Bab. 8

1.4K 169 2
                                    

Lalisa baru saja keluar dari ruang guru dan hendak kembali ke kelasnya ketika sejenak ia terpaku melihat siapa yang berjalan dari ujung lorong menuju ke arahnya. Dan saat keduanya berpapasan pun Lalisa masih terdiam, ketika beberapa langkah seorang itu telah melaluinya barulah Lalisa membalikkan badan.

Namun ketika ia melihat sebuah benda yang terjatuh dilantai koridor, gadis itu pun memberanikan diri untuk memanggil orang itu.

"Om maaf" sapa Lalisa menyusul langkah pria paruh baya yang baru saja berpapasan dengannya. Pria itupun berbalik karena merasa ada yang memanggilnya.

"Ya?" ucap pria paruh baya itu menatap bingung ke arah Lalisa.

"Ini punya om bukan? Tadi jatuh" ucap Lalisa mengulurkan sebuah dompet pada pria itu. Sang pria pun memeriksa kantung celannya dan tersentak ketika sadar kalau dompetnya tidak ada.

"Ah iya, terima kasih ya" ucap pria itu tersenyum ke arah Lalisa yang dibalas senyuman pula oleh Lalisa. "Kita sepertinya pernah ketemu ya?" tanya pria itu setelah terdiam mengamati wajah Lalisa.

"Iya om, om ayahnya Chelsea kan? Nama saya Lalisa Manoban yang dulu ketemu bareng Tristan di mall" terang Lalisa menatap lurus kearah pria itu.

Sejenak pria itu terdiam mendengar nama panjang gadis dihadapannya.
"Nama kamu Lalisa Manoban?" tanya pria itu sekali lagi memastikan.

"Iya om, mama saya sendiri yang menamainya" jelas Lalisa tersenyum cerah ke arah pria itu. "Kalau om?" tanya Lalisa membuyarkan lamunan pria itu.

"Oh, nama saya Evan" jawab pria itu yang ternyata bernama Evan. Lalisa pun mengangguk mengerti. "Em kalau boleh tau, nama mama kamu siapa?" tanya Evan ragu. Lalisa sempat tersentak sesaat sebelum kembali tersenyum semakin lebar.

"Nama mama saya Al.. "

"Lisa!" panggilan itu sontak membuat Lalisa menoleh dan tidak melanjutkan perkataannya, gadis itu pun melihat sahabatnya Rose berlari mendekatinya.

"Lo kemana aja sih, kita cariin juga dari tadi. Buruan ke kantin yuk, udah pada laper nih" ajak Rose merangkul pundak Lalisa dan dijawab anggukan oleh gadis itu. Lalisa pun kembali menatap ke arah Evan.

"Eh maaf ya om, Lalis mesti pergi nih, sampai jumpa lain waktu ya om" pamit Lalisa sebelum berbalik karena tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh Rose.

Evan sebenarnya ingin menahan langkah Lalisa, namun ia sudah tidak sempat karena gadis itu sudah lebih dulu ditarik sahabatnya. Menghela nafas pelan, Evan pun kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kantor kepala sekolah. Namun baru beberapa langkah pria itu kembali berbalik menatap ke arah kepergian Lalisa tadi.

"Mungkin hanya kebetulan" gumam Evan sebelum kembali berbalik.


#####



Setibanya di kantin, Rose langsung menarik Lalisa untuk memesan makanan, Lalisa sendiri sedang tidak ingin makan dan hanya memesan segelas jus pada Rose. Sambil menunggu Rose selesai memesan, Lalisa pun mengedarkan pandangannya ke sekitar area kantin untuk mencari dimana teman-teman sekelasnya duduk.

Namun tatapannya justru bertemu dengan Tristan yang juga tengah melihat ke arahnya. Cowok itu pun memberi isyarat pada Lalisa agar duduk disampingnya, namun dengan tegas gadis itu menggelengkan kepala.

Setelah pesanan mereka siap, Lalisa dan Rose pun segera bergabung dengan teman-teman mereka.
Baru saja Lalisa mendudukkan diri ia merasa ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk.

Tristan : knpa duduk dsna?

Lalisa : ya kan tmn2 gue dsni

Tristan : tapi cowok lo kan gue

Your Love -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang