1⃣0⃣

2.4K 593 209
                                    

✈✈✈

Seperti yang kita semua tahu, gejala sakit yang Hyungseob alami adalah gejala umum dalam kehamilan. Ya, pria kecil itu memiliki bayi kecil kini diperutnya.

Kini sia kehamilan Hyungseob telah memasuki bulan keenam, banyak yang berubah dari fisik dan sifatnya. Ia terlihat sangat menggemaskan dengan pipi bulat dan perut yang kian membesar, sekilas lihatpun semua orang tahu kalau ia sedang mengandung bayi kecil.

Soal Woojin... Entahlah, dia benar-benar tidak bisa dihubungi selama berbulan-bulan ini. Ponselnya selalu dalam keadaan mati, padahal Hyungseob telah menyerah menyembunyikan kehamilan darinya. Bagaimanapun juga Woojin harus tahu bahwa mereka akan memiliki bayi mungil sebentar lagi. Tapi tidak satupun yang tahu pilot itu sekarang ada di negara dan benua apa, staff pesawat yang lain juga tidak bisa dihubungi. Semua orang terdekatnya sudah tahu jika Hyungseob sedang mengandung. Semua, kecuali Woojin.

Khawatir? Tentu saja.

Tiap harinya Hyungseob selalu mencari artikel tentang kecelakaan pesawat, ia takut jika dari sekian tragedi terdapat pesawat yang dikendarai Woojin. Semoga saja tidak ada, tidak akan pernah ada.

"Hey, kenapa ke sini duluan? Kubilang tunggu aku"

Hyungseob menjauhkan sedotan jus strawberrynya dan menoleh pada pria yang baru saja duduk dikursi berlawanan darinya. Ia mencebikkan bibirnya kesal. "Aku sudah menunggu sangat lama di lobby, tapi hyung tidak muncul-muncul."

Pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu menggenggam tangannya yang menganggur di atas meja dan tersenyum lembut, "maaf, aku tidak tahu kalau urusanku selama itu."

"Masa bodoh, tidak mau dengar. Hyung tega membiarkanku berdiri lama di sana."

"Ayolah, kau tahu aku tidak bisa membiarkanmu marah padaku. Maafkan aku, oke?" Ujarnya lembut, matanya menatap tepat pada manik jernih Hyungseob.

Tanpa Hyungseob sadari, semburat merah samar-samar terlihat dikedua pipinya, jantungnya pun berdegup cepat sejak tadi. Belakangan ini ia sering tersipu dengan perlakuan orang dihadapannya ini, dia sendiri juga tidak tahu mengapa.

"Ah, bayiku haus." Dengan gugup Hyungseob melepas genggaman tangan mereka dan meraih gelas jusnya. "Hyung juga pesan sesuatu sana," suruhnya sebelum menyesap sedotan.

Pria itu mengangguk dan mengusak pelan rambut Hyungseob "tunggu disini sebentar," kemudian berjalan ke counter.

Sementara yang diperlakukan seperti itu mengipasi wajah dengan telapak tangannya karena suhu yang tiba-tiba terasa panas. Munafik jika Hyungseob mengatakan ia tidak menyukai diperlakukan lembut seperti itu. Mungkin karena terlalu merindukan sang pilot, Hyungseob sempat keliru membayangkan Jungjung adalah Park Woojin.
































"Hyung, setelah ini kau masih ada rapat lagi?" Tanya Hyungseob setelah keduanya keluar dari cafe yang mereka kunjungi.

Jungjung mengangguk samar, "kali ini kupastikan rapatnya selesai tepat waktu. Kita harus check up ke dokter kandungan jam 3 sore nanti."

"Kalau memang tidak bisa, aku akan ke sana sendiri." Jawab Hyungseob.

Sejak mengetahui Hyungseob hamil, Jungjung menjadi orang yang sering menemaninya ke rumah sakit untuk check up kehamilan. Honorifik juga sudah tidak berlaku lagi bagi keduanya, kecuali ketika sedang berada dilingkungan kantor. Jungjung juga tidak merasa direpotkan melakukan apapun saat Hyungseob dalam masa mengidam. Seperti dia adalah ayah dari anak yang dikandung Hyungseob.

[√] Mr. Airplane; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang