BAB 2 (ind & eng)

2.8K 255 4
                                    

Isabella berjalan mondar mandir di dalam ruang kerja sang ayah selama hampir bermenit-menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isabella berjalan mondar mandir di dalam ruang kerja sang ayah selama hampir bermenit-menit. Setelah puas melakukan itu, ia duduk ke kursi dengan posisi kaki kanan menyilang ke atas paha kiri. Sementara tangan kanannya menopang dagu di atas meja. Prilakunya ini tak luput dari perhatian Lord Vandeleur yang kehilangan fokus untuk melakukan pekerjaan.

"Ini aneh—" Isabella menjeda ucapannya, menerka perasaan mengganjal di dalam benaknya. "Aku sudah terbiasa memulai hari dengan bekerja di kantor, tapi sekarang, yang aku lakukan hanya duduk diam menonton ayah."

"Itu tidaklah aneh, sayangku. Kau hanya belum terbiasa." Lord Vandeleur beranjak dari kursi, berjalan menghampiri putrinya yang masih memancarkan aura kegelisahan. "Tidak perlu merasa cemas meninggalkan pekerjaan di Paris. Itu bukan tanggung jawabmu lagi."

"Itu yang membuatku aneh, Ayah. Pekerjaan itu bukan tanggung jawabku lagi." Isabella menggigit pelan bibir bawahnya. Lord Vandeleur terkekeh lalu mengisi kursi kosong disebelahnya, "Pekerjaan itu ada ditangan yang tepat."

Isabella tersenyum singkat. "Ya, Renese orang yang tepat."

Tiga tahun yang lalu saat Isabella masih menginjak usia sembilan belas tahun, ia berangkat dari London ke Paris untuk memenuhi dedikasinya menjalankan bisnis milik Keluarga Vandeleur. Saat itu, Renese sudah memasuki usia dimana dia harus terjun ke masyarakat. Hal itu membuatnya tak dapat menetap di Paris. Tuan dan Nyonya Vandeleur masih punya satu putra yang diharapkan bisa mengisi peran tersebut, namun Stephen terlalu sibuk menempuh pendidikan di Harvard. Akhirnya, Isabella yang saat itu terbilang masih awam menawarkan diri untuk mengisi peran memimpin bisnis keluarga di Paris. Meskipun tanpa sebuah pengalaman, Isabella berhasil membuktikan ia mampu menjalankan bisnis selama hampir tiga tahun tanpa hambatan.

Setelah Renese berhasil membangun keluarga kecilnya bersama suami dan satu anak laki-laki, dia menggantikan posisi adiknya yang akan terjun ke masyarakat London. Dia melakukan hal serupa seperti yang adiknya lakukan untuknya tiga tahun lalu. Roda berputar kembali pada porosnya. Mungkin itulah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan situasi mereka saat ini.

"Ayah bertanya-tanya apakah ayah juga akan merasa resah sepertimu saat menyerahkan bisnis untuk dijalankan oleh kakakmu."

"Stephen pasti akan melakukannya dengan baik. Tak ada yang perlu ayah cemaskan."

"Katakan itu pada dirimu sendiri."

Isabella tertegun setelah mendengar ucapan sang ayah. Ia menyadari dimana letak kesalahan yang membuatnya merasa cemas pagi ini. Isabella menyadari bahwa dirinya terlalu egois karena menganggap Renese tidak bisa menjalankan bisnis sebaik yang sudah ia lakukan selama ini. Ini bodoh. Perasaan kecewa menguasai dirinya. Rasa bersalah memenuhi pikirannya karena sudah tidak mempercayai kemampuan sang kakak.

Lord Vandeleur tersenyum tipis, lalu menepuk bahu putrinya beberapa kali sebelum kembali ke meja kerja untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

BURNING BLUE ━━ bridgertonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang