Hari pertama masuk sekolah bagi Sean, jauh lebih menegangkan di bandingkan harus bersiap-siap kencan berdua dengan Wisnu. Kencan? Yap! Bagi Sean, kesempatan untuk bisa jalan-jalan berdua dengan Wisnu adalah sebuah kencan. Kencan pertama. Dan harus berkesan, begitu yang ada di kepala Sean.
Sean tau, kalau Kakaknya --Adam-- adalah seorang gay. Bagaimana Sean tidak tau, kalau setiap pagi dia selalu melihat Adam bermesraan di dapur, di sofa depan televisi besar, dan dimanapun mereka berada. Dan hebatnya, Wisnu selalu bersikap biasa saja.
"Om Wisnu enggak punya pacar?" Sean bertanya pada Wisnu yang sedang duduk di sebuah kursi hitam besar di belakang meja kayu yang juga berukuran besar. Sean sedang berada di library, berdua saja dengan Wisnu. Dan barusan, Wisnu baru saja memberitahukan perihal Sean yang akan masuk sekolah.
Sehari sebelumnya, Sean memang di ajak Adam ke sebuah sekolah yang lokasinya tidak terlalu jauh dengan sekolah Adam. Hanya sekitar sepuluh hingga lima belas menit. Jika di tempuh dengan menggunakan kendaraan. Misalnya mobil atau sepeda motor. Tapi kalau di tempuh dengan berjalan kaki, jelas saja lumayan jauh.
Di sekolah tersebut, Sean mengikuti tes masuk. Memang, Sean tidak masuk di awal semester. Sementara itu, hasil dari penyelidikan Wisnu, nama Sean Pedro Cunha terdaftar sebagai salah satu murid dari sebuah homeschooling ternama. Makanya, Sean bisa dengan mudah menempuh tes tersebut. Dengan nilai sempurna malahan.
Tadinya Adam ingin memasukan Sean saja ke SMK-nya. Tetapi Wisnu melarang. Alasannya simple. Sean harus kumpul dan memiliki teman dengan umur yang sepantaran dengannya.
"...Pacar?" Ada jeda beberapa detik sebelum Wisnu balas melempar pertanyaan. "Belum ada", lanjutnya.
"Oya? Padahal Om Wisnu cakep loh."
Wisnu yang sedang mengisi lembaran-lembaran berkas, entah apa, menoleh menatap Sean dengan mengangkat kedua alisnya.
"Terima kasih." Wisnu berucap, dan ada semburat merah di kedua pipinya. Tentu saja Wisnu tidak bisa melihat kedua pipinya sendiri. Tetapi Sean bisa. "Kamu orang kedua yang bilang seperti itu."
"Yang pertama siapa, Om?"
"Kakak tercintamu itu." Wisnu menjawab dengan ekspresi wajah serius menatap berkas-berkas di kedua tangannya.
Sean merasa sudah gila. Karena dia sangat menyukai segala bentuk ekspresi di wajah Wisnu. Termasuk ekspresi wajahnya yang selalu terlihat serius. Sean sampai berpikir, kalau dia sangat terobsesi dengan Wisnu. Dia sangat ingin bisa melihat semua ekspresi di wajah tampan Om-nya itu.
"Kenapa Om enggak cari pacar?"
Wisnu menghela nafas panjang. Ia lalu meletakan semua berkas-berkas di tangannya. Lalu menoleh, dan menatap Sean. Wajahnya yang semula serius, kini terlihat sedang tersenyum.
"Sini Sean."
Wisnu meminta Sean untuk menghampirinya. Sean menurut. Termasuk saat Wisnu meminta Sean untuk duduk di atas pahanya. Meskipun awalnya Sean menolak, tetapi karena Wisnu memaksa, pada akhirnya Sean duduk juga di paha kanan Wisnu. Dengan posisi duduk yang terlihat canggung. Terlebih saat Wisnu melingkarkan tangannya di pinggang Sean.
"Untuk saat ini, keluarga dan perusahaan yang Om pimpin, jauh lebih penting di bandingkan dengan mencari pacar." Wisnu berujar dengan nada suara yang terdengar lembut di telinga Sean.
Tetapi Sean menangkap sorot mata sedih di dalam mata Wisnu.
"Kenapa Sean?" Wisnu bertanya bingung saat Sean mendadak saja memeluknya.
"Sean enggak tau Om pernah ada masalah apa... Tapi jangan kasih Sean sorot mata sedih kayak itu..."
Wisnu semakin terkejut saat mendengar Sean terisak. Ia berusaha untuk tenang, dan membelai punggung Sean dengan lembut. Ia tidak menyangka, kalau Sean adalah tipe anak yang sangat peka. Wisnu tidak berkata apapun. Tidak pula menjelaskan apapun. Tetapi Sean bisa merasakan kegalauan dia dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spin Off Collection of °•¤ Re:XXX ¤•°
FantasyDear failure, thank you for making me wiser. Dear pain, thank you for making me stronger. Dear brokenness, thank you for making me value wholeness. And dear life, thank you... for making me realize that as long as I breathe, I will fight the good f...