9

21 2 12
                                    

Dear malam, 
Aku menyapamu,
ingin kau membalutku dalam dinginmu,  membekukan luka dihati,
ingin kau bantu dalam menumbuhkan butir asa mungilku
dalam keheningan yang bermakna pada kehidupan cinta.
------bye Rievy18-----

please give me a little note💌 and vote ⭐.
thankyou...
Publish 4maret2018
-----------------

Aku berbaring di bed ini.
Suster,  menusukkan jarum steril ke lenganku. Awalnya sih kerasa sakit,  sedikit, pas menusuk kulit,  tapi pas sudah masuk ke pembuluhnya dah tidak terasa sakit lagi.  Darahku mengalir dari selang kecil menuju kantung. Satu kantung WB bisa berisi 250-350cc darah.

Kudengar kak Zain sedang bercakap dengan seseorang diruang sebelah. Sepertinya itu teman kak Zain yang mendonorkan darah untuk Arya.
Syukurlah, biar Arya bisa cepat di transfusi.

Selesai diambil darah,  suster menyerahkan sebuah tas kertas padaku. " Ini,  mbak silahkan dinikmati dan semoga sehat selalu" . Ujarnya.

Diluar ruang duduk PMI,  kak Zain mengajakku duduk.  Dia mengeluarkan susu cair kaleng,  sebutir telur dari tas tadi. Entah ada apa lagi dalamnya.
"Ayo dimakan dulu.  Biar nga pusing".
Aku menganguk. 

Setelah selesai kak Zain mengajakku ke ruang rawat inap Arya,  Pavilliun 1.

Ku ketuk pintu ruang itu perlahan.  Saat masuk mama Arya ada disana.  Tante kayaknya habis nangis, matanya tampak sedikit sembab. Arya terbaring lemah di bed nya.  Bibirnya agak pucat.  Gara-gara perdarahan tadi. Tapi ia tetap tersenyum saat melihatku.
Setelah basa basi sebentar tante minta tolong padaku. Padahal aku mau pamit pulang.

"Duduk sini Ve, temenin Arya dulu ya,  tante keluar sebentar.  Ada yang mau tante beli".

Kak Zain yang sigap langsung mengiringi tante menuju pintu. "Zain antarkan ya, tante."
"Ve,  tunggu sini ya", lanjutnya padaku.

"Kak,  nitip teh kotak ya. " ia mengacungkan jempolnya padaku.

Aku duduk disamping bed Arya.  Miris melihat lukanya dimana-mana. Di tangannya juga terpasang selang infus. Aku senang bisa menemaninya, hanya saja aku juga merasa malu hanya karena berduaan dengannya disini. Aku menatapnya. Dia pun menatapku.

" Kenapa Ya?  Perlu sesuatu?  tanyaku.

"Nga".

"Masih kerasa nyeri, Ya?" tanyaku lagi.

" Sudah tidak terlalu Ve.  Cuma masih agak pusing."

" Nanti klo sudah ditansfusi paling pusingnya juga berkurang,  darahmu banyak hilang. Kata kak Zain gitu. "Jelasku. Memang sih klo darah di tubuh kita berkurang banyak,  suplai oksigen di otak juga berkurang,  jadi agak pusing gimana gitu,  pandangan agak berkunang,  keringat dingin.
Makanya Arya di infus dulu,  sembari nunggu darah dari pendonor datang. Gitu tadi kata kak Zain panjang lebar.

"Ve,... "panggilnya.

"ya? "kaget karena melamun.

" tolong,  ambilkan minumku dong." Dia menunjuk gelas diatas meja kecil.
Aku berjalan memutari bed dan mengambil gelas yang di maksud.
" Ya,  kepalanya ku naikkan sedikit ya". Dia mengangguk,  dan kutekan remote yang ada disisi bed-nya.

Ku sodorkan gelas kearahnya. Dan tangannya berusaha meraih gelas yang ku beri.  Karena tangannya agak bergetar,  pegangannya tak terlalu kuat dan refleks tanganku memegangi gelas itu sebelum airnya tumpah. Tangan kami bertumpuk di badan gelas. Rasanya waktu berhenti sesaat. Dia hanya bisa membeku menatapku. Aku pun sama kagetnya.. rasa panas menjalar diwajahku.

"Maaf" katanya grogi.

"Ehh.. anu, Ya,  biar Ve aja yang pegang gelasnya." ujarku kikuk. Kutahan gelas dengan tangan kiriku sebagai alasnya. Dan tangan kananku menjaga badan gelas stabil saat dia melepaskan tangannya. Kemudian kuarahkan sedotan ke bibirnya.
Ia meminum air dengan tergesa, pandangannya di tundukkan ke gelas. Mungkin malu.

"Sudah Ve, Mksh".

Ku letakkan gelas kembali ketempatnya.

Dia berusaha mengambil tissue disampingnya,  tapi kesusahan. Aku membantunya.  " Untuk bibirmu?" tebakku.Ia mengangguk. Dengan cekatan kusapukan tissue disudut bibirnya yang basah.Seperti membersihkan bibir bayi yang belepotan susu. Dia hanya menatapku. Ah cuek aja. Namanya juga jaga orang sakit. padahal.. hatiku deg-degan juga.

" Makasih Ve, dan tolong kembaliin posisi bed-nya".
"Iya.. " Ku tekan remote untuk posisi lurus.

Trus kami sama-sama diam tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aku berdoa semoga kak Zain cepet balik,  biar ceper pulang.

"Ve,...tadi dah ngobrol sama Mily 'kan?  Gimana menurutmu?  Anaknya baik loh." Arya tiba-tiba bertanya, memecahkan keheningan, menatapku penuh makna dan tersenyum.

Hah?  Nih orang lagi sakit,  masih sempet aja,  nanyain tentang orang lain.  ihhh,  rasa pengen ku jitak aja.

" Arya..,  bisa nga sih urusin kondisimu dulu?
Masih luka di mana-mana masih sempet aja ngurusin orang." Omelku. " Ia,  Mily baik.  Dah bantuin kita.Trus kenapa?? " , cerocosku, agak jengkel.

Dia hanya ketawa kecil.
" Suka sama dia? " tanyanya lagi.

" Kamu itu.... " ucapanku terputus saat ada yang mengetok pintu.
Tante, kak Zain dan seorang perawat masuk. Ditangannya ada sekantong darah.

" Arya, ini darahnya dah mau di transfusikan, aku sama Ve pamit dulu ya,  besok ku jenguk." Sembari menepuk bahu Arya.

" Ve pamit ya,Tan." akupun mencium pipi tante.
Kemudian aku beralih menghadap Arya
"Cepat sembuh ya", ku jabat tangannya lembut. Dia meremas hangat tanganku dan tersenyum tulus. "Makasih,Ve"......"Eh Nga ada yang lupa ya?? "tanyanya.

Aku menatap bingung. "Apa? " tanyaku.

" ini", dia menunjuk pipinya.  " Aku belum di cipika cipiki kaya". Sambil nyengir.

Hah??!

Spontan Tante dan kak Zain tertawa mendengar jawaban Arya.
" kamu itu!". Wajahku merah beneran nih. M A L U.
" Arya cuma bercanda Ve". Kata mama Arya,  bijak.
" Iya tante,  nga pp... " Kak,  Ayo kak kita pulang". Kak Zain mengangguk dan merangkulku dengan setengah tertawa.

"Mari tante." pamit kami.  Dan kami pun keluar dari ruang itu.
Syukurlah kak Zain berhenti mengejekku sesampainya di mobil. Klo nga,  pasti aku dah nangis.

Tak terasa temaran senja sudah mulai menghias kaki langit. Pantes badanku rasanya capek banget. Dirumah aku dan kak Zain disambut mom dan dad dengan pelukan hangat. Setelah membersihkan tubuh kami makan malam bareng. Aku rindu suasana ini.

Kupejamkan mataku,  berharap besok bisa bangun pagi.  Besok masih hari sabtu. Sekolah menanti.. Mesti tanpa Arya.

------🌸🌸🌸---

Thankyou for all readers and noter. 
Moga nga bosan dengan ceritaku.. Have nice day
Rievy




I LoVe (the End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang