Namanya Sean Pedro Cunha. Seorang remaja lelaki, berusia tiga belas tahun. Tapi memiliki fisik seperti remaja berusia tujuh belas tahun. Penyebabnya simple. Karena ia adalah seorang anak dari pernikahan campuran. Bukan campuran antara garam dengan michin. Tetapi campuran ras. Bukan pula ras Chihuahua dengan Bulldog. Tetapi ras antar bangsa.
Sean, begitu nama panggilannya, memiliki seorang Daddy berkebangsaan Hungaria. Sementara sang Mommy berasal dari Uzbekistan. Meskipun kedua orang tuanya bisa dibilang warga negara asing, tetapi Sean sangat lancar berbahasa Indonesia. Semua ia pelajari dari hasil rajinnya ia melihat tayangan televisi.
Sean sangat suka melihat sinetron ataupun FTV. Bukan karena dia ketagihan seperti layaknya Emak-emak yang meluangkan waktu menonton acara tidak bermutu itu. Sean rajin menonton sinetron dan FTV, untuk belajar berbahasa Indonesia dan bahasa Slang yang sering digunakan sebagai dialog para pemainnya. Tak heran, meskipun kedua orang tuanya hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari, Sean tetap lancar berbahasa Indonesia beserta bahasa Slang-nya.
Sean tidak memiliki teman. Bukan karena dia tidak mau berteman. Tapi tidak diperbolehkan oleh sang Mommy. Alasannya? Tidak jelas. Makanya, Sean menjadi pribadi yang sangat tertutup.
Sean merasa selalu berada di dalam penjara. Karena baik Mommy dan Daddy-nya, tidak pernah mengijinkannya keluar dari rumah. Termasuk di halaman depan rumahnya. Sean hanya di perbolehkan bermain atau sekedar duduk di halaman belakang rumahnya. Dimana di setiap sudut halaman itu, terdapat tembok tinggi menjulang sekitar lima atau enam meter.
Suatu hari, setelah ia menemani Mommy-nya mengantar jenasah sang Daddy yang meninggal akibat overdosis akibat memakai narkoba, sang Mommy mengantar Sean ke sebuah panti asuhan. Dimana sang Mommy meninggalkannya disana.
Apakah Sean sedih? Karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau sang Mommy menjualnya ke panti asuhan tersebut. Sean melihat sejumlah uang di dalam sebuah koper berwarna hitam, yang dibawa sang Mommy sebelum dia ditinggal pergi.
Kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya. Apakah Sean merasa sedih? Jawabannya, tidak. Sean justru senang. Dia sangat bahagia. Belum pernah Sean merasa sebagai itu.
Meskipun kebahagiaan tersebut, ternyata hanya berlangsung selama beberapa jam. Karena saat ia diminta untuk beristirahat di dalam sebuah kamar, baik pintu maupun jendela berteralis besi yang ada di kamar tersebut, terkunci dan tidak dapat dibuka.
Sean hanya bisa pasrah. Kalau memang dia akan mati konyol seperti Daddy-nya, Sean malah akan merasa lega. Paling tidak, dengan itu dia bisa benar-benar merasakan artinya kebebasan.
🍹🍹🍹🍹🍹🍹
Pagi harinya, sekitar pukul lima pagi, Sean dibangunkan oleh seorang wanita, yang Sean kenali sebagai Ibu Panti. Alias pemilik dan pengelola panti asuhan tersebut.
Setelah diberikan sarapan pagi, dan juga sudah selesai mandi, Ibu Panti mengajak Sean ke kantornya. Disana, menanti seorang pria berpakaian suit yang sangat rapi. Perawakannya tinggi tegap dengan kulit berwarna coklat keemasan, terlihat tampan. Coba saja dia tersenyum, pasti akan semakin mempesona, begitu yang ada di dalam pikiran Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spin Off Collection of °•¤ Re:XXX ¤•°
FantasyDear failure, thank you for making me wiser. Dear pain, thank you for making me stronger. Dear brokenness, thank you for making me value wholeness. And dear life, thank you... for making me realize that as long as I breathe, I will fight the good f...