Keputusan Naomi, Shani dan Lidya

488 53 7
                                    


Lidya tampak memasuki sebuah gedung menaiki anak tangga walaupun penuh dengan rasa lelah dan letih. Hingga sampai di rooftoof.

"Lo disini juga."  Nafas lidya tersanggal sambil bertolak pinggang, tersenyum pada sahabatnya yg pertama kali sampai.

Naomi tersenyum pada lidya kembali menatap langit dengan penuh berkaca. Lidya berjalan menghampiri naomi duduk di samping naomi. Duduk tanpa banyak bertanya dan mempertanyakan. Keduanya memilih diam sakan mengerti mereka datang kemari dengan masalah mereka masing-masing.

***

Viny mengendarai kendaraannya, terkadang melirik pada shani yang hanya berdiam diri. Tak ada kata yang bisa diucapkannya. Tapi apa yang kini terjadi pada sahabatnya adalah kesalahpahaman, tapi tak ada guna ikut campur. Keputusan sudah lidya ambil, walaupun terlihat bahwa lidya tak ingin mengakhirinya.

Dan bertanya pada shani tentang apa yg terjadi dengan lidya pun rasanya kurang pantas, karena viny merasa dia tak ingin memihak siapapun dia ingin penengah. Namun rasanya dalam situasi seperti ini rasanya sulit.

"Beb." Shani mulai membuka suara setelah hampir setengah jam mereka diam dan viny mengendarai kendaraan tanpa tujuan.

"Hmmm. Kenapa?" Viny mengelus rambut belakang shani mencoba menenangkan namun mata masih fokus dengan kemudi.

"Beb, antar aku yaa ke gedung apartemant lama itu." Ucap shani menyebutkan sebuah gedung apartemant yang sudah tidak terpakai.

Viny langsung menuju tempat yang dimaksud shani, viny tau tempat ini sangat bersejarah untuk shani.

Apa mereka berbiat bunuh diri lagi? Pikir itu sempat terlintas dalam pikiran viny namun dienyahkan seketika. Karena viny percaya sekarang mereka sudah cukup dewasa memandang arti kehidupan.

Mereka pun sampai di tempat tujuan. Shani segera turun.

"Beb, kamu pulang aja ya. Kamu ga usah khawatir. Nanti aku pulang sama Naomi dan menginap ditempatnya."

"Hmm. Hati -hati. Jangan terlalu malam."

Shani menuju tempat itu, tebakannya betul dia menemukan kedua sahabatnya duduk menatap langit kelam dan hanya bermandikan cahaya lampu perkotaan.

Naomi dudul di dekat naomi. Mereka diam tak banyak bertanya.

"Hah." Helaan nafas berat naomi dan lidya terdengar, pertanda mereka bersiap bercerita.

"Masalah apa yang membuat lo kesini? Ka ve ga maafin lo?" Lidya mulai bertanya dengan santai.

"Entahlah cecunguk itu maafin gue apa enggak yg jelas dia ternyata udah tau semuanya." Jawab naomi santai. "Terus lo kenapa? Si janda ganjen itu ninggalin lo karena penyakit lo.

"Tidak. Gue yg meninggalkannya. Setidaknya gue ingin terlihat keren." Canda lidya walaupun suasan hatinya sedang tidak baik.

"Hahhahha sudahlah setidknya shani bernasib lebih baik dari kita." Ucap lidya menghibur diri.

"Sebagai sahabat kita ikut bahagia dengan hubunganmu dengan viny."

"Yaa walaupun ga senenarnya aga sedikit kompleks juga sih, ternyata gracia itu kakaknya viny. Walaupun viny tak bercerita terlambat setidaknya aku melihat ketulusan dalam matanya." Ucap shani. "Michelle sama ka ve juga gitu, memandang kalian dengan seperti itu." Shani mengingatkan bahwa kerumitan dan masalah sekrang ini adalah ulah pikiran rumit mereka.

"Wow? Viny adiknya gracia? Berarti kalo di film kan di Indosiar judulnya 'aku mencintai adik dari mama tiriku.' Atau bisa jadi 'pacarku adalah adik dari ibu tiriku yang merupakan mantan kekasihku' bagaimana?" Lidya mengeluarkan jurus canda recehnya.

"Garing lo lid." Kesal shani.

Tawa pun diiring naomi.

"Gue bingung. Gue udah jujur tapi nyatanya kejujuran itu malah membunuh kepercayaan gue. Si cesunguk itu udah tau semuanya dan yg paling parahnya lagi dia cuman ngelakuin semuanya buat melody. Coba pikir aja berarti dia itu udah merencanakan semuanya untuk balas dendam ke gue." Naomi mulai bercerita. "Dan parahnya gue udah ngasih keperawanan gue karena gue cinta sama dia." Naomi mulai berkaca kembali. "Mungkin itu harga yang pas buat gue yg telah ngebunuh ortunya."

"Gimna kalo kamu cuman salah paham naomi?" Lidya mulai bersuara.

"Yaaa aku pikir ka ve bukan tipe orang yang pendendam." Ungkap shani.

"Entahlah. Mungkin kita saja yang tak berjodoh."

"Ya udah lo susul ka ve." Saran shani.

"Mungkin dia udah ga indo sekrang. Dia dari awal emang dapet kerjaan di korea. Jadii yaaa emang niat ninggalin kali."

"Suudzon mulu pikiran lo. Gue awalnya yg minta mbak imel buat deketin lo, buat lo berubah. Tapi yaa lo tau sendirikan mbak gue itu sibuk bgt, kyanya dia minta tolong sama ka ve karena sadar ka ve itu perhatian banget sama lo." Terang lidya. "Gue ngelakuin ini buat kalian, agar kehidupan kalian lebih baik karena ga selamanya gue bakalan di sisi kali. Gue sekrat."

Naomi memeluk lidya dan shani memutar kini duduk disamping lidya. Dan ikut memeluk lidya. Walaupun masalah kini tengah dihadapi mereka, lidya lebih membutuhkan dukungan lebih.

"Bagaimana dengan lo Shan?" Tanya lidya mengalihkan pembicaraan.

"Yaa tadi gue hampir diperkosa lagii sama gracia. Tapi untung viny melindungi gue, setelahnyaa viny menceritakan statusnya dengan gracia. Ternyata mereka udah cukup lama ga ketemu. Terus viny mencoba menyelodiki latar belakangku baru deh dia tau kalau kakaknya yg gila itu nikah sama bokapku. Terus dia berjanji buat ngomongin semuanya sama bokap."

"Hmmm syukurlah. Kita berharap bokap lo bisa ngertiin semua." Ucap naomi.

"Hmmm bukan hanya tentang lo dan viny aja. Tapi juga gimana sebenarnya si gracia itu. Biar semua ga salah paham lagi." Tambah lidya

Lidya menarik nafas panjang dan berdiri, tersenyum memandang cahaya lampu dari deretan gedung bertingkat serta pemukiman rumah lainnya. "Aku sekarang bebas. Aku takkan menuntut diriku untuk sembuh, aku takkan memaksakan diri. Dan aku siap dengan kemungkinan buruk itu. Aku mau ke jerman. Ayah menyuruhku ke sana. Dan ternyata selama ini ayah mencarikan dokter untukku. Aku akan optasi di sana walaupun kemungkinan keberhasilan itu hanya 30%. Setidaknya kali ini aku mencoba, dan setidaknya aku pun sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk itu. Michelle takkan mengetahui kelak jika aku mati, dan kalian kini sudah sangat kuat dan aku percaya kalian bisa membuat keputusan bijaksana."

"Aku hanya bisa berpesan pada kalian. Ada kalanya kita harus menurunkan ego kita. Terutama kamu naomi." Ucap lidya hendak dibantah naomi. " ini bukan soal ka ve. Tapi mungkin awal dari semua masalah kita. Dan aku kini sadar, ayahku saat berkata aku anak membawa sial dan meninggalkan kami, mungkin saat itu ayah butuh waktu menerima keadaannya. Tapi kemarin ayah telpon tentang keadaanku dan menawariku pengobatan, aku baru sadar ternyata bukan aku saja yang berjuang tapi ayah juga."

"Seperti papi mu naomi, walaupun kamu bukan anak kandungnya dia melakukan banyak hal untukmu, apa kamu pikir aku masuk penjara karena cuma-cuma? Kamu salah naomi, aku bukan sekedar disuruh papimu menjagamu disana tapi aku memang dibayar yaaa walaupun aku akan melakukannya walaupun tanpa dibayar. Aku kan selalu ingin terlihat keren 😬"

Lidya terlihat mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Ini untukmu naomi." Memberikan sebuah kertas kertas dokumen penting. "Itu surat kepemilikan sebuah cafe, aku sudah lama mengurusnya. Cafe dari awal sudah atas namamu. Uang yang papimu berikan aku investasikan. Dan selarang semua kuberikan kembali padamu. Uruslah dengan baik, jangan kecewakan aku."

"Shan, sepertinya kamu harus segera berbicara dengan papa mu. Mungkin saja ada kesalahpahaman yang terjadi. Coba kamu pikir jika papa kamu menikahi gracia karena cinta atau nafsu sekalipun papa mu takkan sibuk bekerja di luar negeri, dia akan selalu bersama gracia. Pikirkan itu shan." Lidya memberikan pendapatnya pada shani. "Aku juga punya satu hal penting untukmu." Lidya berbisik pada shani. "Satukan kembali veomi."


Tbc

kitaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang