memiliki 3 orang anak lagi. Ketiga anak Ayu dan Fandy semuanya perempuan. Ayu dan Fandy suka mengajak keenam anak-anak mereka bermain di pohon cinta sambil mengukir nama mereka semua di pohon cinta tersebut.

THE END.





Ukiran Di Pohon Cinta (1-15 End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang