Ichinose Tokiya

965 77 24
                                    

Seorang wanita berambut (h/c) asik menggerutu di atas sofa empuknya. Televisi yang ia hidupkan diabaikan begitu saja. Ia gundah menunggu kepulangan suaminya- Ichinose Tokiya.

Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Gundah yang menyelimuti (Name) semakin menjadi. Ia terus merutuki suami tercintanya. "Awas kalau dia sudah pulang nanti, akan ku hajar dia." Kedua telapak tangannya saling digosok untuk menenangkan diri.

Sayangnya ucapannya tidak sesuai dengan isi hatinya. Hatinya terus membatin. 'Bagaimana jika Tokiya diculik, bagaimana jika dia ditangkap polisi, bagaimana jika dia diganggu banci taman lawang, bagaimana jika-'

Wow, (Name) secara tidak terduga memiliki pikiran se-paranoid itu.

Gedoran pintu mengagetkannya, pintu terus digedor tanpa henti. Mungkin sang penggedor mau merusak pintu.

Decihan kesal keluar dari mulut (Name). 'Jika yang mengedor ini pemabuk atau bocah micinan ... tunggu saja akibatnya,' batin sang wanita muda.

Pintu dibuka lebar. Menampilkan sosok Ichinose Tokiya, yang tersenyum lebar saat melihat (Name).

Keadaannya cukup berantakan. Ditambah dengan rona merah di pipi putihnya. Kedua tangannya ia rentangkan, langsung menjatuhkan tubuhnya ke sang istri. Mecoba memeluknya.

"Wah--"

"(Name)! Aku pulang~ kau pasti merindukanku bukan! Mana ciuman pulang ke rumahku (Name)~"

What if Your Husband is :
Ichinose Tokiya
(c) Broccoli
Warn : (sangat) OOC, Typo

Pelukan erat yang diberikan Tokiya sudah cukup membuat (Name) sesak. Ditambah lagi dengan bau alkohol yang menguar dari tubuhnya.

Mari berduka untuk pernapasan (Name).

"Kau benar-benar cantik (Name). Kau harus menjadi istriku!" (Name) mengernyitkan dahinya. "Tapi Tokiya, aku ini istrimu."

"Benarkah?"

(Name) mengganguk. Tokiya kembali melancarkan pertanyaan, yang benar-benar tidak terduga.

"Kalau begitu ... mana anak kita (Name)? "

Uhuk...

'Mampus... inikah rasanya ditagih kapan bisa gendong cucu dengan orang tua sendiri? ' batin (Name) yang tertohok ucapan suaminya sendiri.

"Uh... Tokiya, kita belum punya anak." (Name) mengelus dadanya dengan sabar. Teringat sesuatu (Name) langsung menatap Tokiya. "Kau darimana saja Tokiya?"

Tokiya mencoba untuk mengingat-ingat apa yang baru saja ia lakukan. Ia menjentikkan jarinya.

"Oh! Aku pergi ke pesta kecil yang diadakan pria tinggi, berkacamata hitam, dan rambut merah, siapa tadi namanya ... ah! Bercahaya! Disana sangat ramai! Ada Oren, Ikki Merah, ada Pertapa Poni Datar, Mafia Cebol, Tiang Listrik Berkacamata, Manusia Kucing. Uh... ada juga Pemain Marakas, Robot-Robotan, Elsa, dan Kakek Seram. Ah! Perempuan Jadi-jadian dan Om Berotot juga ada!"

Sementara itu orang yang dideskripsikan Tokiya bersin berjamaah.

(Name) menepuk dahi setelah mendengarkan jawaban ngawur suaminya. 'Wow... ini pantas disebut The power of orang mabuk,' pikirnya.

"Tokiya... apa yang kau minum? Dan berapa banyak?"

Tokiya kembali kebingungan. Ia menjentikkan jarinya sekali lagi, tanda ia tahu apa jawabannya. "Oren memberiku air uh ... Saku?"

Prince-samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang