2

4.5K 554 96
                                    


"Wadaw"Naruto imut, cuman bisa ngelus puncak kepalanya yang di jitak penuh cinta dari ayahanda dan kaka kanda yang tengah menertawakanya.

Mata kucingnya sudah berkaca kaca, siap numpahin mutiaranya.

"Papah tidak akan kena tipu lagi sekarang, jadi jangan sok imut"ujar Minato.

Tapi Naruto, tetep bersikekeh. Matanya malah udah berkacak kacak

"Papah tega yah, bilangin mamah biar tahu rasa, gak dikasih jatah sebulan sekalian"

"Ya udah tinggal mamah kamu gak usah di kasih dolar"

"Tapi ini sakit pah"?

"Sakit apanya"?

"Kaki naru ke injek pah"

"Oh"

Minato hanya senyum watadosnya, sedangkan Naruto mulai memainkan air mata buayanya.

"Ini sakit lo pah, gak kasihan pada Naru " ujar Naruto sambil menatap jempol kakinya yang membiru.

Tiba tiba aja Itachi berlutut, dan melihat mata kaki yang bebas kutu air, apalagi bau kaki,kaki nya itu mulus semulus keteknya boneka barbie.

"Bapak mau ngapain" tanya Naruto .

"Mau ngobatin kamu, masa mau nikahin kamu"jawab Itachi.

Tiba tiba Sasori  berkata.

"Hati hati chi, dia itu bocah tukang gombal, aku juga pernah jadi targetnya"

Itachi  diam  saja, dia tak memperdulikan  ocehan si merah teman, satu permaina , satu popok, satu kerjaaan tapi tidak satu rahim.

Kalau satu rahim, mana bisa ia nyered si kuning ke plaminan.

"Tukang curhat"

"Terserah,   dari pada  jago ngengombal tapi masih jomblo". Ujar  Shasori.

*ps fem deidara.

"Iya yang baru taken mah beda,"

Itachi, diam diam nguping tuh.

'Jadi si idiot ini, masih sendiri. Kok samaan'

"Eh gak apa apa jomblo, yang penting  samaan dengan pak Itachi"

Itachi  lalu berkata.

"Kita tidak samaan ya, kamu perempuan saya laki laki"

"Eh pak, itu mah orang orang juga pada tahu. Tapi statusnya loh" ujar Naruto, sambil  ngangkat ngangkat alis.

"Beda, kamu itu jones, saya itu singgel"ucap Itachi, yang melengos begitu saja.

Naruto  tidak terima langsung teriak.

"Pak mulutnya minta di cipok ya"

Minato  dan Sasori  hanya memperhatikam mereka, kalau Sakura  dan Ino, udah di antar pulang, sama dua briptu.

Itachi  berbalik dan mengacungkan jari tengahnya, memembuat Naruto melongo dan Sasori  serta Minato  yang tertawa.

"Lah pak Itachi bisa gaul juga"

Itachi  mengurut keningnya lelah, lagi dan lagi ia harus ber urusan dengan anak atasanya yang paling menyebalkan, dan nakalnya gak ketulungan. Kalau begini terus bisa bisa ia minta resigen.

Sedangkan  Naruto, dia hanya tertawa  watadosnya melihat  wajah kusut, laki laki yang menjadi  bawahan ayahnya.

Iya, saat ini Itachi  di suruh mengantarkan Naruto  ke rumahnya, karna si kyubi di sita sang papah tercinta selama sebulan.

Naruto jadi sedih, gak bakal bisa modusin si polisi  ganteng  yang tengah duduk menyetir mobil di sampingnya.

"Pak, bapak tahu tidak"

"Hn"

Keluarlah kata kata keramat yang bikin  Naruto  keki setengah mati.

Hembuskan keluarkan, hembuskan  keluarkan. Dan suara tangisan bayi itu pun memecah ke heningan, eh ternyata ringtone dari hp Itachi.

"Saking 'singgelnya' ringtone nya juga tangisan bayi hihi"

"Jangan banyak komentar kamu" Ujar Itachi, yang menyimpan hp nya, setelah membaca pesan dari bunda tercintanya.

"Si bapak, ngegas mulu" gerutu Naruto .

"Terserah  saya"

"Ya ya ya, terserah  bapak. Yang penting  bapak senang"

Itachi hanya melirik sekilas,  ke arah gadis yang tengah memainkan hpnya.

Ia heran, si gadis kurang kerjaan itu tumben menghiraukannya. Kok gaj seneng ya kalau di php in kaya gini.

Lah lah di sini siapa yang php.

"Pak, "

"Apa"? 

"Jutek amat sih"

"Terserah saya "

"Pak, kata katanya kok singkat amat sih"

"Saya bukan kamu, yang banyak ngomong "

Naruto  manyun tapi dia tak habis akal.

"Pak"

Tidak  ada tanggapa, dari yang di
tanya.

Naruto  tidak habis akal,  dan pantang untuk menyerah mendapatkan hati doi.

"Pak, bapak tahu gak perbedaan dari, boy. Sunggokong. Dan bapak. "

Itachi tidak menjawab, dia terus melajukan mobilnya.

Naruto,melanjutkan  ucapanya.

"Kalau  boy itu raja jalanan, sunggokong  itu raja kera, kalau bapak itu raja di hati ku  😘😘😘

"Ckiiiiiit"

Itachi, menatap  Naruto  tajam.

"Kamu saya tilang"

"Lah kok di tilang lagi"

"Malam ini kamu nginap di aparteman  saya, sebagai hukumanya"

"Ampun pak. Jangan kawinin saya, saya masih kecil"

TILANG HATIKU(end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang