📖 Final Chapter

1.9K 364 112
                                    

7 tahun kemudian...

Suara tawa dan derap langkah kedua bocah bermarga Park itu memenuhi seisi rumah. Woojin dan Hyungseob kerepotan mengejar anak-anak mereka yang memang sedang dimasa lincahnya, apalagi si sulung yang tahun ini sudah menduduki kelas 2 di sekolah dasar.

"Jihwan, kembalikan topi ayah."

"Tidak mau, ini untuk Jihwan saja ya? Nanti Jihwan pamerkan pada teman-teman di sekolah."

Jihwan masih terus berlari kesana-kemari sedangkan Woojin harus mengejarnya dengan hati-hati karena sedang menggendong si bungsu yang baru berusia 16 bulan.


Sekarang Park Woojin telah berusia 37 tahun.

Tak disangka waktu secepat ini berjalan, padahal serasa baru beberapa hari yang lalu Woojin bertemu dengan Hyungseob untuk pertama kali di hidupnya.

10 tahun sudah keduanya saling bersama dan kini membangun keluarga bahagia mereka sendiri.

Ahn Hyungseob atau yang sekarang telah berubah menjadi Park Hyungseob sejak beberapa tahun lalu telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada sang suami dan keluarganya. Hyungseob berhenti dari pekerjaannya dan membantu Woojin untuk melewati hari berat si pilot di masa lampau.

Dalam 7 tahun masa pernikahan, mereka telah dikaruniakan 3  jagoan yang tampan. Park Jihwan, Park Jiho, dan si bungsu Park Jiwon.

Pada masa kehamilan kedua dan ketiga Hyungseob, Woojin benar-benar selalu berada di sisi istri tersayangnya. Ia berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang pernah terjadi ketika Hyungseob mengandung si sulung.

Selama 7 tahun keduanya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Itu karena Woojin yang tidak ingin mencari pekerjaan sampingan dan Hyungseob yang tekun merawat anak-anaknya.

Bersyukurlah Woojin memiliki tabungan yang jumlahnya sangat banyak untuk menanggung biaya hidup mereka lebih dari 7 tahun.


"Hyung, Jiho juga mau coba!"



Si kecil Park kedua ikut mengejar kakaknya yang berlari gesit. Padahal Jiho sedang disuapi oleh ibunya, mau tak mau Hyungseob harus mengejar anaknya itu.

Merawat ketiga bocah Park itu membutuhkan banyak tenaga, apalagi kalau Hyungseob harus berhadapan dengan Park keempat yang selalu mengurungnya di kamar saat anak-anak sudah terlelap.

"Jiho sayang, jangan lari-larian. Kamu bisa muntah kalau lari sehabis makan." ujar Hyungseob dengan membawa mangkuk kecil di tangannya.

Selagi ke empat orang itu berlari mulai dari mengelilingi ruang makan hingga menaiki tangga, si bungsu Jiwon tertawa lebar digendongan Woojin. Tangannya bertepuk kegirangan di udara tak menghiraukan sang ayah yang kewalahan karena takut Jiwon akan jatuh sementara Woojin harus berlari cepat mengejar Jihwan.

"Jihwan, ayah butuh topi itu."

"Tidak mau, tidak mauu~ Topi ini sekarang sudah punya Jihwan."

"Jihwan, berhenti berlari. Adikmu bisa jatuh kalau mengejarmu terus."



Bruk


"ASTAGA PARK JIHO."

Seketika Woojin dan Jihwan yang berlari di depan menghentikan langkah mereka dan menoleh ke asal suara Hyungseob berteriak.

Jiho terjatuh karena tersandung kakinya sendiri, Hyungseob yang berada di belakangnya segera menghampiri dan memeluknya. "Sudah ibu bilang jangan berlarian," resah Hyungseob.

"Jiho, kamu tidak apㅡ

"Jiho-ya, siapa yang menyuruhmu mengejar hyung? Hyung pernah bilang kan, kalau sedang makan itu harus bersikap baik. Kasian ibu harus kelelahan mengejar kamu." oceh si sulung dengan wajah galak yang dibuat-buat.

[√] Mr. Airplane; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang