Amarillo mengerutkan keningnya saat melihat Adam melangkah masuk. Sedari tadi, ia menunggu kedatangan Adam di sofa yang berada di depan sebuah televisi layar datar berukuran besar ditemani Rafael.
"A...dam?" Amarillo bertanya ragu.
Tangannya terulur dan meraih kepala. Bahu. Meremas kedua lengan Adam. Bahkan sampai memeluk Adam, hingga membuat Joshua dan Rafael berjengit. Sementara Adam sendiri, memberikan isyarat pada keduanya dengan meletakan telunjuk di bibirnya. Sementara tangan satunya balas memeluk Amarillo, yang kini sedang terisak dan terus menerus meminta maaf.
"Raf... Boleh gue bicara empat mata dengan Illo?" Adam bertanya dibarengi dengan tersenyum kecut. "Elu tunggu disini, Josh."
"Kalian ada apa?" Joshua bertanya dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat tak senang. Tapi ia hanya bisa menghela nafas ketika melihat Adam memberikan tatapan mata tajam. "Okay. Fine. Silahkan!"
🍹🍹🍹🍹🍹🍹
"Elu... apa?" Joshua bertanya setelah menginjak gas pada mobil yang sedang ia kendarai. Kalau saja Adam tidak mengencangkan sabuk pengamannya, kepalanya pasti sudah terantuk dengan keras pada dashboard.
"Elu mau gue tonjok, hmm?!" Adam mengacungkan tangan kanannya yang terkepal kearah Joshua.
Tentu saja ia kesal, tapi ia juga tidak akan benar-benar melakukan hal tersebut. Ia terlanjur menyayangi Joshua. Dan tidak akan pernah tega untuk menyakitinya.
"Elu tadi bilang apa, Dam? Kayaknya gue salah denger deh," Joshua sekali lagi bertanya. Ia sempat memejamkan kedua matanya, mengira kalau Adam benar-benar akan mendaratkan tinju ke wajahnya. Tapi ia hanya bisa bernafas lega, ketika Adam hanya mencubit gemas pipi kirinya.
"Maaf Josh... gue bohong ama elu..."
"Bohong... Gimana?"
"Gue pernah bilang tentang mantan yang udah bikin hati gue hancur berkeping-keping. Sebelum kita jadian, kan?"
"Hmmm... Uhuh...?! Lalu?"
"Gue bilang, kalo Amar mirip dengan mantan gue, kan?"
"Yup. Gue masih inget."
"Sebenarnya... Amar bukan mirip, Josh. Tapi dia emang mantan gue..."
"... ..." Joshua terdiam. Ia bingung.
"Masalahnya adalah... Walaupun gue pernah jalan dan menjalin hubungan dengan Amar... Bukan Amar yang sekarang... yang menjadi kekasih gue itu."
"... Lantas?"
"Josh... Fisik gue emang bocah berusia belasan tahun. Tapi jiwa gue, sudah lebih dari tiga puluh tahun," Adam menjelaskan dengan membalas tatapan mata Joshua. "Gue datang dari masa depan. Jiwa gue terlempar ke masa lalu, yaitu masa kini yang kita jalani ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spin Off Collection of °•¤ Re:XXX ¤•°
FantasyDear failure, thank you for making me wiser. Dear pain, thank you for making me stronger. Dear brokenness, thank you for making me value wholeness. And dear life, thank you... for making me realize that as long as I breathe, I will fight the good f...