•••
"Kit.. Kit.. Bangun."Singto memasuki kamar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, tangan satunya memegang handuk baru yang masih kering. Singto baru saja selesai mandi. Singto lalu berjalan ke balkon kamarnya dan menjemur handuk nya disana. Diliriknya Krist yang masih saja belum terbangun. Singto menghela nafas dan lalu menghampiri Krist yang masih tertidur cantik di kasur. Ia lalu mendudukan dirinya di kasur, samping Krist.
"Kit.. bangun, udah jam 8." Ucap Singto sambil menggoyang pelan badan Krist yang terbalut selimut itu.
"Beri aku lima menit lagi."
"Ngga bisa Kit. Bentar lagi semua kamera ini akan menyala, kamu mau orang-orang ngeliat wajah bantal mu yang penuh iler ini huh?"
Tidak ada jawaban dari Krist, dengkuran Krist malah terdengar lebih keras dari sebelumnya. Singto menghela nafas dan lalu berbisik tepat di telinga Krist.
"Kit.. bangun." Ucapnya dengan nada rendahnya. Krist mulai bergerak tak nyaman, Singto lalu melanjutkan aktifitasnya kali ini ia meniup pelan telinga Krist. Krist semakin merasa tak nyaman, ia menggeliat dan menutup telinga nya dengan tangannya. Singto masih terus meniup-niup telinga Krist, Krist lalu berdecak sebal. Ia membuka matanya dan menoleh ke samping. Betapa terkejutnya ia ketika yang ia lihat adalah wajah tersenyum Singto yang hanya berjarak sejengkal itu. Krist langsung bangun dan terduduk.
"Oii P'Singto? Kok bisa..."
Krist mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang berbeda dengan penampakan kamarnya, ia lalu teringat.
Ohiya aku kan ikut WGM
"Udah balik kan nyawanya?" Singto terkekeh. Ia lalu berdiri dan mengulurkan tanganya, memberi handuk kepada Krist. "Sana mandi. Bentar lagi semua kamera ini menyala, mau nanti orang-orang ngeliat mukamu yang ileran begini?"
Krist melirik Singto sebentar, wajahnya cemberut masih kesal karna ia bangun bukan karna kemauannya sendiri. Percayalah bangun sendiri tanpa paksaan orang ataupun alarm adalah tidur yang paling nikmat. Krist lalu mengambil handuk dari tangan Singto dan mulai berjalan ke kamar mandi dengan sedikit sempoyongan.
Selagi Krist mandi, Singto merapihkan kasur. Mulai dari membenarkan sprei, melipat selimut, hingga membenarkan posisi bantal-bantal. Singto lalu berjalan ke dapur dan membuat dua gelas coklat panas. Tidak beberapa lama, Krist yang sudah berpakaian santai dengan handuk tergantung dilehernya itu, memasuki ruang tengah dan berjalan ke arah meja bar. Ia lalu mendudukan dirinya di kursi.
"Bikin apa P'?"
"Coklat panas, mau?"
Krist mengangguk, Singto lalu meletakkan segelas coklat panas di meja bar depan Krist. "Uii kelihatannya enak, makasih P'." Singto tersenyum sebagai balasannya. Krist lalu mengambil gelas itu dan meniup-niup nya pelan membuat asap mengebul dari gelas itu.
Singto melirik rambut Krist yang masih basah, bahkan masih meneteskan air itu. Ia lalu menghampiri Krist, mengambil handuk yang tergantung di leher Krist, dan lalu meletakkannya di kepala Krist.
"Kalo ngga langsung dikeringin nanti ketombean lho."
Singto mulai mengusapkan rambut Krist dengan handuk, menggosok-gosoknya pelan. Krist menunduk membiarkan Singto agar lebih leluasa melakukannya. Jaraknya dengan Singto kini sangat dekat, kepalanya bahkan menyentuh dada bidang Singto. Tercium lagi olehnya wangi parfum khas Singto, bunga violet.
Krist tersenyum simpul. Entah kenapa wangi ini, perlakuan Singto itu, membuatnya nyaman. Dan tanpa mereka sadari, kamera-kamera pengawas itu sudah menyala dari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
Fanfiction"Seharusnya yang di sampingku, mengucap janji suci bersamaku, adalah seorang gadis cantik dengan gaun putih elegan. Bukan seorang laki-laki dengan jas hitam nya, yang bahkan aku saja baru mengenalnya seminggu ini. Walau begitu kenapa hati ini berdeb...