Vol 2 Chapter 1 part 1

2.9K 160 5
                                    

Enjoy gengs. Walaupun agak terlambat, Merry Christmas, Selamat hari natal bagi yang merayakan. Semoga damai natal selalu bersama kalian serta keluarga dan kerabat.

***

Unedited.

Bunyi suara tawa Delilah yang menggelegar sontak mebangunkan Alex dari tidurnya. Alex mengerjapkan matanya yang setengah tertutup lantas duduk bersila di atas kasur. Ia mengucek matanya yang masih terasa berat lalu menguap dan mulai meregangkan badannya. Setelah lumayan sadar, bibir Alex tiba-tiba melengkung membentuk senyuman indah.

Tak terasa, seiring berjalannya waktu, enam bulan sudah terlewati dengan begitu cepatnya. Hari ini merupakan hari yang membahagiakan untuk Alex. Selain karena hari ini ditandai dengan tepat setengah tahunnya ia dan Delilah dikaruniai dua malaikat kecil yang tampan, hari ini juga merupakan hari yang spesial baginya. Karena hari ini merupakan hari ulang tahunnya juga. Ya, hari ini umur Alex bertambah satu lagi. Jujur saja, Alex tak pernah membayangkan bahwa di umurnya yang ke 34, dia sudah menikah bahkan memiliki anak kembar. Tapi lihat dia sekarang, dia tak pernah merasa sebahagia ini selama 34 tahun ia hidup.

Dengan masih menyunggingkan senyum kecil, Alex bangkit dari kasur dan menarik kakinya yang panjang menuju asal suara tersebut. Begitu sampai di ruang makan, ia mendapati Delilah diapit oleh si kembar yang sedang duduk di kursi makan bayi mereka. Delilah saat ini semetara menyuapi Jayden dan Jordan. Istrinya itu sesekali menyuapi mereka dengan mengikuti gaya pesawat terbang.

"Jayden, ah sayang...... Ah.... Nyam..."

Pemandangan tersebut membuat hati Alex menghangat. Dia memperhatikan mereka dengan sorot mata penuh cinta. Sungguh, Alex merasa begitu beruntung karena Tuhan sudah memberikan Delilah dan Jayden serta Jordan dalam hidupnya. Mereka bertiga adalah segalanya bagi Alex.

Tak puas hanya memperhatikan ketiga orang yang dicintainya dari jauh, Alex pun mulai melangkah mendekati mereka.

"Morning, babe." sapa Alex, membungkuk, mencium pipi Delilah yang sedang duduk.

"Selamat pagi, jagoan-jagoan Ayah." Alex mengusap kepala si kembar bergantian dengan lembut. Lantas duduk, tepat berhadapan dengan Delilah dan si kembar.

"Aku juga pengen disuapin, babe."
ucap Alex sedikit merasa iri dengan perlakuan Delilah pada anak kembarnya.

"Kamu bilang apa tadi, babe?" tanya Delilah menatap suaminya. Benar-benar tak mendengar ucapan Alex barusan.

"Aku bilang, aku juga mau disuapin kamu, babe." Alex menyeringai, menggoda Delilah.

Kalau dulu pipi Delilah akan merona merah begitu mendengar ucapan Alex barusan, kini Delilah malah memutar bola matanya menghiraukan ucapan Alex lantas melanjutkan menyuapi si kembar.

"Suck..." Alex berbisik kecil, setengah merajuk.

"Apa kamu bilang tadi?" suara Delilah sedikit meninggi, menatap Alex menantang.

'Sh*t... Mati kamu, Lex. Ternyata dia denger'. Batin Alex menyesal karena sudah mengatakan kata sialan itu.

"Kamu bilang apa tadi, babe?"

Alex mendadak langsung duduk tegap dan tersenyum manis.

"Maaf, babe. Aku gak sengaja. Serius aku nggak sengaja ngomong." jelas Alex.

Kata tersebut jika hanya diucapakan saat dia hanya sedang bersama Delilah saja, mungkin takkan berakibat fatal seperti ini. Tapi sialnya, dia mengatakan kata keramat itu saat si kembar juga sedang bersama mereka. Arti dari kata yang diucapkan Alex sebenarnya tak terlalu buruk. Tetapi berhubung si kembar belum bisa berbicara dan masih belum paham serta belum mengerti dengan ucapan orang, Delilah melarang Alex untuk mengatakan kata-kata yang berbau negatif di hadapan mereka. Delilah takut, jika si kembar mendengarnya, bisa-bisa mereka tiba-tiba ikut mengatakan kata tersebut. Dan tentu saja Delilah tidak mau kata yang diucapkan si kembar pertama kali adalah kata seperti tadi yang diucapkan Alex.

"Awas aja, kamu ya, babe. Jangan sekali-kali kamu berani ngomong kata-kata kayak tadi lagi." Delilah mengingatkan Alex. Namun dari nada bicaranya, Alex bisa menangkap pesan ancaman dari peringatannya itu

"Enggak akan, babe. Aku janji. Tadi hanya keceplosan aja kok."

"Good." balas Delilah pendek dan kembali menyuapi si kembar.

Alex menghembuskan nafas lega karena sudah berhasil melewati moment paling berbahaya di usianya yang baru. Setelah menikah dengan Delilah, Alex tak pernah memarahi bahkan meninggikan suaranya pada istrinya itu. Bisa dibilang, yang memegang kendali dalam rumah tangga mereka itu bukan Alex, sang kepala rumah tangga. Melainkan istrinya, Delilah. Hal itu karena Alex begitu mencintai Delilah. Dia ingin sebisa mungkin dan dengan segala cara membahagiakan Delilah. Kalau kata Zak dan Rafa, Alex itu merupakan suami yang menjunjung tinggi istrinya di atas segalanya, selain Tuhan.

Ucapan Delilah adalah mandat bagi Alex. Meskipun begitu, Alex hanya akan seperti itu di depan Delilah saja. Di perusahaannya, karyawan-karyawannya tetap menganggap Alex sebagai atasan mereka yang berdarah dingin dan tak pandang bulu.

"Em, babe. Kamu ingat hari ini hari apa?" pancing Alex.

"Hari ini? Hari ini kayaknya hari kamis deh, babe."

Merasa sedikit kecewa karena tidak mendapatkan hasil yang diinginkannya, Alex pun bertanya lagi.

"Ini tanggal berapa, babe. Aku lupa."

"Tanggal? 26 desember. Kok kamu bisa lupa sih, babe. Kan kemarin tanggal 25 desember. Hari natal." jelas Delilah mengomeli Alex.

Alex mengernyitkan dahinya. Seketika itu juga perasaan Alex yang tadinya begitu bersamangat berubah kelam.

'Jangan bilang dia lupa kalo hari ini aku ulang tahun. Ah, babe. Kok kamu bisa lupa sih. Gak mungkin dia lupa. Atau jangan-jangan dia pura-pura lupa. Ah, pasti itu. Dia pura-pura lupa.' Batin Alex berpikir positif, menyemangati dirinya.

Tak langsung beberapa detik, batin Alex kembali mulai menerka-nerka. 'Ah, gak mungkin seorang pengingat seperti Delilah bisa gak inget kalo hari ini, hari ulang tahunku. Lagian, tahun lalu dia bahkan bikinin aku surprise jam 12 tengah malem. Jadi dia beneran lupa kalo hari ini ulang tahunku?'

Ingin melihat apakah Delilah pura-pura lupa atau memang benar-benar lupa dengan hari ulang tahunnya, Alex pun menatapnya dengan lekat.

Merasa suaminya menatapnya dengan tatapan menyelidik, bibir Delilah berkedut.

"Kamu ngapain natap aku kayak gitu?" tanyanya menatap Alex aneh.

Alex tak langsung menjawabnya. Diperhatikannya raut wajah Delilah dengan teliti. Nihil. Dia tak mendapatkan apa-apa. Yakin kalau istrinya melupakan hari ulang tahunnya, Alex mendesah dalam hati.

"Aku bersyukur aja punya istri kayak kamu, babe." jelas Alex menyembunyikan rasa kecewanya dalam-dalam.

"Ohhhhh..."

"Aku mandi dulu ya, babe. Entar kelar aku mandi, aku gantiin kamu ngurusin mereka."

***

*suck = payah

Semoga kalian suka. Chapter selanjutnya nyusul besok ya.

My Boss, My Husband [MBMH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang