BAB 9 (ind & eng)

2.2K 208 14
                                    

Selama tiga tahun menghabiskan waktu tinggal di Paris, Isabella tidak mengingat kapan terakhir kali dirinya bepergian bersama Ayah, Ibu dan dua saudaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama tiga tahun menghabiskan waktu tinggal di Paris, Isabella tidak mengingat kapan terakhir kali dirinya bepergian bersama Ayah, Ibu dan dua saudaranya. Dua jam perjalanan menuju rumah leluhur Bridgerton menaiki kereta kuda cukup mengobati rasa rindu Isabella.

Perjalanan yang cukup menguras tenaga karena mengharuskan duduk terlalu lama terbayarkan oleh pemandangan indah bangunan Aubrey Hall dan kawasan di sekitarnya.

Isabella mengintip keluar ke balik tirai jendela trem, senyuman tipis terukir di bibir tipisnya. Ada rasa antusias dalam dirinya. Suasana pedesaan yang tenang dan damai membuatnya bersemangat. "Rasanya hampir seperti liburan keluarga yang kita lakukan bertahun-tahun lalu."

Dehaman ringan terdengar dari Stephen yang duduk di depan Isabella. "Bukankah sebelum berangkat, kau yang paling tidak bersemangat di antara kami?"

"Itu beberapa jam yang lalu, sekarang aku sudah berubah."

"Perubahan yang sangat signifikan."

Isabella menyipitkan matanya menatap Stephen dengan sorot penuh curiga. "Kalau tidak salah, kau punya jadwal duel hari ini di klub boxer Mr. Mondrich." Kening Stephen berkerut mendengar itu. "Apa yang mengubah pikiranmu untuk bergabung menikmati tiga hari sebelum Bridgerton Ball di Kent?"

"Anthony memintaku bergabung, katanya akan ada pertandingan Pall Mall."

"Oh, Pall Mall." Sahut Lauriel. "Permainan itu memang turun temurun di mainkan oleh keluarga Bridgerton, bahkan sampai sekarang. Edmund sering mengundang aku dan ayah kalian bermain Pall Mall di rumahnya bersama Violet."

"Ya, di sanalah kami bertemu satu sama lain. Aku teman akrab Edmund, dan Ibu kalian teman dekat Violet."

Lauriel tersenyum simpul ketika tangan Albert menggenggam tangannya. Isabella dan Stephen saling bertukar pandang dengan senyuman tipis di bibir mereka. Menyenangkan rasanya melihat orang tua mereka masih larut dalam perasaan cinta bahkan setelah bertahun-tahun lamanya menikah.

Ketika keluarganya menjunjung tinggi cinta, bagaimana bisa standar Isabella dalam memilih pasangan bukan karena berdasarkan cinta juga?

"Bisa saja pertemuan Stephen dan Miss Eloise merupakan hal baik."

Stephen tersedak ludahnya sendiri saat mendengar Ibunya mengatakan itu. Isabella tertawa pelan karena merasa lucu melihat ekspresi terkejut di wajah kakaknya itu.

"Apa-apaan itu?" Stephen keheranan.

"Mungkin saja kau dan Eloise Bridgerton akan menjadi pasangan yang cocok." Ucap Isabella mewakilkan Ibu dengan maksud menggoda Stephen.

Stephen memandang keluarganya dengan raut tak percaya, "Seharusnya aku tidak ikut saja!" Serunya nyaring lalu meraih gagang pintu trem. Isabella membelalak melihat itu, "Apa yang kau lakukan?" Di tahannya tangan Stephen untuk tak menarik ke bawah gagang tersebut.

BURNING BLUE ━━ bridgertonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang