Pria bersurai abu-abu itu menatap ponselnya dengan ragu, ia menggigiti kukunya sebagai pelampiasan kebingungan di otaknya. Haruskah? Atau jangan? Semacam itu.
"Aish, untuk apa aku bingung begini? Cukup telfon saja dia dan katakan kalau aku akan mengembalikan jaketnya. Tidak perlu gugup, anggap saja kita berteman seperti dulu."
Daehwi menggerutu pelan, entah pada siapa. Pria manis itu melirik jaket biru milik Samuel yang ia gantung di belakang pintu kamarnya. Jaket itu sudah ada di sana sejak dua hari yang lalu dan Daehwi selalu membawanya setiap pergi ke kampus, berjaga-jaga bila ia berpapasan dengan pria western itu. Tapi nyatanya Samuel tidak terlihat sama sekali belakangan ini, yang ia dengar dari Somi semua anak club dance disibukkan dengan berbagai lomba.
Daehwi mau saja pergi ke tempat latihan club dance hanya untuk sekedar mengembalikan jaket, namun hatinya menolak pergi ke sana. Ia tidak siap jika harus bertemu dengan Chungha, apalagi kalau melihat wanita itu sedang menari bersama Samuel. Seperti diperlombaan tempo dulu.
Daehwi mengehela nafas untuk kesekian kali, memukul kepalanya pelan karena berpikir terlalu panjang hingga membuatnya seperti orang bodoh. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari kontak seseorang di ponselnya dan menekan tombol dial.
"A-yo! What's up? Malam-malam begini menghubungiku." Suara wanita seumuran dengannya terdengar jelas lewat ponsel, kebiasaan seorang Jeon Somi berbicara dengan lantang.
"Besok kau ada waktu? Apa ada latihan club dance?" Tanya Daehwi.
"Aku orang yang sibuk, kawan. Tapi demi kau aku akan menyempatkan waktu. Ada apa?"
"Ada yang ingin aku titipkan padamu, bantu aku untuk mengembalikan padanya."
"Ooo~ apa ini tentang jaket yang kau bawa-bawa sejak kemarin itu? Jaket itu bahkan kebesaran ditubuh kecilmu, sangat jelas kalau itu bukan milikmu, Lee Daehwi. Biar kutebak, milik Samuel?"
"Y-yak! Pokoknya bantu saja aku mengembalikannya, jangan banyak bicara."
"Baiklah-baiklah, aku sangaaat paham maksudmu. Aku akan membantumu, besok bertemu di dekat gedung UKM sekitar jam 1 atau jam 2."
✈✈✈
Pagi yang mendung menuntun Hyungseob yang baru saja selesai mandi untuk menghampiri kamar Park bersaudara. Saat ini ia sedang berada di Busan, tempat tinggal kedua orang tua Woojin. Selama di Busan Jihoon dan Woojin tidur dalam satu kamar, tapi tentu saja dengan tempat tidur yang terpisah. Sementara Hyungseob tidur sendirian di kamar tamu.
Tangan mungilnya mengetuk pelan pintu yang terbuat dari kayu di hadapannya, menempelkan telinganya di sana untuk mendengar suara dari dalam kamar.
"Hyung, boleh aku masuk?"
"Masuklah, pintunya tidak dikunci."
Setelah mendapat jawaban yang diharapkannya, Hyungseob dengan senang hati memutar knop pintu dan masuk ke tempat kekasihnya berada. Ia berlari kecil dan memeluk leher Woojin dengan erat.
Yang dipeluk terkekeh pelan, mengusak rambut hitam yang beraroma seperti bayi itu dan membalas pelukan kelinci manisnya.
"Ada apa, sayang?"
"Aku kedinginan, semalam tidak ada yang memelukku saat tidur."
Woojin melepas pelukannya, mengamit dagu yang lebih pendek dan mencuri kecupan kilat dibibirnya.
"Lalu bagaimana kalau aku sedang bertugas? Siapa yang kau peluk?"
"Tidak ada, aku jadi merasa kesepian. Haruskah aku mencari pria lain? Yang selalu bisa memelukku setiap malam." Gurau Hyungseob.
"Kedengarannya bagus, kalau begitu aku juga akan mencari orang lain. Sepertinya aku masih menyimpan nomor pramugari cantik yang mengajakku untuk mengunjungi rumahnya." Goda Woojin tersenyum nakal.
Hyungseob memukul dada Woojin dan melempar pandang kesal pada sang pilot.
"Curang! Aku kan bilangnya pria, kenapa hyung malah memilih wanita?"
"Aku tidak mau mencari pria lain, karena tidak ada pria yang semanis dan menggemaskan sepertimu." Ujarnya di akhiri dengan mencubit pelan pipi kanan Hyungseob.
Pria mungil itu berusaha untuk tidak tersipu sedikitpun, tangannya bergerak untuk menjauhkan jari Woojin dari pipinya.
"Apa itu artinya ada wanita yang sepertiku?" Sungutnya.
"Tidak, aku hanya ingin membuatmu cemburu saja."
"Ish, hyung! Menyebalkan sekali sih." Hyungseob mencebikkan bibirnya kesal dan mengusak pipinya pada ceruk leher Woojin.
"Iya, menyebalkan. Menyebalkan melihat kalian berdua sudah menempel pagi-pagi begini, ingatlah kalau kamar ini juga termasuk milikku."
Suara Jihoon membuat sepasang kekasih itu menoleh padanya yang memakai apron berwarna merah. Ia tadi sedang membantu ibunya memasak dan berniat memberitahu ke semua penghuni rumah kalau sarapan sudah siap. Tapi matanya langsung disambut dengan adegan drama pagi dari adik kembarnya dan kekasih manisnya.
"Eoh? Aku baru saja mau menanyakan keberadaanmu, hyung." Ucap Hyungseob pada Jihoon.
"Tidak usah berbasa-basi, aku bahkan tahu kalau kau tidak menyadari aku tidak ada di kamar."
Hyungseob hanya tersenyum polos pada pria gembul itu.
"Sarapan sudah siap, ayah dan ibu menunggu kalian. Cepatlah,"
Hyungseob dan Woojin mengangguk bersamaan dan mengekor Jihoon menuju dapur.
✈✈✈
Pria berusia 30 tahun itu mendengus kesal mengangkat panggilan masuk di ponselnya dari orang yang sama yang telah menelfonnya sebanyak 6 kali. Dan ini menjadi yang ke tujuh.
"Apa lagi? Sudah kubilang aku tidak marah padamu, lupakan saja."
"Nadamu bahkan terdengar jengah, bagaimana bisa aku percaya kau tidak marah padaku?"
"Apa kita masih harus membahas ini? Urus saja pekerjaanmu di sana, tidak perlu memikirkan aku." Ujar Jihoon.
Lawan bicaranya di seberang sana menghela nafas panjang, "Hoon-ah, aku tidak pernah mengeluh tentang pekerjaanmu, bisakah kau juga melakukan hal yang sama?"
"Baik, maafkan aku. Aku bukan siapa-siapamu, tidak ada hak untuk marah jika kau terlalu sibuk dengan perusahaanmu."
Pria bermarga Bae yang sedang menelfon Jihoon semakin dibuat pusing dengan jawaban pria manis itu. Sebenarnya masalah mereka bukan hal yang besar, Jihoon hanya marah karena tempo hari Jinyoung terlalu sibuk dengan perusahaannya hingga mengabaikan pesan dan panggilan dari Jihoon. Sampai satu minggu penuh pilot itu mengabaikan Jinyoung balik.
"Buka pintunya, kita harus bicara." Titah Jinyoung.
"Percuma, aku sedang tidak di apartement."
"Aku tahu, karena itu sekarang aku di depan rumah orang tuamu."
Tutt.
"YAK! BAE JINYOUNG!!"
ㅌㅂㅊ
![](https://img.wattpad.com/cover/144620845-288-k237864.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Mr. Airplane; JinSeob
Teen Fiction[WATTYS 2019] Park Woojin × Ahn Hyungseob Sequel dari Blind Date ✈Bxb ✈bahasa baku ✈rated T-M [24-04-2019] #1 in Wanna1 Start from 09.04.2018 to 14.06.2019 ========== Kebijakan pembaca di tangan sendiri. Baca work Blind Date dulu say. ⚠Tidak suka pe...