8. Carlos

35 4 0
                                    

"Siapa?", Kataku.

"Yang tanya", Katanya sambil tertawa.

"Siapa nama lo", kataku tidak menanggapi lawakannya. Lucu sih.

"Mau tau aja sih kamu, nanti juga bakal kenal", katanya tersenyum.

"Lah, terus gua manggil lo apa? Kan aneh kalo tanpa nama"

"Panggil aja, Carlos"

"Itu nama asli lo?"

"Bukan sih, gue ngarang aja", katanya sambil garuk-garuk kepalanya.

Yah elah, kenapa harus pake nama palsu. Kan aku mau tau nama aslinya siapa. Bener-bener misterius ni orang.

Lalu aku memesan makanan, kalau aku kasih tau, sebenernya Carlos ini ngajak dinner di tempat yang mahal banget. Aku aja pakai baju yang seadanya aja. kaos oblong, celana levis panjang hitam, rambut di kuncir kuda. Bener-bener sederhana penampilanku.

Sedangkan Carlos ini, dia memakai jaket hitam yg bermerek, aku gatau sih nama jaketnya, memakai celana levis yang celana di lututnya robek segaris gitu, rambut seperti oppa oppa korea gitu.

"Hei, kok bengong aja liatin gue? Naksir ya sama gue?", katanya goda aku.

"Dih, gasudi ya", kataku langsung membuang muka.

Carlos hanya tertawa.

Lalu pesenan kami pun datang, aku cuma beli es teh doang, yang harganya kira-kira 40 Ribuan. Es teh aja udah mahal, apalagi makanannya.

Sedangkan Carlos ini, dia beli makanan yang aku pengen. Tapi, aku mana bisa membelinya, aku aja bawa uang seperlunya.

"Lo mau?", katanya sambil menatapku.

"Engga engga, gue dah kenyang"

"Tapi di mata lo itu, pengen.", katanya lagi-lagi menggodaku.

"Ih apaan si, udah--" kataku terputus.

Tidak sangka, Carlos menyuapiku. Aku yang disitu hanya diam melamun.

"Enak kan?", Katanya menatapku senyum.

"Mm..", kataku mengangguk.

"Mau lagi?"

"Udah udah, ini makanan punya lo. Masa gue yang makan"

"Yaudah iya", katanya tersenyum manis. Suka sih. Ok no baper-baper, ingat, lo baru kenal dia. Jangan percaya sama dia dulu, demi Leo.

---

Akhirnya selesai juga makannya. Carlos tidak membawaku pulang, justru dia malah membawaku ke suatu tempat. Kemana ya? Kok aku takut.

---

...
...
...

"Kenapa? Kok bengong?", katanya sambil menatapku bingung.

"Nga..ngapain disini?"

"Ayo! Gue yang traktir ni!", katanya gembira.

Ma, Pa help me. Untuk yang pertama kalinya aku diajak ke rumah hantu. Kalian tau? Aku benci sama yang namanya rumah hantu, angker, segala macam yang seram.

"Carlos, gue gamau kesini. Gue.. Gue takut"

"Ayolah! Sekali ini aja, melatih lo biar lo ga ketakutan", katanya gembira.

"Tapi kan ini udah malem Carlos..", Kataku ketakutan.

"C'mon girl, i want to go in! Come with me", katanya sambil mengulurkan tangannya. Sok inggris.

"Carlos.."

"Let's go!", katanya sambil menarikku kedalam.

----

Aku hampir saja pingsan di dalam. Kenapa masih ada aja gitu rumah hantu malem-malem? Aku bingung terus kenapa Carlos biasa-biasa aja? Dan anehnya ya, pas setan buatan itu ngeliat Carlos, mereka kayak takut gitu sama Carlos. Padahal Carlos gak kenapa-napa. Ya walaupun gitu, aku juga takut!

"Carlos, mau pulang"

"Hmm, segitu doang?"

"Lah? Emang kenapa?", kataku dengan suara yang habis ketakutan.

"I will miss you, cutie", katanya dengan muka melas. Lebay deh.

"Lho? Kan bisa sms-an aja?"

"Tapi, kalo sms-an bosen"

"Telfon?"

"Gamau, maunya tatap-tatapan gini", Lagi-lagi dia memasang muka yang bikin aku cemas segala macem. Padahal baru kenal Vir!

"Kamu kayaknya--", Omonganku terputus karena ada suara hp-ku berdering.

"Halo?"

"Oi, lu dimana?"

Aku melihat muka Carlos yang sedang ngomong bersamaku tapi lewat bibir yang tidak bersuara. Mengingatkan supaya dia tidak bersamaku. Tapi kenapa?

"Ahh, lagi jalan-jalan"

"sama siapa?"

"Se..sendiri"

"Lu dimana sekarang? Gua jemput sekarang juga"

"Eh, gausah Yo. Gua bisa pulang sendiri, ini lagi di jalan juga"

"Gabisa Vir, lu harus gua jemput. Udah malem banget Vir", katanya dengan nada khawatir. Aww. Oke lebay.

Lalu Carlos bilang supaya dia tidak menjemputnya. Aku disuruh cari cara biar Leo gak jemput aku.

"Mm. Leo, lu gausah jemput gua plis"

"Lu kenapa sih? Gua khawatir sama lu tau gak, masa lu pulang jam segini? Cewe masa pulang malem. Gua jemput ya"

-tut tut-

Telfon dimatiin Leo. Leo bener-bener keras kepala, terus gimana nasib ku? Kalo aku ga nepatin apa yang Carlos mau, bisa-bisa dia ngelakuin sesuatu yang engga-engga.

"Jadi, dia mau jemput lo?"

"I..iya"

"Yaudah lo ikut gue", katanya sambil menarikku.

"Eh! Mau kemana lagi?", aku berusaha melepaskan genggamannya tapi gabisa, terlalu kuat.

"Udah diem aja"

Leo, Kenzo-- Kok Kenzo yang dipikirin? Kenapa ada Kenzo nya? Ahhh bodo. Siapapun, tolong.

BERSAMBUNG.

Prince Of ICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang