|08|SELESAI REVISI ☑

8.1K 698 6
                                    

(Cast Hyerin)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cast Hyerin)

















Gue terbangun dari tidur setelah mendengar bel rumah berbunyi. Gue pun segera berjalan dan membukakan pintu utama.

Dua orang pria bertubuh besar dan berwajah sangar menatap gue dengan tajam.

"Saya sudah memberikan kesempatan satu bulan untuk kamu melumnasi hutang sepeninggalan ayah kamu. Dan sekarang kesempatan itu sudah habis. Serahkan uangnya sekarang juga!" Ucap salah seorang pria bertubuh besar berkulit gelap.

Gue menelan ludah kasar.

"Sa-saya... Belum dapat u-uangnya," ucap gue terbata-bata.

Kedua pria bertubuh besar itu menatap gue dan kemudian berkata, "Kalau kamu tidak bisa bayar, segera tinggalkan rumah ini!"

Gue terkejut. Ini rumah gue beli dari hasil kerja keras selama ini.

"Ta-tapi--" belum sempat gue menyelesaikan perkataan gue, kedua pria bertubuh besar tersebut menarik paksa gue keluar.

Mereka masuk lalu menutup pintu dan cukup lama mereka kembali lagi sembari melempar sebuah tas ransel milik gue yang berisi beberapa pakaian gue dan barang-barang gue.

Gue menangis sejadi-jadinya. Dan berusaha masuk ke dalam rumah gue. Namun lagi-lagi gue di tarik paksa keluar dari rumah.

"Pak saya mohon kasih saya kesempatan sekali lagi! Saya mohon pak!" Ucap gue dengan suara parau memohon.

"Saya sudah memberikan kamu kesempatan cukup lama, namun kamu sia-sia kan."

"Pak, saya nggak menyia-nyiakan kesempatan yang bapak beri. Saya bekerja untuk mencari uang. Tapi lihat keadaan saya sekarang pak! Jadi saya mohon beri saya kesempatan lagi! Ini tempat tinggal satu-satunya punya saya pak, saya janji bakal melunaskan hutang ayah saya. Saya mohon pak!" Ucap gue sambil menangis.

"Saya nggak akan beri kamu kesempatan lagi. Sekarang kamu pergi tinggalkan rumah ini!"

"Pak kalau rumah ini bapak ambil, saya mau tinggal dimana?"

"Saya nggak peduli!"

Tangisan gue semakin pecah. Gue terus menangis sambil mengusap perut gue.

"Maafin ibu ya sayang!" Ucap gue pelan masih mengelus perut gue.

Perlahan gue berjalan meninggalkan rumah sembari menenteng tas di tangan. Gue bingung harus bagaimana.

Tidak mungkin gue mau terus-terusan minta bantuan Jisoo. Selama ini Jisoo sudah sangat baik sama gue. Jisoo juga sudah menganggap gue seperti saudara kandungnya. Bahkan kedua orang tua Jisoo saja sudah menganggap gue sebagai anak mereka.

Akhirnya gue kepikiran untuk menjauh dari Jisoo. Bukannya apa, gue cuma tidak mau merepotkan Jisoo dan keluarganya lagi. Untuk kali ini gue ingin jadi orang yang mandiri. Bukannya bergantung pada orang lain.

DIREKTUR 69 -MYG- ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang