[IND & ENG FAN FICTION]
"It only has to make sense of you." -isabella.
"You are the bane of my existence. And the object of all my desires. Night and day. I dream of you." -anthony.
#1 regency [24/5/24]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di pertengahan malam musim panas yang ramai di kota Mayfair, derap langkah kaki kuda membelah jalanan di bawah lampu jalan yang remang. Semakin kereta kuda berjalan menjauh, semakin dekat mereka dengan kediaman Bridgerton.
"Isabel, berhenti mengoyangkan kakimu."
"Sorry, mother."
Di sepanjang jalan menuju ke kediaman Bridgerton, Isabella merasa sedikit gelisah. Kegelisahan itu membuatnya reflek menggoyang-goyangkan kakinya pelan, dan hal itu tak luput dari perhatian Ibunya.
Isabella menyibak tirai yang menutupi jendela trem untuk melihat keluar. Hari yang sudah malam membuat jalanan di Mayfair tak seramai ketika di siang hari. Melihat jalanan yang kering, Isabella sedikit merindukan hujan. Rasanya sudah berminggu-minggu hujan tak turun setelah memasuki musim panas.
"Mom, sejak kapan kau mulai berteman dengan Lady Bridgerton?" tanya Isabella memecah keheningan.
"Apa aku tidak pernah memberitahumu?" Isabella menggeleng pelan. Lauriel berdeham pelan, tak langsung menjawab karena mencoba merangkai setiap kata yang ingin ia ucapkan. "Aku dan Violet mulai berteman sejak kami masih muda. Ada banyak sekali undangan pesta musim panas tersebar. Dan di setiap pesta, aku selalu melihat Violet berdiri menyendiri."
"Wallflower?"
Kata tersebut langsung terpikirkan oleh Isabella setelah ibunya mengungkapkan Violet seorang penyendiri. Wallflower merupakan sebutan untuk seseorang yang sangat pemalu, sehingga biasanya mereka lebih memilih berdiri atau duduk sendirian daripada berinteraksi dengan kelompok yang lebih besar.
"Ya." Lauriel terkekeh pelan karena kenangan yang membawanya kembali ke masa lalu. "Aku memiliki banyak teman, sedangkan Violet tidak memiliki teman. Setelah beberapa pesta, akhirnya aku memutuskan untuk menghampirinya." Lauriel menjeda ucapannya, tersenyum tipis.
"Violet terkejut karena aku mendekatinya bukan untuk mengejeknya. Pergilah, atau kau akan tertular menjadi wallflower sepertiku." Kekehan ringan keluar dari bibirnya, "Bukannya menyambutku, dia malah mengusirku."
"Melihat Lady Bridgerton yang sekarang, aku tidak menyangka dulu dia seorang wallflower— dia terlihat menikmati pesta dan berbaur dengan banyak orang."
"Tentu saja, aku yang mengajarinya cara berbaur." Ucap Lauriel membanggakan diri. Senyuman yang tertaut dibibirnya tak bertahan lama karena teringat akan sesuatu yang menyedihkan. "Bantuan dariku tak seberapa, Edmund yang paling banyak membantu Violet menjadi lebih percaya diri."
Isabella menyadari perubahan ekspresi di wajah Ibunya. Cukup menyadari Edmund adalah suami Violet yang sudah meninggal bertahun-tahun lalu.