BAB 10 (ind & eng)

1.8K 143 10
                                    

Di tengah malam buta yang hanya di isi oleh gaduhnya rintik hujan menghantam permukaan atap, terlihat dua insan yang setengah menggigil di dalam balutan kain basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah malam buta yang hanya di isi oleh gaduhnya rintik hujan menghantam permukaan atap, terlihat dua insan yang setengah menggigil di dalam balutan kain basah.

Mengingat jam telah menunjukkan waktu tengah malam, sebagian besar penghuni Aubrey Hall sudah terlelap dalam mimpi. Bahkan, tak banyak pelayan yang masih berjaga karena memang sudah memasuki jam istirahat.

"Anda menggigil karena kedinginan, Miss. Apakah anda ingin mandi air hangat?"

"Itu tidak perlu." Isabella menolak lembut pelayan wanita yang tadinya sudah di perjalanan untuk kembali ke asrama para pekerja namun harus menunda waktunya beristirahat karena panggilan Anthony.

"Terima kasih atas tawaranmu. Tapi, aku ambil handuknya saja." Kedua sudut bibir Isabella tertarik membentuk senyuman tipis.

Pelayan itu bergegas hendak mengambil alih selimut basah yang menutupi tubuh atas Isabella. Namun, pergerakannya itu terhenti karena menyadari Anthony bisa saja memperhatikan tubuh sang nona muda. Lantas ia pun menegurnya dengan dehaman rendah.

Mengerti akan maksud dibalik dehaman itu, Anthony langsung berbalik untuk membelakangi mereka dengan canggung. Setelahnya, si pelayan mengambil alih selimut basah lalu memakaikan handuk kering sebagai gantinya.

Suara derap langkah kaki yang berjalan menjauh dari tempat membuat Anthony membalikkan tubuhnya kembali. Kali ini hanya ada dirinya dan Isabella berduaan, sedangkan Lucky telah hilang dari pandangan sejak mereka baru memasuki bangunan.

"Kalau begitu—" Isabella terdiam sejenak merasakan dadanya yang masih berdebar walaupun tak sehebat sebelumnya.   "Aku akan kembali ke kamarku."

"Please, Miss Isabella." Anthony berucap sambil menunduk singkat, mengangkat tangannya sampai sebatas perut untuk mempersilahkan kepergian Isabella.

Dengan gugup Isabella memainkan jari jemarinya di balik handuk. Berkutat pada pemikirannya tentang apakah ia harus berterima kasih atas perhatiannya malam ini. Rasa gengsi di dalam dirinya seolah menahan bibirnya untuk tak mengatakan ucapan apapun yang bisa menyenangkan Anthony.

Pada akhirnya, Isabella pergi begitu saja meninggalkan Anthony. Kaki rampingnya terus melangkah hingga mencapai tangga. Isabella menoleh perlahan, penasaran apakah Anthony masih berdiri di sana.

Melihat Anthony masih berdiri di sana sambil memperhatikan pergerakannya membuat Isabella lekas membuang muka. Mengarahkan pandangan ke arah manapun asal tak melihat wajah Anthony.

Anthony terus memperhatikan kepergian Isabella sampai gadis itu tak terlihat lagi. Mungkin dia sudah memasuki kamarnya selama menginap di sini.

Merasa sudah tidak ada lagi yang perlu dilakukan, Anthony memilih kembali ke kamar tidur. Senyuman tipis terbentuk di bibirnya saat berjalan melewati pintu kamar Isabella.

Ketika melihat Isabella berlari menerobos hujan tanpa alas kaki dan seorang diri, Anthony langsung menyusulnya tanpa pikir panjang. Walaupun mengetahui taman Aubrey Hall cukup aman karena terdapat pagar yang mengelilingi kawasan tersebut, ada sesuatu di dalam diri Anthony yang mendorongnya untuk menyusul Isabella di kegelapan malam.

BURNING BLUE ━━ bridgertonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang