HUSEIN

161 11 0
                                    

𝓞𝓻𝓲𝓰𝓲𝓷𝓪𝓵 𝓿𝓮𝓻𝓼𝓲𝓸𝓷 𝓯𝓻𝓸𝓶 𝓬𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 [ Re:XXX • 102 ]

"Jadi kamu sengaja mengosongkan dua apartemen, untuk kamu pakai sendiri?" Sean bertanya pada Husein.

Husein mengangguk. "Satu di lantai dua puluh satu," jawabnya.

"Yang studio tadi?" Sean bertanya. "Disana semuanya serba simple dan minimalis."

Husein kembali mengangguk. "Satu lagi ini. Di lantai tiga puluh. Khusus untuk kita," jelasnya.

"Yang ini... punya view bagus. Langit dan laut."

"Pantai!" Husein mencoba meralat.

"Tetep aja itu laut!" Sean menunjuk kearah pemandangan di hadapan mereka.

Husein sedikit bergeser. Hatinya terasa berbunga-bunga saat sikunya menyentuh siku Sean. Membuatnya merasa konyol sendiri. Bicara berdua di balkon seperti sekarang, membuatnya teringat dengan kenangan masa lalu.

Saat itu mereka berdua masih SMP. Sean yang baru di temukan oleh Adam, Kakak Tirinya, membuatnya tinggal sendirian di sebuah flat apartemen berjenis studio. Hanya ada sebuah sofa. Sebuah televisi berukuran besar. Sebuah kamar tidur. Sebuah dapur.

Tapi Sean selalu minta ditemani Husein untuk mengusir rasa sepinya. Karena ia ingin membuat sebuah kenangan manis, tentang dua orang yang bersahabat.

Dan tanpa Sean ketahui, sejak saat itu tumbuh sebuah rasa. Di dalam hati Husein.

"Kenapa harus laut?" Sean bertanya seraya merangkul bahu Husein.

Meski hari berganti. Dan waktu berlalu dengan cepat. Tapi hanya ada satu kebiasaan Sean yang tak pernah berubah. Yaitu kebiasaannya untuk bermanja-manja tiap kali sedang berdua saja dengan Husein.

"Perpaduan warna biru langit dan lautnya, mirip dengan warna matamu," jawab Husein jujur. "Aku... suka warna itu."

"But I hate it."

"Why?"

"That's just not my fave..." Jawab Sean jujur. Karena sebagai dirinya yang sebenarnya sebagai Holdhónap, biru adalah warna favorit Kakaknya. Yaitu Föld. Sementara warna dirinya adalah perak dan putih.

"At least... I love it."

"Those colour or... Me?"

"Both."

Sean memandang kearah mata Husein. Caranya memandang, selalu berhasil membuat jantung Husein berdegup kencang. Teramat kencang. Sampai ia ingin Sean mendengarnya.

Husein lelah untuk selalu berbohong. Bohong pada dirinya sendiri, bahwa ia sangat menginginkan Sean. Lebih dari sekedar sahabat. Lebih dari sekedar saudara.

"Sein..."

Husein selalu senang dengan cara Sean memanggil dan menyebut namanya.

"Kamu tahu... aku sangat menyayangimu. Tapi cintaku... hanya milik Wisnu seorang."

"Iya."

Sean menatap sedih kearah Husein yang kini berpaling menatap ke arah pantai. Rambutnya yang tertiup angin, membuatnya terlihat semakin tampan. Tapi bukan itu yang menjadi fokus utama Sean saat ini.

Di dalam setiap kalimatnya tadi, Sean melihat Husein sedang menenggak satu persatu racun. Yang suatu saat akan merusak dirinya sendiri.

Husein menoleh. Membalas tatapan Sean yang sedang memperhatikannya. Senyumnya terkembang lebar. Belum pernah Sean melihat Husein sebahagia itu. Sorot mata itu, tak nampak mengharapkan apapun. Justru terlihat sangat jelas, Husein rela memberinya apapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spin Off Collection of °•¤ Re:XXX ¤•°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang