~~~
Krist menyesap lagi Cappucino yang ia pesan tadi, tertinggal beberapa foam Cappucino nya di bibir atas Krist. Sejak 10 menit tadi ia bertemu dengan Singto, suasananya sedikit canggung diantara mereka. Belum ada yang memulai percakapan setelah insiden pertemuan tak terduga mereka tadi itu.
Singto yang duduk di seberang Krist, dari tadi hanya meminum Americano nya sambil sesekali mencuri pandang ke arah Krist. Krist yang sadar itu, lalu menghela nafas.
"P'Sing kenapa ngeliatin aku dari tadi?"
Singto yang tertangkap sedang memperhatikan Krist pun terkekeh. "Engga, aku hanya masih tidak menyangka." Setelah mengatakan itu, tiba-tiba saja tangan Singto sudah ada di depan bibir Krist. Berniat menghapus sisa foam di bibir Krist. Krist yang terkejut, sedikit memudurkan kepala nya.
"Oii P'!"
"Diam lah sebentar Kit, aku hanya ingin menghapus foam itu saja."
Singto pun menghapus sisa foam itu dengan telapak jempol nya, Krist hanya diam sambil mengalihkan pandangannya. Setelah menghapus itu, Singto menarik kembali tanganya. Ia lalu menatap telapak jempol nya.
Jangan dihisap. Jangan dihisap.
Krist memperhatikan Singto, takut-takut Singto akan menghisap jari bekas mengelap bibir nya itu, seperti dalam drama-drama picisan. Singto yang merasa diperhatikan melirik ke arah Krist, senyum jail nya lalu terbentuk.
"Apa? Kau berharap aku menghisap jari ini huh?" Tanyanya meremehkan. Telak. Krist membulatkan matanya, ia merasa saat ini kuping nya sedang berubah warna menjadi merah. Ia lalu mengalihkan pandangannya lagi.
"Apaan sih, engga P'."
Krist yang salah tingkah itu kembali menyesap Cappucino nya dan tak lupa untuk langsung menghapus sisa foam di atas bibir nya. Singto terkekeh, ia mengambil selembar tissue dan mengelap jempol nya itu.
"Ngomong-ngomong P', aku ngga tau kalo P' mau masuk dunia entertain. Dengan nilai begitu, aku pikir P' ingin jadi pegawai kantoran dengan pangkat tinggi."
Singto kembali terkekeh. "Aku juga ngga tau, tiba-tiba udah begini aja. Yah kalo kata orang sih No one knows what future will give you..."
Krist mengangguk mengiyakan kalimat Singto, ia kembali menyesap Cappucinonya. Singto melirik Krist dan lalu menyunggingkan senyum miringnya. "...and now future has given you to me."
Ingin rasanya Krist menyemburkan minuman yang ada di mulutnya saat ini setelah mendengar kalimat cheesy Singto itu. Baru beberapa menit mereka berbincang, tapi Singto sudah menggodanya dua kali. Mereka pun berbincang-bincang dengan topik ringan, sekali-kali mereka membahas tentang masa-masa kuliah mereka dulu. Mereka bahkan terkekeh bersama, seperti teman lama yang akhirnya bertemu. Krist terlihat begitu nyaman berbincang dengan Singto, kekhawatirannya akan kecanggungan antara ia dan pasangannya nanti, sirna begitu saja.
Yah untung ini P'Sing
Hingga salah satu crew WGM kembali menyerahkan mission card berwarna merah muda itu kepada mereka, menghentikan perbincangan mereka. Krist menerimanya dan lalu membacanya. "Teruntuk pasangan Singto dan Krist..." dengan bersamaan, mereka berdua terkekeh mendengarnya. "...selamat atas pernikahan kalian. Dibawah ini adalah alamat untuk rumah baru kalian, dimana nantinya kalian akan menjalani kehidupan bahagia sepasang kekasih. Sekarang, silahkan menuju rumah baru kalian."
Krist lalu memasukkan kembali surat itu ke dalam amplopnya. "Yap P' seperti yang kau dengar kita harus segera ke rumah baru kita."
"Oke. Kamu ikut mobil ku aja ya." Singto bangun dari tempat duduknya sambil mengeluarkan kunci mobil dari saku nya. Krist ikut bangun dari tempat duduknya dan tak lupa ia membawa buket bunga mawar orange yang tadi diberikan Singto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
Fanfiction"Seharusnya yang di sampingku, mengucap janji suci bersamaku, adalah seorang gadis cantik dengan gaun putih elegan. Bukan seorang laki-laki dengan jas hitam nya, yang bahkan aku saja baru mengenalnya seminggu ini. Walau begitu kenapa hati ini berdeb...