Should you go?

165 106 94
                                    

      
Hari-hari berlalu dengan begitu cepat dan Ayrin mendengar pembicaraan Hendry ayahnya dan  Bayu pamannya Alex. Mereka membicarakan bahwa keluarga Alex akan berangkat besok.

"Alex akan pulang ke bandung lagi, dan dia pergi tanpa menemui gue lagi? " Batinnya sembil mengepalkan tangannya kesal.
 
"Segitu tidak pentingnya kah gue di mata lo lex, dulu lo berjanji akan menemui gue jika lo kembali. Tapi, nyatanya apa? Lo sama sekali gak menemui gue, padahal kita sering berpapasan muka tapi kau tak pernah menyapa ku" gumamnya pelan.
      
Karena yang di bicarakan ayahnya dan bayu adalah tentang Keluarga Alex jadi Ayrin ikut duduk dan mendengarkan pembicaraan kedua orang tua itu.
      
"Bagaimana keluarga Herman di sana? Dan, bisnisnya disana apakah berjalan dengan lancar? "
      
"Mereka di sana baik-baik saja, dan dia bilang bisnisnya juga berjalan dengan baik di sana"
      
"Kenapa Herman tidak ikut kemari? "Ayahnya bertanya lagi.
     
"Dia sedang mengurus untuk keberangkatannya besok"
     
Mereka terus berbicara dan membuat Ayrin yang berada di sana merasa bosan dengan pembicaran kedua orang tua itu.
      
"Om Bayu ... Alex kenapa gak ikut kemari? " menyela pembicaraan kedua orang tua itu.
   
Ayahnya dan pamannya Alex menatap bingung dengan Ayrin yang tiba-tiba bertanya dan memotong pembicaraan mereka.
     
"Ayah sama om jangan natap Ririn gitu, Ririn kan cuma bertanya." Ayrin kesal karena di tatap seperti orang yang sedang di introgasi karena melakukan kesalahan.
       
"Om juga tidak tau... Kenapa, kamu belum menemuinya? "
   
 Ayrin menggelengkan kepala, karena memang dia belum menemui Alex.
    
"Kenapa belum bukannya kalian itu akarab? Dan sulit untuk di lepaskan? " Tanya bayu.
    
Ayrin mengerucutkan bibirnya karena pamanya Alex terlalu banya bertanya "Tauk ah om " Ayrin pergi masuk kekamarnya karena kesal.
    
Ayahnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan anaknya itu.

☆☆☆

        
"Ayrin ayo cepat turun nanti telat"Maria memanggil Ayrin agar cepat karena mereka akan pergi ke rumah Bayu pamannya Alex.
  
"Jane cepat panggil Ayrin turun" perintang ibunya.
   
"Iya... Huh ngeselin banget sih tu bocah"
   
Jane masuk kekamar Ayrin dan ia melihat Ayrin ternyata baru bersiap-siap.
    
"Cepatan turun lama amat sih"
     
"Iya sabar, bawel amat sih" ketusnya
    
"Ini lo jadi adek ngeselin amat sih"
     
"Tapi kakak sayang kan sama adek yang ngeselin ini" Ayrin tersenyum memandang Jane.
    
Jane memang tidak bisa marah dengan adiknya ini, "Enggak tuh" sambil memgacak rambut Ayrin yang baru saja di sisirnya dan langsung berlari keluar.
      
"IH KAK JANE NYESELIN AMAT SIH" teriaknya karena Jane baru saja menghancurkan rambutnya.

☆☆☆

Ketika sampai di rumah pamannya Alex mereka di sambut dengan hangat oleh seorang wanita yang seumuran dengan ibu Ayrin wanita itu istri Bayu, Rina.
     
Mereka semua berkumpul di ruang tamu untuk mengobrol hanya Ayrin yang tidak ada di sana, karena ia sedang duduk di halaman dan bermain bersama kelinci milik Rina.
    
"Fia.. " seseorang memanggil namanya. Ia tau suara itu milik siapa dan ia langsung melihat ke arah orang yang memanggilnya.
   
"Iya .. Ada apa lex?"
   
"Lo marah sama gue? "
    
"Gue gak tau, lo cari tau aja sendiri." jawabnya ketus.
      
"Besok gue akan pergi. "
   
"Iya gue tau"
  
"Lo gak mau ngomong apa-apa sama gue? Setidaknya lo bilang sesuatu lo kan sahabat gue"
     
Ayrin kesel melihat tingkah Alex yang seolah-oleh tidak pernah terjadi apa-apa.
  
"Sejak kapan lo nganggap gue sahabag lo. Klo lo Masih nganggap gue ,lo gak akan pergi gitu aja Tanpa ngomong sama gue, dan lo juga udah janji klo lo datang kemari lo akan langsung nemuin gue tapi nyatanya apa lex?  Lo gak pernah datang lex. Gue selalu nungguin lo, tapi lo gak pernah datang gak pernah lex gak pernah" nada suara Ayrin meninggi.
   
Tanpa di sadari air matanya mengalir karena ia sudah meluapkan semua kekecewaannya terhadap Alex. Alex hanya bisa dia siribu bahasa, ia hanya bisa melihat Ayrin menangis tanpa bisa berbuat apa-apa.
    
"Maaf Fi.. " Hanya itu yang bisa ia ucapkan.
    
"Buat apa lo minta maaf toh gue udah maafin lo dari dulu, lex lo harus tau kalau gue gak bisa marah sama lo"
      
"Gue masuk dulu nanti mama nyari. "Ayrin meninggalkan Alex yang masih berdiri membeku disana.
       
"Gue gak akan bisa marah sama lo lex, karena gue suka sama lo." Batinnya sambil menghapus sisa air matanya.
     
Alex hanya bisa memandang punggung Ayrin yang semakin menghilang dari pa dangannya.
      
"Maaf Fi seharusnya gue nepatin janji gue... Gue malu dengan diri gue sendiri yang tidak bisa berbuat apa saat melihat lo nangis" Batinnya sambil mengacak rambutnya frustasi.

Endless Waiting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang