Bab. 5

1.4K 182 5
                                    

"Eh ada nak Tristan" sapa sebuah suara yang adalah mamanya Chelsea bernama Vanya yang baru saja bergabung dimeja itu bersama dengan sang anak gadisnya.
"Lama kita tidak ketemu ya, tante kangen lo" lanjutnya.

"Mami ih gaa usah ganjen" tegur Chelsea .

"Alah bilang aja kalo kamu cemburu kan" goda Vanya membuat wajah Chelsea memerah.

"Apaan sih Mi, Dad iniloh mami godain aku terus" keluh Chelsea beralih pada ayahnya yang sejak tadi hanya memperhatikan dalam diam.

"Kamu kayak gaa tau mami kamu aja sih sayang, dia hanya bercanda" sambil mengelus rambut anaknya, ayah Chelsea  berusaha menenangkannya.

Lalisa yang melihatnya hanya bisa tersenyum masam sambil berusaha menahan rasa sesak yang entah kenapa tiba-tiba menyerang dadanya.

"Oh ya ini siapa Tris, gaa kamu kenalin ke tante? " tanya Vanya melirik tertarik ke arah Lalisa.

"Ini Lalisa tante, temen sekolah Tristan" jawab Tristan memperkenalkan Lalisa.

"Bearti temen kamu juga dong Sea" tanya Vanya beralih kearah anaknya.

"Nggak mungkin lah Mam, mana mau aku temenan sama anak kelas buangan" terang Chelsea tersenyum mengejek kearah Lalisa membuat gadis itu mendengus pelan dan beralih menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil melipat tangan.

"Kelas buangan? " tanya Vanya bingung.

"itu lho Mam, kan aku pernah cerita kalo diangkatan aku ada satu kelas yang isinya anak gaa berprestasi sama bandel semua kan. Nah kita-kita sering nyebutnya kelas buangan, dan si Lalisa ini salah satunya" terang Chelsea. 

"aduuh nak Tristan kok mau sih temenan sama anak bandel gitu. Gaa baik lho buat pergaulan kamu. Mending mainnya sama Chelsea aja yang sudah jelas keluarganya dan pegaulannya baik-baik, iya ndak jeng Diana" kini Vanya beralih meminta dukungan pada mamanya Tristan.

"bagaimana seseorang itu tidak bisa dinilai hanya dari mana dia berasal Tan, tapi bagaimana cara mereka bersikap. Meskipun kelas kami dinilai bandel seenggaknya kami gaa pernah bersikap sombong ataupun congkak" balas Lalisa menegakkan posisi duduknya.

"Lo ngatain gue sombong? " tanya Chelsea tidak terima.

"Oh lo ngerasa? " balas Lalisa sebiasa mungkin menampilkan wajah polosnya.

"Udahlah Lis" pinta Tristan menggenggam sebelah lengan Lalisa namun gadis itu justru melepasnya pelan.

"Kamu gaa pernah diajarin sopan santun sama orangtua kamu yaa, pantes aja masuknya kelas buangan" cibir Vanya.

"Duh maaf banget yan Tan, mama saya adalah orangtua terhebat yang saya punya. Beliau selalu mengajarkan saya apa itu pentingnya sopan santun dan tanggung jawab, serta menghargai orang lain. Dan selalu memperingatkan saya untuk tidak mengambil ataupun merebut hak yang bukan milik kita. Jadi saya harap anda bersedia menarik kalimat anda barusan"
"Sepertinya saya harus pergi, maaf ya om, tante karena sudah mengganggu acara makan siang anda, saya pamit dulu" akhirnya Lalisa pun memilih pergi namun tidak lupa berpamitan dengan kedua orang tua Tristan.

Sedangkan Tristan sendiri bingung antara mengejar Lalisa atau tetap disana karena kedua orangtuanya kini tengah menatapnya dalam diam. Namun tak lama sang mama pun memberi isyarat untuknya agar menyusul Lalisa. Mengerti dengan kemauan mamanya Tristan pun berpamitan untuk menyusul Lalisa.

Sambil berlari menuju pintu keluar, Tristan terus berusaha menelfon ponsel Lalisa, namun beberapa kali menelfon masih tetap tidak ada jawaban dari gadis itu. Setibanya dipintu keluar Tristan berhenti untuk kembali mencoba menelfon Lalisa, cowok itupun langsung mengacak rambutnya ketika kembali sang operatorlah yang menjawab telfonnya.

Your Love -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang