11 // Suka

381 42 3
                                        

DON'T FORGET, READERZ!
✔ Vote
✔ Comment

ENJOY!















































































—LUCKY—

AKHIRNYA, ulangan semester akhir telah usai. Aku tidak perlu belajar lagi dan hanya leyeh-leyeh di apartemen.

Semuanya berjalan lancar, bahkan untuk Sejarah Indonesia pun tidak kerepotan. Ini berkat ajaran dari kak Daniel. Hehe.

Ting..Tong..

Aku menduga bahwa ini adalah kak Daniel. Gak mungkin kan kalau Acel, dia kan sekolah.

Aku segera membuka pintu apartemenku tanpa melihat intercom. Benar saja tebakanku, kak Daniel.

"Pagi, Na." Ucapnya sambil tersenyum manis.

Aduh, leleh aku.

"Kak Daniel ngapain pagi-pagi gini kesini?" Tanyaku.

"Masak lah, kan lo kudu makan makanan sehat." Jawabnya santai dan langsung menyerobot masuk ke dalam apartemenku.

Dia langsung menuju area dapur dan berkutat disana. Sedangkan aku, duduk di ruang tengah, sesekali menoleh ke arah ruang dapur.

Kak Daniel cukup sibuk disana. Aku menghampirinya, siapa tahu ada yang bisa aku bantu. Padahal gak berbakat di bidang masak memasak.

"Kak, ada yang bisa aku bantu gak?" Tanyaku.

"Gak usah deh, lo duduk aja disana, entar kalo udah siap lo bantuin bawa aja." Jawabnya.

Sedikit kecewa sih.

"Tapi, aku pengen belajar masak kak." Ucapku.

"Kan perjanjiannya abis konser k-pop belajar masaknya."

"Ya, kalo sekarang bisa nyicil, kenapa enggak?" Tanyaku.

Dia berjalan ke arahku yang duduk di minibar.

"Yaudah, tapi make celemek ya, sama pelindung tangan biar tangan lo gak luka." Ucapnya dengan lembut.

Aduh, beneran leleh ini aku.

Aku segera mencari celemek di lemari bawah. Setahuku Mami pernah menaruhnya disana.

Gotcha, ketemu.

Aku memakai celemek terlebih dahulu. Celemek bergambar Stitch, kesukaanku.

Namun tiba-tiba saat aku hendak menali-kan celemeknya, tangan kak Daniel melepaskan tanganku dari tali celemek dan dia mulai menalikannya. Aku tidak tahu seberapa dekat jarak antara kami, tapi yang pasti ini sangat dekat.

Hembusan nafas kak Daniel sampai membuat bulu leherku merinding.

"Udah."

Suaranya membuatku kembali ke dunia nyata.

"Jadi, aku harus bantuin apa kak?" Tanyaku.

Melihat banyak sekali bahan-bahan yang berceceran di meja dapur.

"Mending kamu bantuin motong wortel, bisa gak?" Tanyanya.

"Aku coba ya, kak." Jawabku.

LUCKY FT KANG DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang