Hyunbin terkejut saat ia membuka pintu hotel yang ditempatinya, sama seperti Guanlin yang terkejut karena pintu itu terbuka tiba-tiba sebelum ia memencet bel.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Pilot itu setelah tersadar.
Guanlin tersenyum tipis dan sedikit membungkukkan tubuhnya, "selamat siang, kapten Kwon. Aku ke sini mencari kapten Park, apa dia ada?"
Hyunbin mengangguk, "masuklah, dia masih membereskan barang-barangnya." Pilot jangkung itu menggeser tubuhnya agar pramugara yang sama jangkungnya bisa masuk ke kamar hotel yang ditempati Hyunbin dan Jihoon.
Sebuah kebetulan saat setelah Jihoon bertemu dengan Jinyoung di busan, sekarang Jihoon harus bertemu Guanlin yang menjadi salah satu staffnya dipenerbangan kali ini. Padahal pria gembul itu sangat berharap untuk tidak bertemu keduanya dalam waktu dekat, tapi apalah takdir berkata lain.
Hyunbin yang telah siap lebih dulu dengan kopernya memilih menuju lobby tempat berkumpul para staff sebelum ke bandara, membiarkan co-pilot dan pramugara itu memiliki waktu mereka sendiri. Lagipula tidak akan terjadi apa-apa karena mereka memiliki jam pemberangkatan dalam waktu dekat.
"Perlu kubantu?"
Jihoon yang sedang memasukkan peralatan mandinya ke koper sedikit terkejut karena bukan suara Hyunbin yang ia dengar, melainkan suara pria yang entah mengapa selalu membuatnya teringat dengan kejadian Jinyoung yang berkata sarkas padanya ketika di Busan.
Jihoon akui dirinya sedikit bimbang. Disaat bersama Jinyoung ia akan mengingat Guanlin, begitu pula sebaliknya. Ia akan teringat Jinyoung jika bersama Guanlin. Sebenarnya hatinya ada di mana? Jihoon sendiri juga tidak tahu. Ia merasa iri pada saudara kembarnya yang telah menemukan ketetapan hatinya hingga saat ini, berbeda dengan dirinya yang masih samar.
"Tidak perlu, aku sudah mau selesai." Jihoon tersenyum sekilas pada Guanlin yang berdiri di dekatnya dengan koper kecil.
Setelah memasukkan ponsel dan charger, ia menutup retsleting kopernya. Dan tanpa permisi Guanlin langsung merebut gagang koper milik Jihoon dan membawanya keluar kamar hotel, "Ayo."
Pilot itu sempat terdiam di tempatnya menatap punggung Guanlin sampai akhirnya ia tersadar dan mengekori pria jangkung itu. "Aku bisa membawanya sendiri."
Tanpa menghentikan langkahnya sedikitpun, Guanlin berucap datar, "Aku sudah terlanjur mendapatkannya dan aku tidak mau melepaskannya."
Oke, Jihoon malah semakin memikirkan Bae Jinyoung di kepalanya.
✈✈✈
"Paman Kim bilang kau menolak dokter pribadi lagi, bukankah terakhir kali kita sudah sepakat, bunny?" Woojin menatap Hyungseob yang sedang bergelung dengan selimutnya.
Saat ini mereka sedang melakukan panggilan video, sudah berjalan empat hari Hyungseob tidak masuk kerja karena mual dan pusing yang dialaminya tiap pagi. Berbeda dengan orang-orang di sekitarnya yang khawatir dengan kondisi tubuh mungilnya itu, Hyungseob malah tersenyum riang setiap ditanya tentang kesehatannya. Bahkan ketika Jungjung menanyakan tentang alasan mengapa pria manis itu belum masuk kerja sampai sekarang, Hyungseob menjawab, "Woojin hyung tidak membolehkan aku bekerja sampai pusing dan mualku berhenti."
Pria manis itu tidak memberi tahu kronologis kesehatannya pada siapapun.
"Hyung, aku tidak butuh dokter. Aku baik-baik sajaa.." Hyungseob mendekatkan layar ponselnya untuk melihat Woojin dengan jelas, membuat layar ponsel Woojin dipenuhi dengan poni hitam dan mata bulat pria manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Mr. Airplane; JinSeob
Fiksi Remaja[WATTYS 2019] Park Woojin × Ahn Hyungseob Sequel dari Blind Date ✈Bxb ✈bahasa baku ✈rated T-M [24-04-2019] #1 in Wanna1 Start from 09.04.2018 to 14.06.2019 ========== Kebijakan pembaca di tangan sendiri. Baca work Blind Date dulu say. ⚠Tidak suka pe...