National exam

117 84 92
                                    


Sudah berminggu-minggu Ayrin belajar agar nilai UN-Nya nanti mendapatkan hasil yang bagus. Walaupun dikelas ia tidak pernah mendapatkan juara, tetapi Ayrin termasuk dalam sepuluh besar dikelasnya, dan itu menjadi suatu kebanggaan karena dapat meraih nilai yang bagus, dan itu sudah cukup membanggakan bagi orang tua Ayrin.

Persiapan Ayrin untuk Ujian Nasional besok hari bisa di bilang cukup matang, karena ia ingin lulus dengan nilai yang memuaskan agar dapat masuk di SMA favorit kota Semarang yaitu SMA Surya,  karena untuk dapat masuk ke SMA itu harus dengan nilai dan prestasi yang bagus.

Ayrin dan Jane sama-sama akan segera lulus dari sekolah mereka masing - masing. Ayrin akan lulus SMP dan Jane akan lulus SMA. Jane akan melanjutkan kuliahnya di Surabaya mengambil jurusan Pisikologi.

" Rin lo lulus nanti harus masuk SMA gue." Ucap Jane, dia ingin agar Ayrin masuk ke SMA kesatrian 2 tempat Jane bersekolah, tetapi Ayrin tidak pernah mau masuk ke sekolah yang sama dengan Jane, hanya SD saja mereka yang sama.

"Gak... Ayrin maunya SMA Surya aja." Tolak Ayrin.

"Gue akan bilangin sama papa biar lo masuk SMA kesatrian 2." Paksanya.

"Ihh, kak Jane kok maksa sih yang sekolah siapa, malah situ yang mutusin, Ayrin tau kenapa kak Jane gak bolehin Ayrin masuk SMA yang Ayrin mau itu, pasti karena kak Jane dulu gak lulus masuk disitu kan." Ejeknya.

"Eh gue bukan gak lulus tapi kehabisan formulir." Bantah Jane karena ejekan Ayrin.

Belum sempat Ayrin berbicara Maria datang menyela pembicaraan kakak beradik itu.

"Kalian bukannya belajar malah berantem, nanti kalau udah pisah baru saling rindu."

"Kak Jane tu yang mulai duluan." Adunya kepada Maria ibunya dengan wajah yang cemberut.

"Kok malah gue sih, gue kan cuma nyuruh lo masuk SMA yang sama dengan gue." Ucap Jane.
     
" Tapi tadi kak Jane maksa Ayrin."

"Udah jangan berantem mulu, lanjutin gih belajarnya."

"Ayrin belajar di kamar aja, disini gak enak ada kak Jane" Ucap Ayrin, sambil membereskan buku-bukunya dan pergi masuk kekamarnya.

Ketika sudah di kamar bukannya melanjutkan belajar untuk ujian besok, Ayrin malah merebahkan tubuhnya kekasur dan tidak lama ia terlelap. Ayrin paling tidak bisa jika sudah baring di kasur, itu akan membuatnya tertidur, apalagi dengan kasurnya sendiri itu akan sangat mudah membuatnya tertidur pada saat malam hari, karena Ayrin sangat sulit untuk tidur siang.

☆☆☆

       
Sinar mentari pagi menyinari kamar Ayrin, membuat gadis yang sedang tidur dengan lelap itu mengerjapkan matanya beberapa kali, dan di iringi dengan suara deringan jam beker. Tangan Ayrin langsung mencari benda itu dan mematikannya, matanya melihat kearah benda itu.

"Aaa... GUE TERLAMBAT." Teriak Ayrin, karena ia terbangun jam 06.45, itu merupakan waktu yang sangat sedikit bagi Ayrin untuk bersiap-siap. Dengan cepat Ayrin berlari ke kamar mandi.

Ketika sudah selesai bersiap-siap Ayrin bergegas turun menuju ruang makan, Ayrin langsung mengambil roti dan meminum susu dengan tergesa-gesa.

"Ya ampun , pelan-pelan dong makannya nanti kamu bisa keselek kalau makannya seperti itu." Ucap Maria kepada Ayrin.

"Gak bisa ma, Ayrin udah terlambat." Ucapnya dengan mulut masih mengunyah.


Belum selesai Ayrin melahap rotinya, mesin mobil sudah menyala pertanda bahwa ayah Ayrin sudah mau berangkat. Ayrin langsung berpamitan dengan ibunya, lalu lari tergesa-gesa sambil menghabiskan rotinya.

Endless Waiting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang