BAB 1 (ind & eng)

3.2K 302 7
                                    

Mayfair, London 1814

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mayfair, London 1814

Langkah kaki kuda membelah jalanan kota Mayfair. Berjalan diatas tanah rata berkrikil sambil menarik sebuah trem berwarna putih tulang dilengkapi motif bunga warna warni. Beberapa kereta kuda lainnya memasuki kawasan kota, menandakan banyak penghuni asli kota ini telah kembali dari liburan untuk menikmati musim panas. Musim yang selalu di nantikan. Musim yang menjadikan para ibu, pria lajang dan gadis lajang berkompetisi secara anggun. Musim dimana perayaan pesta banyak di lakukan oleh kaum bangsawan.

Tirai penutup jendela trem tersibak ke samping. Tarikan nafas panjang di selingi hembusan santai terdengar dari gadis yang menempati trem tersebut. "Sudah lama sekali, aku rindu kota ini." Tarikan di kedua ujung bibirnya membentuk senyuman lebar. Matahari yang bersinar terang diluar sana tidak menjadikan orang-orang bermalas-malasan berdiam diri di rumah.

Daun rimbun membentang luas diatas sungai mengalir. Suara sahut menyahut dari insan yang saling bercengkrama terdengar di kota Mayfair. Suara gelak tawa dari anak-anak yang bermain satu sama lain memenuhi taman kota. Kicauan burung terdengar damai, seolah mereka menyambut musim panas dengan gembira.

Kereta kuda memasuki pekarangan rumah yang di hiasi tanaman hijau merambat. Kusir menghentikan kuda tepat di depan bangunan rumah khas keluarga bangsawan.

"Kita sudah tiba, Miss Isabella." Kusir membuka pintu trem, mengulurkan tangan untuk menyambut sang nona muda turun dari sana.

Isabella membalas uluran tangan kusir. Berhati-hati ketika melangkah turun dari trem. Jarinya bergerak melepas sarung yang sudah membungkus tangannya. Matanya berbinar menatap kagum bangunan indah nan kokoh di depannya. Bibir tipisnya membentuk senyuman indah, memperlihatkan deretan giginya yang rata. Dua tahun tidak pulang, Isabella mengakui sangat merindukan tempat ini.

"Selamat datang di rumah, sayang."

Pelukan hangat menyambut Isabella. Lady Vandeleur yang tak lain ibunya sendiri memberinya kecupan ringan di pipi. Dia menatap takjub wajah Isabella, "Terakhir kali ibu melihatmu lima bulan yang lalu, pipimu masih sedikit berisi."

Isabella terkekeh pelan, "Pekerjaan membuatku sering begadang, bu."

"Itu sebabnya ibu melihat ada lingkaran samar di bawah matamu."

"Oh, maafkan aku ibu. Itu tidak dapat di hindari."

"Tidak masalah." Lady Vandeleur menggandeng tangan Isabella, mulai berjalan membawa putrinya masuk ke dalam rumah. "Ibu akan meminta Evie membuatkan masker untuk mengatasi lingkaran itu."

"Oh, baiklah." Isabella menghempaskan bokongnya ke kursi yang empuk. Pelayan rumah langsung membawakan segelas air yang diletakkan ke atas meja. "Terima kasih." Isabella meneguk air tersebut, melegakan tenggorokannya yang terasa kering. "Air dingin ini sangat membantu."

BURNING BLUE ━━ bridgertonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang