23 : [H] Apel Hijau

5.4K 816 87
                                    

Mungkin hari ini Jihoon jahat; senang dikeadaan Guanlin yang bahkan belum sadar.

Tapi serius, hari ini Jihoon senang banget diluar keadaan Guanlin sekarang.

Sayang, hari bahagiannya belum bisa Jihoon gembar-gemborin ke Guanlin.

Padahal, kalo cowok dimple itu dalam keadaan waras fisik dan tau Jihoon yang ikut turnamen basket, pasti Jihoon udah abis duit kena pajak 'bahagia'; seharian traktir Guanlin makan.

"Ngelamun mulu, ayo latihan."

Yoongi, tepuk bahu Jihoon pelan pakai muka datar. Setelahnya ajak Jihoon ke lapangan pakai bahasa tubuh, dan Jihoon harus profesional.

Sedihnya nanti, sekarang fokus latihan. Kalo nanti menang, Guanlin juga bakal seneng.

Itu pun, kalo Guanlin buka mata dan senyum simpul sambil ucap selamat ke Jihoon.

Karena, ngga salah, kan? Kalo Jihoon berharap banyak?

•••





Sekolah sebelah, jujur Jihoon takut sendiri waktu lihat perawakan pemain basketnya. Terutama si kapten.

Badannya besar, tinggi, beda sama Jihoon yang berisi dan ya— pendek.

Pertandingan dimulai dengan tim basket sekolah Jihoon dan tim sekolah lawan yang ketemu di lapangan.

Saling perhatiin satu sama lain, dan menilai seberapa kuat lawannya kira-kira.

Dan waktu Jihoon tatap kapten tim sekolah lawan yang badannya besar, Jihoon ciut.

Juga, waktu tatapannya jatuh ke anggota lain yang justru tatap remeh Jihoon, disitu rasanya Jihoon mau pulang aja.

Selama ada Guanlin, Jihoon belum pernah dipandang remeh.  Dan sekarang ngga ada Guanlin, Jihoon berusaha kuat buat ngga lemah.

Karena siapa tau nantinya, Guanlin ngga akan ada buat jagain Jihoon dari mata yang tatap remeh cowok pink itu.

Lagi-lagi kenyataan tampar Jihoon. Seharusnya sekarang Jihoon ada di kursi kamar rawat Guanlin, duduk kaya orang tolol yang punya harapan banyak sekali.

"Udah, santai aja."

Dan Jihoon cuma senyum simpul balas ucapan Donghan.

Berusaha buat ngga peduli sama anomali jantung yang ngga keruan itu susah sekali. Parah.

Maka dari itu, waktu peluit ditiup dan bola dilempar ke atas, Jihoon tarik napas dalam dan hembusin kasar.

Bola lambungan pertama, berhasil Jihoon tangkap dan bawa ke daerah lawan.

•••






"GILA LO, DEBUT TURNAMEN PERTAMA TAPI BAWA MENANG TIM. EPIC PARAH."

Dan Jihoon cuma ketawa kecil waktu anggota tim dan penonton kasih decak kagum, merasa ada yang kurang buat melengkapi bahagia Jihoon hari ini.

Jelas betul paham apa itu, sebaik apapun suasana, semeriah apapun euforia kemenangan, tetap ada satu ruang kosong spesial buat satu orang di hati Jihoon.

Ruang tersendiri buat Guanlin, selalu begitu.

•••








Jam delapan kurang sepuluh menit Jihoon sampai di rumah sakit tempat Guanlin di rawat.

Sekarang badannya bersih, ngga ada kaos keringat atau rambut lepek. Jihoon wangi, dan harus selalu sempurna setiap mau ketemu Guanlin.

"Dateng lagi?" kata suster yang keluar dari ruang rawat Guanlin.

sohib › pw. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang