Budayakan menekan bintang sebagai tanda apresiasi kalian pada penulis. Terima kasih.
***
Unedited
"How about this. Saya sudah tertarik dengan kamu saat pertama kali saya melihat kamu. Tapi berhubung kamu sekretaris saya, saya memilih untuk menyimpaan perasaan saya. Dan saya tahu kamu juga sedang berhubungan dengan orang lain. Jadi, diam-diam saya hanya bisa memperhatikan kamu dari jauh," jelas Alex melirik reaksi Delilah.
Dari wajah Delilah yang nampak setuju dan tertarik, Alex merasa puas akan imajinasinya itu. Dengan penuh percaya diri, Alex mulai melanjutkan skenario yang sudah susah payah ia pikirkan itu.
"Tapi, tiba-tiba kamu putus dari pacar kamu. Dan disitu saya muncul. Ketika saya tahu kamu sedang patah hati, saya memberanikan diri untuk mendekati kamu. Saya membantu kamu melupakan mantan pacar kamu. Dan ketika kamu mulai dekat dan terbuka dengan saya, saya menyatakan perasaan saya ke kamu. Kamu menerimanya. Dan dari situ hubungan kita dimulai. Bagaimana? Cukup meyakinkan, kan?"
Mata Alex menyipit ketika Delilah hanya diam, tidak menjawabnya. Dari sorot matanya Alex bisa menangkap rasa kekaguman, respek dan khawatir.
'Khawatir? Apakah karanganku ini kurang menyakinkan? Terlalu buruk? Menurutku itu sudah luar biasa sempurna. '
"Eheem…" Alex berdeham mencoba menarik perhatian Delilah.
Delilah masih diam, menatapnya dengan tatapan yang sedikit membuat Alex canggung. Jujur saja, tatapan kekaguman yang diberikan Delilah saat ini membuat Alex merasa seperti di atas awan. Jarang sekali sekretarisnya ini menatapnya dengan tatapan seperti itu.
"Ehemm. Ehemm." Alex mencoba terbatuk-batuk kecil ketika usaha pertamanya untuk menarik perhatian wanita itu tidak berhasil.
Mungkin karena mendengar batuk Alex yang sedari tadi tak berhenti juga, akhirnya Delilah mengerjapkan matanya.
"Bapak baik-baik saja?" tanya Delilah membuka mulutnya.
"Saya baik-baik saja. Bagaimana? Kamu setuju dengan apa yang saya katakan tadi?" tanya Alex sedikit gugup menunggu jawaban yang akan diberikan sekretarisnya itu.
"Oh, saya setuju, pak."
Begitu menerima persetujuan dari Delilah, sudut bibir Alex terangkat kecil.
"Tapi—,"
Kata tapi yang diucapkan Delilah sontak membuat bibir pria itu berkedut. "Tapi kenapa?"
"Tapi, apa keluarga bapak dan teman-teman bapak akan begitu saja percaya dengan cerita bapak itu?"
"Kalo urusan keluarga saya kamu tenang saja. Mereka tidak akan banyak berkomentar. Mereka pasti akan sangat senang ketika mengetahui saya akan menikah. Apalagi dengan kamu." kata Alex pasti.
Alex merasa beruntung karena orang yang tiba-tiba ia ajak menikah adalah sekretarisnya sendiri. Melihat eyang yang tidak disangkahnya ternyata begitu dekat dengan Delilah, Alex yakin eyangnya itu akan menerima pernikahannya ini dengan senang hati. Dan jika eyang sudah menyukai Delilah, sudah pasti ayahnya juga akan ikut menyukai sekretarisnya ini.
"Maksud bapak?"
"Berhubung kamu sudah mengenal eyang, saya yakin eyang akan menyukai kamu sebagai calon istri saya. Dan jika eyang sudah menyukai kamu, ayah saya sudah pasti akan ikut menyukai kamu juga."
"Oh, begitu. Kalo teman-teman bapak?" tanya Delilah khawatir.
Hal ini yang paling dikhawatirkan Delilah. Soal Rafael. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Rafa jika mengetahui hal ini.
"Teman-teman saya? Kalo soal Rafael dan Zak, mungkin mereka berdua akan curiga. Awalnya tidak akan percaya. Tapi, ahh, biarkan saja mereka. Toh, mereka juga tidak bisa merubah keputusan aku menikahi kamu." ujar Alex malas menyandarkan punggungnya lagi di sandaran sofa.
"Baiklah. Saya ikut bapak saja. Ada lagi yang mau bapak katakan?"
"Saya? Sudah semuanya. Bagaimana dengan kamu?" tanyanya balik pada Delilah.
"Hmm, itu. Kalau saya menikah dengan bapak, bagaimana pekerjaan saya nanti?"
"Pekerjaan kamu?" ucap Alex sembari menggaruk pipinya memikirkan ucapan Delilah.
Alex belum memikirkan hal itu. Tapi sebagai istri dari seorang Alexander Williams, ia tidak mungkin membiarkan Delilah menjabat sebagai sekretarisnya lagi.
Itu tidak mungkin.
"Iya pekerjaan saya sebagai sekretaris bapak." Delilah memainkan jari-jarinya sembari menunggu penjelasan Alex.
"Kamu akan saya pecat. Saya tidak mungkin mempekerjakan istri saya sebagai sekretaris saya."
"Itu bisa saya mengerti. Tapi bagaimana ketika bapak dan saya sudah bercerai?"
🍉🍉🍉🍉🍉
Hayy guys, update juga. Sori kelamaan. Kependekan ya? Ini masih part 1, nanti part 2-nya nyusul. Moga cepat ya. So, jangan jadi silent readers kalo mau updatenya cepet. Vote, komen, kritik dan saran kalian sangat berarti lho buat aku. Jadi jangan lupa yaa.. Mohon juga di koreksi kalo ada yang salah dalam penulisan dll
love
ilz
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss, My Husband [MBMH]
RomanceSEBAGIAN CHAPTER SUDAH DIHAPUS KARENA SUDAH DIBUKUKAN. Tidak ada kata PERNIKAHAN dalam kamus Alexander Williams. CINTA? Apalagi! Bagi Alex, hidupnya sudah sempurna. Wanita? Uang? Ha, dengan mudah Alex bisa mendapatkannya. Akan tetapi, permintaan Eya...