28 (akhir michelle n lidya?)

979 68 1
                                    

"Hallo.. yaa gue ke sana." Ucap lidya di balik telponnya.

"Loh lid kamu mau pergi?" Tanya melody.

"Iya mbak bentar aku ga lama kok. Aku cuman mau menyelesaikan semuanya sebelum aku pergi." Lidya membawa jaket dan segera pergi.

Lidya memacu kendaraannnya menuju klub. Klub malam tempat biasa dia nongkrong bersama kedua sahabatnya. Tapi tujuannya kini bukan menemani kedua sahabatnya. Namun seorang perempuan kini telah menantinya.

Lidya memasuki ruangan penuh hingar bingar akan alunan musik dan gelombang tarian manusia yg seakan haus kebahagiaan. Lidya nampak santai menggerakan kepalanya mencari yg dicarinya.

Lidya tersenyum mendekat ketika seseorang perempuan bertubuh mungil berjalan kearahnya dengan meliukan tubuhnya sexy.

"Haii sayaaang!" Perempuan itu langsung mengecup pipi lidya bahkan lidya mengalungkan tangannya di pinggang perempuan itu posesif.

"Udah lama nunggu?" Lidy tampak tersenyum.

"Ga ada kata lama untuk nunggu kamuu." Ucap perempuan itu seraya menarik lidya membawanya dalam dance floor.

Mereka menari bersama bahkan perempuan itu tak segan menari sexy dihadapan lidya, lidya tampak menikmati.

Banyak pasang mata melihat kearah mereka. Dan mereka sama sekali tak mempedulikan tatapan itu, toh disini tak ada yang salah menari dengan cara apapun.

"Ituu si lidya kan?" Ucap salah satu yg melihat yg ternyata itu kinal.

"Mana?" Nabilah mencoba memastikan. "Eh iyaaa.. lagh Michelle bilang bukannya lidya susah dihubungi??" Nabilah bingung dan kinal hanya mengangkat bahu tak tau.

"Kita laporin michelle." Nabilah mengangkat telpon namun di tahan kinal.

"Kita liat dulu kalo berlebihan baru bertindak." Saran kinal.

Mereka berdua tampak mengamati pergerakan lidya. Terlihat lidya dan perempuan itu duduk.

"Mas lo kenal sama yg disana?" Kinal bertanya pada bartender dihadapannya.

"Oh lidya sama anin. Itu pacar baru si lidya. Jago baget tuh anak dapet cewe cantik. Tiap hari pasti ada aja tg ditiduri." Ucap badtender tersebut sambil meracik minuman yang membuat kinal dan nabilah melongo.

Merasa situasi semakin memanas akhirnya mereka memutuskan menghubungi michelle.

Lidya kini duduk berama perempuan yg bernama anin ituu. Mereka terlihat mesra dan sebuah alkohol ditangan mereka.

Lidya melirik kearah pintu masuk sejenak. Langsung menarik anin ke pangkuannya.

Michelle yg mndapatkan telpon dari kinal bergegas menuju tempat yg di maksud dengan membawa Zara. Zara memaksa ingin bertemu dengan appanya membuat michelle terpaksa membawa zara juga salah satu pembantunya untuk menemani zara.

"Zara tunggu disini yaa. Ama cari appa dulu di dalam." Zara mengangguk menjawab ucapan michelle.

Michelle masuk ke tempat tersebut. Matanya tak berhenti menjelajah, sampai kedua temannya menghampirinya dan menunjukkan arah yg dicarinya.

"Tuhh yg lagi pangku pangkuan." Ucap kinal.

"Di luar ada zara tolong temani ya nal, aku takut di menerobos masuk." Ucap michelle membuat kinal dan nabilah keluar.

Michelle berjalan perlahan dan ragu untuk mendekat. Entah mengapa rasa sakit ini tak bisa tak tertahankan. Padahal betapa kuat dirinya dulu sebelum menjumpai lidya tapi sekrang, dia selemah ini akan cinta.

"Shhh hmm sayaaanghh ngghhh." DesahAn terdengar dari perempuan tg dipangku lidya.

"Agggggghhh sayaang akuuhh dengar kamuuhg ssgg pnyaaah pacar shhh."

"Aku hanya pacaran sama janda, itu hanya untuk senang senang. Kasian kan mereka butuh belaian. Mereka kan gaus kasih sayang." Komentar lidya membuat michelle yg mendebgarnya kesal.

"Lid, aku mau ngomong." Michelle akhirnya buka suara.

Perempuan bernama anin memalingkan wajah melihat kearah michelle denga wajah bergairah.

"Siapa sayang?" Tanya anin.

"Paling dia butuh belaianku sayang." Jawab lidya sinis. "Minggir dulu sayang, kalo ngurus janda cepet ko, dia cepet keluarnya ga tahan lama kalo di pake." Lidya meremehkan.

Michelle kesal dengan ucapan lidya namun ditahannya, demi zara. Michelle hanya berpikir apa ini lidya yg sebenarnya? Namun terkadang hatinya menampik kenyataan yg dilihatnya.

Michelle langsung menarik lidya keluar.

"Wow buru buru bgt sih udah ga sabar ya?" Goda lidya.

Michelle membawa lidya keluar dan melepaskan pegangannya pada lidya.

"Kamu kemana aja? Zara merindukanmuu." Ucap michele berkaca. Michele memberanikan diri memegang pipi lidya menatap lidya. "Aku tahu kamu lid."

Lidya memasang wajah sendu, mengecup telapak tangan michele yang dipipinya. Seketika lidya menarik pinggang Michele melumat bbir michelle kasar seraya tangannya meremas dada michelle. Michelle mendorong lidya.

Plak.
Menampar lidya keras, bahkan membuat pipi lidya memerah.

"Wow lo berani nampar gue? Lo mau maen kasar? Ternyata lo suka dikasarin ya?" Lidya memegangi pipinya memandang michelle sinis.

"Kamu mau kita putus kan lid? Kia putus! Tapi kamu temuin zara beri dia pengertian baik baik."

"Appaa." Zara keluar mobil belari kearah lidya

Zara menghatapkan lidya langsung memeluknya, namun lidya tetap acuk. Zara menrik pakaian lidya mencari pergatian seraya tangan satunya memegangi kaki lidya.

"Sayaang ko lama sih?" Tanya anin yg keluar dari klub.

Lidya berjalan mendekat pada anin. Zara sama sekali tak melepas kan pegangannya pada kaki lidya. Zara menangis memanggil appanya.

"Sayaang udaahh lepasin. Om sibuk." Michele mencoba melepaskan zara yg terseret.

"Aisshh awaas." Lidya mendorong zara, michele aegera menahan agar zara tak jatuh.

"Hiikks hikkks." Zara menangis. "Appa jahaaat. Appa jahaat. Zala benci appa. Zalaa benciii." Ucap zara menangis seraya belari ke arah mobil.

"Kamu tawarkan banyak hal pada kami, kamu perlihatkan indahnya dunia pada kamii tapi kamu juga yg menyuramkannya. Jika kamu mau mempermainkanku, setidaknya jangan libatkan zara. Dia tak pernah salaah."

Michelle pergi.



Tbc

kitaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang