Prolog

10.5K 763 39
                                    

Krist melirik pria disampingnya yang terlihat tampan dengan setelan jas hitamnya sedang tersenyum simpul ke arah aktor pendeta di depan mereka yang tengah mengajukan pertanyaan pada diri pria disampingnya ini.

"Apakah kamu, Singto Prachaya, menerima Krist Perawat sebagai teman hidupmu dari saat ini hingga seterusnya, dalam keadaan baik maupun buruk, dalam kaya maupun miskin, dalam sehat maupun sakit, mendampinginya hingga maut memisahkan kalian?"

Seharusnya yang di sampingku, mengucap janji suci bersamaku, adalah seorang gadis cantik dengan gaun putih elegan. Bukan seorang laki-laki dengan jas hitam nya, yang bahkan aku saja baru mengenalnya seminggu ini.

Krist terus menggerutu di dalam pikirannya, menyesali keputusannya mengambil acara variety show ini. Walau begitu ia tetap memasang senyum simpul nya, karna sekarang semua mata dan kamera tertuju ke arah mereka.

Diliriknya pria disampingnya ini, yang dengan masih tersenyum menunggu sabar sang pendeta menyelesaikan kalimat nya. Lalu pria disampingnya itu menoleh dan menatapnya, menatap mata hitam miliknya sebentar kemudian memperlebar senyum nya sebelum akhirnya ia menjawab.

Ada desiran kecil yang mengalir di hati Krist ketika Singto menatapnya tadi, Krist tidak yakin apa itu tadi. Walau sebentar tapi debaran itu ada.

"Saya, Singto Prachaya, menerima Krist Perawat sebagai teman hidup saya. Saya berjanji untuk menjaganya dalam keadaan baik maupun buruk, dalam kaya maupun miskin, dalam sehat maupun sakit. Saya akan mencintainya dan setia kepadanya seumur hidup."

Blehhh

"Dengan ini kalian ku nyatakan sebagai sepasang kekasih teman hidup."

Suara riuh mulai memenuhi ruangan, tepuk tangan dari teman-teman, para staff acara, dan beberapa penggemar mereka terdengar begitu keras.

Singto menoleh ke arah Krist, menggenggam tangan Krist dan tersenyum memamerkan deretan gigi putih nya. Ia terlihat begitu bahagia, atau terpaksa terlihat bahagia mungkin. Krist membalas genggaman Singto dan ikut tersenyum kepadanya.

"Kau boleh menciumnya."

Ucapan dari sang aktor pendeta ini sontak membuat Singto dan Krist menoleh ke arahnya menatapnya kaget, juga membuat suasana ruangan menjadi sunyi. Yang ditatap hanya tersenyum miring, dan terkekeh. Tak selang beberapa detik dari kesunyian, tiba-tiba dari belakang terdengar seseorang berteriak.

"Cium!"

Krist dan Singto menoleh ke arah suara itu, dengan masih menggenggam tangan. Dan lalu ruangan pun kembali riuh lagi, meneriakan kata yang sama serta bertepuk tangan menyuruh mereka agar segera melakukannya.

"Ahaha kami tidak..."

Ucapan Krist terpotong ketika ia merasakan sebuah tangan mendarat di pinggangnya dan lalu menariknya maju, hingga sebuah bibir lembut menyentuh bibirnya.

Suasana ruangan pun semakin riuh, teriakan para wanita fujo dan para penggemar mereka semakin keras memenuhi ruangan itu.

Dengan mata tertutup Singto menciumnya lembut, dan lalu menyesap bibir Krist sedikit sebelum akhirnya ciuman itu lepas.

Walau begitu kenapa hati ini berdebar dibuatnya? Argh sialan ini semua karna acara tv bodoh itu.

●●●
Halo peraya friends!
Cerita ini terinspirasi oleh variety show dari korea "We Got Married" hehew
[16.04.2018]

We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang