7

1.5K 141 15
                                    

Naomi pov

Aku sangat kaget saat nama lidya dipanggil.  Pikiran ku berkata mubgkin saja itu lidya yg lainnya.  Aku berharap itu bukan dia.  Bukan dia yanga aku kenal.

Aku berdiri seketika.  Seluruh tubuhku menegang. Lidya. Dia mulai memasuki ring.

Berarti shanipun ada disini. Dimana dia?

"itu temen kamu kan?" tanya ve aku mengangguk. "apa dia bisa bertarung?? Akupun mengangguk memberikan jawaban.

"dia yang selalu melindungi kita kalau kita dalam masalah." jelaskan. "selalu." lirihku memberikan penekanan membuatku menundung mengingat apa saja yang telah dilakukannya untuk melindungi kami.

Kurasakan dekapan dipundakku.  Kulirik sang pendekap.  Dia melihatku. Menatapku dan tersenyum.  Dia seakan memberikan kekuatan padahal aku sama sekali sedang tidak menampakkan rasa sedihku.  Tapi rasa dia seperti dapat membaca perasaanku itu.

"berarti temen kamu yang satu lagi ada disini juga donk? " tanya ve melepas dekapnya.

"kemungkinan besar sih iya" jawabku karena tak mingkin lidya meninggalkan shani. Jelas mereka bisa kemari karena mengikutiku.

"kamu ga usah khawatir aku suruh temanku buat cari dia." ucapnya seakan mengerti arah pandangku yang sedari tadi bergrilya mencari shani.

"Vin,  tolong cari temennya naomi yang rambutnya panjang dan kurus itu.  Hmmm namanyaaa.. "

"shani. " aku memotong memberitahu.

ve tersenyum pada temannya dan temannya itu tak banyak tanya langsung berlalu begitu saja.

"Nal tolong cek siapa lawan lidya ya." titah ve lagi.

Namun sebelum sempat teman ve yang bernama kinal itu angkat kaki suara gemuruh terdengar menyorakkan satu nama.

"MICHELLE! "

"MICHELLE! "

"MICHELLE."

meneriakkan nama itu dengan penuh semangat.  Suara itu membuatku melihat kearah pintu masuk pemain. Seseorang masuk dengan jubah hitam.

Kulihat bergantian dengan reaksi lidya.  Lidya terlihat meregangkan ototnya. Tersenyum penuh semangat.  Aku yakin lidya sangat menyukai tempat ini.  Karena tempat ini merupakan salah satu temlat yang dicarinya.  Jurang kematian.

"ve lawannya michelle. Gawat ve. " suara kinal terdengar panik.  Vepun terlihat tegang.

Aku pun khawatir tapi tak sekhawatir itu, karena aku percaya lidya pasti bisa.

"memangnya kenapa dengan Michelle? " tanyaku penasaran.

"diaaa...  Diaa petarung yang tak kenal ampun.  Dia akan mencelakai lawannya.  Bahkan dia akan membuat lumpuh lawannya.

Tubuhku menegang.

Lidya pov

Sekarang aku berdiri,  diatara lingakaran jeruji besi.  Takkan ada bisa yang masuk ke sini selain para petarung.  Inilah petarungan tak kenal batas.

Bahkan sebelum aku berdiri disini saat aku mendaftarkan diri pada panitia.  Mereka membuatku sebuah surat. Surat perjanjian pertarunga.  Para petarung dilarang mengajukan tuntutan apapun baik berupa denda uang apalagi melakukan tuntutan atas kekalahan dan luka yang diderita si pecundang. Dan tentunya semua itu diatas materai.

Kenapa aku bisa disini?  Itu gampang aja.  SEtelah aku melihat naomi pergi bersama ve.  Diam diam aku dan shani mengikuti mereka.  Aku khawatir,  bagaimana kalau naomi diperkosa secara kroyokkan?  Kan nanti dia keenakkan.  Hahaha

kitaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang