Begitu mengunci pintu kamar, Rafael bergegas merogoh saku celana dan mengeluarkan smartphone miliknya. Tidak ada panggilan tak terjawab seperti biasanya. Tapi itu justru membuat hatinya semakin cemas. Biasanya, ada sekitar sepuluh. Bahkan mungkin lebih. Panggilan tak terjawab. Dan hanya satu nama yang akan melakukan itu. Rafael menarik nafas dalam-dalam dengan perasaan tak karuan ketika melihat sebuah SMS yang belum terbaca.
°Orang bilang, rindu itu indah. Tapi buat gue, terasa sangat menyiksa. Gue petik dari lagu. Setelah gue pikir, ternyata bener!! I miss you.°
Rafael tersenyum usai membaca pesan tersebut. Matanya melirik jam pada salah satu sudut layar smartphone-nya. Pukul 4.00 pagi. Ia pun lalu menghitung dengan jarinya. Efek alkohol membuat kepalanya tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Berarti disana jam sekitar jam enam sore," ujarnya lirih. Dan tanpa berpikir lagi, ia pun menyentuh icon Home pada layar smartphone yang merupakan hadiah dari Adam. 'Biar kalian gampang berkomunikasi,' ucapnya pada Rafael beberapa tahun silam.
Rafael menunggu dengan gelisah saat ia menunggu orang diseberang sana menerima panggilan video call darinya. Ia bahkan sampai harus menghubungi beberapa menit. Kantuk yang ia rasakan sejenak saja terasa menguap. Sebagai gantinya, resah terasa melingkupi hatinya.
Dan setelah mencoba menghubungi berulang kali, semua panggilan video call darinya tak satupun diterima. Ia pun berinisiatif untuk melakukan panggilan telepon reguler. Tapi...
"Shit!! Kenapa gue sampe lupa isi pulsa reguler?!" Pekiknya panik.
Alih-alih merebahkan tubuhnya, Rafael memasukan smartphone tersebut dan memutuskan untuk memasukan seluruh pakaian miliknya ke dalam koper besar yang ia letakan di dalam lemari.
Rafael gelisah. Bukan karena orang yang hubungi tak mengangkat panggilan video call darinya. Ia cemas. Karena sebelum berangkat untuk melakukan tour bersama team-nya, yang sudah ia lakukan sejak empat bulan terakhir, Rafael melihat wajah Amar seperti tak merelakannya untuk pergi.
Rafael mendadak teringat dengan Adam. Seperti halnya Amar, mereka berdua tidak pernah menceritakan penyebab putusnya hubungan mereka terdahulu lebih rinci. Ia juga tidak bisa mengorek informasi dari Joshua, yang memang tidak mengetahui perihal tersebut.
"Amarillo itu suka memendam sendiri rasa sakit dihatinya. Terutama saat sedang cemburu, yang menjadi penyebab berakhirnya hubungan kami," ucap Adam waktu itu. "Pokoknya, kalo elu ngeliat gelagat aneh dari Amar, itu tandanya dia lagi menyimpan amarahnya," lanjut Adam.
Kalimat tersebut mendadak terngiang di dalam kepala Rafael. Usai packing, sekali lagi ia melakukan cek dengan jadwal miliknya. Memastikan kalau ia sudah melaksanakan tugasnya. Meskipun sedang panik, ia bersyukur dengan smartphone pemberian Adam yang menjadi miliknya. Ia jadi dengan mudah mengecek rekening miliknya, yang sudah terisi banyak sekali digit. Dan artinya pekerjaan dia memang sudah selesai.
"Raf, elu mau kemana?" Seseorang bertanya saat melihatnya berlarian menuju lift.
"Pulang! Kerjaan gue disini kan udah kelar!!" Rafael menyahut.
"Mabok lu ya?"
"Mabuk cinta? Iya!!" Rafael menyahut sambil melangkah masuk ke dalam lift.
🍹🍹🍹🍹🍹🍹
Seluruh tubuh Rafael terasa lemas. Selain efek jetlag, semangat karena bisa melepas rindunya saat ini ibarat kerupuk dicelup ke dalam air. Melempem. Dengan lunglai, ia duduk di tepi kasur yang tertata rapih. Selama menjalin kasih dengan Amarillo, ia sudah hapal dengan kebiasaan kekasihnya itu. Semua benda di dalam rumah harus selalu rapih. Setiap sudut ruangan harus selalu bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spin Off Collection of °•¤ Re:XXX ¤•°
FantasyDear failure, thank you for making me wiser. Dear pain, thank you for making me stronger. Dear brokenness, thank you for making me value wholeness. And dear life, thank you... for making me realize that as long as I breathe, I will fight the good f...