BAB 4 (ind & eng)

2.4K 247 5
                                    

Sepasang kaki tak beralaskan menyentuh lantai, gaun tidur berwarna putih bergerak lembut mengikuti pergerakan Isabella menyusuri ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang kaki tak beralaskan menyentuh lantai, gaun tidur berwarna putih bergerak lembut mengikuti pergerakan Isabella menyusuri ruangan. Tangannya terulur meraih jubah berwarna kebiruan berbahan satin, lalu merapikan rambutnya agar kembali rapi tergerai di punggung.

Pintu kamar terbuka, aroma bunga menyerbak masuk ke indra penciuman Isabella. Kakinya terus melangkah menuruni anak tangga hingga sampai di lantai bawah, kemudian berbelok masuk ke dalam ruang tamu yang telah dipenuhi tumpukan bunga. Dari situlah aroma harum itu berasal.

"Selamat pagi, Isabella sayang."

"Selamat pagi, Ibu." Ujar Isabella membalas sapaan hangat ibunya yang terlihat sedang menyesap teh hangat ditemani biskuit. "Ibu membeli semua bunga ini?"

"Tentu tidak, sayang." Lady Vandeleur terkekeh pelan, "Mr. Harley melaporkan pagi ini rumah kita kedatangan banyak sekali tamu yang membawakan bunga untukmu."

"Untukku?" Isabella cukup terkejut, menatap bunga-bunga yang berserakan di lantai dengan raut keheranan. "Bunga itu banyak sekali, bu." Isabella tersenyum miring ketika mengingat Renese pernah memamerkan dirinya menerima banyak bunga setelah menjalani debut empat tahun yang lalu.

"Sepertinya debutmu kemaren sukses di mata masyarakat."

"Oh, ya, sepertinya Ratu juga memilih dia menjadi calon menantu." Stephen memasuki ruang tamu tanpa mengucap permisi. Isabella menoleh kearahnya masih dengan senyuman yang terukir tipis, "Kembali setelah berkuda?" Pertanyaan itu hanya sekedar basa basi, tanpa menunggu Stephen menjawab sekalipun jawabannya sudah terlihat dari penampilannya yang memakai sepatu boot, rompi pelindung dan helm yang ada ditangannya.

"Seperti yang kau lihat." Ucap Stephen. Perhatiannya beralih pada bunga-bunga yang berserakan, "Sebelum pergi aku sangat yakin ruangan ini masih bersih."

"Adikmu membuat debut yang sukses." Lady Vandeleur meletakkan cangkir teh keatas meja. "Stephen, ibu mau kau yang menyeleksi pria terhormat mana saja yang pantas menemui Isabella." Stephen mengangguk, "Tentu, ibu. Tidak akan ada satupun pria tak pantas yang akan kuizinkan menemui Isabella."

Isabella memeriksa beberapa buket bunga yang diletakkan di atas meja, sedikit tertarik saat melihat ada kartu ucapan yang menulisan nama Stephen. Ia pun mengambil buket tersebut, "Dari Miss Goring untuk Mr. Vandeleur." Bacanya sambil sedikit menggoda, "Kurasa Miss Goring menumpahkan parfum di bunga ini."

"Aku tidak tahu pria juga mendapat bunga." Stephen mengambil buket itu dari tangan Isabella, memperhatikan lebih dekat bunga Krisan yang terlihat cantik.

"Hanya pria yang boleh mengirimkan bunga, itu gagasan kuno. Mencari pasangan itu seperti kompetisi, Stephen. Kalau kau ingin mendapat pasangan yang cocok, maka lakukan yang terbaik sebelum incaranmu di ambil orang lain." Stephen dan Isabella saling melempar tatapan lalu beralih menatap ibu yang tersenyum penuh arti. "Itu juga berlaku untukmu, Isabella."

BURNING BLUE ━━ bridgertonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang