12

21 3 2
                                    

Seandainya  waktu bisa dimundurkan
Seandainya memory bisa dihapus
Akankah semua kembali?
Itu hanya mimpi
Rievy18

-----------
Aku berlari terengah-engah memasuki lobby rumah sakit.  Jantungku berdetak tak karuan,  pikiranku tak mau diajak bekerjasama.  Ada apa?  Apa yang terjadi? Pertanyaan itu berkutat di otakku sejak menerima telpon dari kak Zain.  Secepat kilat aku merapikan buku dan menarik tasku dengan sembrono. Aku ijin ke kantor guru dan langsung naik taksi di depan sekolah. Dan disinilah aku. Dengan wajah kusut dan wajah gobyos dengan keringat. Kuambil telponku.

"Kak,  aku di lobby. "

"Ya". Klik.  Telpon mati. Cuma seperti itu.

Celingak celinguk ku cari wajah kak Zain diantara petugas berbaju putih.  Tak lama kak Zein muncul. Wajahnya mencoba tersenyum, meski aku tahu dia tampak lelah.

" Ayo, Ve.. " dia menggandengku,  dan berjalan dalam diam. Kami melewati lorong-lorong yang tak pernah kulewati sebelumnya. Dan sepertinya ada yang dipikirkannya..seberat itu kah?

"kak? "

"Hmm.. "

"Siapa?  Kenapa menelponku tiba-tiba?" sebenarnya aku tidak ingin bertanya tapi aku tak suka digantung begini.  " Aryakah? " tanyaku pelan. Ya Tuhan,  jangan.  Mohonku dalam hati.

Kak Zain menghentikan langkahnya. Menatapku, iba dan sedih.

"Kak?? " aku menatapnya meminta jawab.

"Sabar ya, Ve. Kamu pasti kuat. Dia perlu kamu, De.. " kak Zain memelukku , mencoba memberi kekuatan.
Dan hatiku? Ada kesedihan mendalam tercipta tiba-tiba. Mataku berkaca-kaca.

"Ayo, de.. " Kak Zain menggandengku. Di depan sebuah ruangan besar bertuliskan ICU Kak Zain berhenti.  Kemudian dia menuntunku masuk ke ruang tunggu keluarga di sampingnya.  Kulihat tante Silvia dan Om Danu ada di situ.

Tante tampak menangis di bahu Om Danu, mata beliau bengkak dan merah. Oh Tuhan, apa yang terjadi.

Tante mendongak saat menyadari kehadiranku.
"Eve.. Sini nak"panggilnya lembut. Aku mendekat dan duduk disamping tante.

"Tante... " dan aku menangis.. Airmata ini tak sanggup ku bendung. "Semoga dia cepat sembuh tante, dan tante yang kuat ya". Aku kemudian memeluk tante. Beliau membalas pelukanku. Saling menguatkan.

" Sana nak lihat dia. Dia menunggumu". Beliau berbisik ditelingaku.

Kutatap beliau tak percaya.  Beliau mengangguk.
" Sana masuk. Ada Rein".

Aku memandang kak Zain yang ada disampingku. Ia mengangguk.
"Kami masuk dulu, Tante" pamitnya.

---------
Kak Zain memasangkan baju Scoot ke badanku, talinya dibelakang tubuhku,  juga memakaikan masker kewajahku, menutup mulut dan hidung. Aku juga harus menganti alaskaki dengan sendal khusus ruangan itu. Tasku ditaruh di loker. Aku steril. Kak Zain melakukan hal yang sama denganku.

Bunyi mesin-mesin diruangan ini membuatku tak nyaman. Disini sepi.  Hanya ada bunyi mesin itu yang terdengar nyaring.  Udaranya juga dingin. Beberapa perawat khusus berlalu lalang mengecek tanda vital pasien.

Di ruang kedua,  aq melihat kak Rein berdiri disamping sebuah tempat tidur di dekat pintu. Ruang itu pun terbuat dari kaca. Ada 6 tempat tidur disitu.  Hanya 3 yang terisi.

"Sini, Ve." ujar kak Rein.  Ia menuntunku kesampingnya. " Dia tak sadar Ve, sejak tadi malam. Suhu tubuhnya tinggi terus,  semalam dia perdarahan dari hidung terus,  dan akhirnya tak sadarkan diri."Jelas kak Rein. "Bicaralah dengannya, dia bisa mendengarmu. " Matanya berkaca, ia mengelap pipinya dengan punggung tangannya.
Kak Zain menepuk bahu kak Rein,  menguatkan.
"Kami keluar sebentar, De". Kata Zain. "Klo ada perubahan,  pencet tombol merah itu". Aku menggangguk.

Dan mataku menatap ke arahnya. Ia terbujur di tempat tidur dengan diam, sungkup oksigen dipasang di mulut dan hidungnya. Di tubuhnya tampak beberapa kabel,  dilengan dan kakinya juga. Selang infus juga berada dilengannya.

Wajah yang selalu tersenyum itu kini pucat.
Tak kusadari,  airmata ini meleleh
lagi. Berlahan, ku dekati tubuh yang tergolek lemah itu, aku duduk disampingnya, kuraih telapak tanggannya dan ku genggam erat.  Berharap ada balas, tapi tak ada.

"Bangunlah,kumohon, aku datang." Doaku dalam hati.
_----------

Maaf lama tak update ya..
Moga bisa mengobati rindu kaluan padaku hihihi...

Give me vote n a little note ya.. Mksh Rievy.
Publish 18-4-2018



I LoVe (the End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang