10. Setelah Jub

4.5K 522 86
                                    

•••
"Sial sial sial! Maksud P'Sing tadi apaan nyium aku begitu?"

Krist menjambak rambutnya frustasi, matanya memerah menahan amarah dengan kelakuan Singto tadi. Seumur-umur hidupnya selama 23 tahun, belum pernah namanya seorang Krist Perawat mencium seorang pria. Mungkin pernah, dan itu adalah ayahnya. Selain itu tidak pernah, bahkan pipi sekalipun.

Krist memandang pantulan bayangannya di cermin, diliriknya bibir merah itu yang sedikit membengkak. Ia meraba bibirnya, teringat lagi olehnya kejadian tadi ketika bibir itu bertemu dengan bibir Singto. Bagaimana pria itu menyesap lembut bibir miliknya. Wajahnya memanas ketika kejadian itu memasuki pikirannya.

"Argh sialan!"

Tiba-tiba seseorang membuka pintu toilet, muncullah Singto setelahnya. Dengan wajah santai, Singto berjalan menghampiri Krist. Ia lalu berdiri di sebelah Krist dan mencuci tangannya di wastafel. Krist sedikit terkejut, ia lalu membenarkan tatanan rambutnya. Berniat mempertanyakan apa maksud kejadian tadi pada Singto.

"P'Sing!"

Seolah tidak ada yang terjadi, Singto menoleh ke arah Krist dan tersenyum. "Kit." Ia kembali menoleh ke depan dan mencuci tangannya. Krist sedikit menganga, tidak percaya dengan sikap Singto yang seolah-olah tidak ada yang terjadi itu. Krist lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"P'Sing apa maksud P' mencium ku di depan banyak orang begitu?"

Singto menyelesaikan pekerjaan mencuci tangannya, ia mengeluarkan sebuah sapu tangan dari saku celananya dan mengelap tangannya dengan itu. Ia lalu menghadap Krist, menyandarkan badannya di wastafel toilet itu sambil tersenyum miring.

"Kenapa huh? Kau suka?"

"Yang benar saja! Kau pria, aku pria. Kau menciumku tepat di bibirku, disaksikan banyak orang, direkam oleh kamera, dan kau pikir aku akan suka?"

Singto tertawa, ia lalu berjalan mendekati Krist. Singto yang semakin mendekat, membuat Krist mundur dengan perlahan. Singto terus berjalan mendekati Krist hingga punggung Krist menyentuh dinding toilet. Singto lalu meletakkan tangannya di samping Krist, mengurungnya disana.

"Jadi..."

Dengan jarak sedekat ini, dan tatapan Singto itu, membuat jantung Krist berdetak lebih cepat. Matanya yang semula menatap mata hitam milik Singto, perlahan turun menuju bibirnya.

"...kau lebih suka ciuman tanpa disaksikan orang-orang huh?"

Wajah Krist memerah setelah mendengar pertanyaan Singto itu. Jantungnya berdetak tak karuan. Melihat itu membuat Singto terkekeh.

"Kau gila!"

Krist mendorong Singto dan lalu keluar dari toilet. Ia melangkahkan kakinya dengan lebar sambil mengacak-acak rambutnya.

Orang itu kenapa sih? Sialan.

Berdebar dan amarah membuat dirinya  merasa sedikit panas, ia lalu membuka lagi satu kancing kemejanya. Ia terus melangkahkan kakinya dengan kasar, hingga sekumpulan penggemar menghadangnya dan beberapa juru kamera mulai mengarahkan kamera mereka ke arahnya.

"Kyaaa P'Kit! Bagaimana ciumannya?"

"Apa bibir P'Sing yummy?"

"Jantungmu apa kabar Kit? Ahaha."

"Uii look at those swollen lips ihiw."

"Kit kenapa kamu terlihat berantakan setelah keluar dari toilet?"

Belum sempat Krist menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, tiba-tiba sebuah tangan terlingkar dilehernya. Krist menoleh, ia lalu mendapati wajah tersenyum Singto.

We Got MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang