Hyuga Yamato

623 47 2
                                    

Sang fajar sudah bersinar, memancarkan sinar hangatnya ke seluruh dunia. Hangatnya sinar tersebut juga mengusik tidur (Name). Tubuhnya bergerak tak nyaman, mencoba sebisa mungkin menjauhi hangatnya mentari di pagi hari.

Kelopak matanya mulai membuka perlahan. Wanita dengan netra (e/c) tersebut tampak sedang mengumpulkan nyawanya yang masih berterbangan.

Ia menoleh ke kanannya, sinar mentari langsung menyambut matanya yang masih mengantuk. Pandangannya langsung beralih ke arah sebaliknya.

Dan saat itu juga seluruh nyawa (Name) terkumpul sepenuhnya.

Di sisi kirinya, Yamato sedang menopang dagunya dengan tangan kirinya, ia membalas tatapan yang (Name) berikan padanya. Tapi, bukan hal tersebut yang membuat (Name) mendadak tersedar. Melainkan, hilangnya kaos yang Yamato kenakan kemarin malam.

Dengan kata lain, Yamato sedang shirtless di hadapan sang istri.

Wajah (Name) memerah seperti saus tomat. Tubuhnya menegang seketika. Melihat ini, Yamato menarik (Name) kearahnya. Sang wanita kini duduk di atas tubuh sang suami. Senyum miring terukir jelas pada bibir Yamato.

"Apa sang putri tidur sudah kehilangan kutukannya tanpa ciuman seorang pangeran?"

What if Your Husband is :
Hyuga Yamato
(c) Broccoli
Warn : OOC and Typo

Bruk!

(Name) dengan malangnya jatuh dari atas Yamato, dan menghantam lantai marmer kamarnya. Wajah meronanya ia tutupi dengan kedua telapak tangannya. Bahkan, asap sudah mengepul di ubun-ubun wanita pemalu tersebut.

Yamato turun dari kasurnya, mendekati sang istri yang menyenderkan punggungnya di dinding. Kedua tangannya masih setia menutupi wajahnya yang merona hebat.

Ia hendak mengambil kesempatan saat wanita tersebut masih lengah.

Tangan kirinya menghantam tembok di belakang (Name). Memperdekat tubuh kekarnya dengan tubuh mungil (Name). Tubuh wanita tersebut tersentak saat Yamato meng-
kabe-donnya.

"Ya-Ya-Yamato!" Pekik wanita itu, ia tak bisa mengendalikan kegugupannya dengan jarak sedekat itu.

Yamato tak mengucapkan sepatah kata lagi. Tangannya meraih dagu (Name), memberikan (Name) sebuah ciuman yang dalam. Manik oranye nya meneliti setiap bagian wajah sang istri.

Yamato melepaskan bibirnya dari bibir sang istri. Membiarkan (Name) menghirup oksigen sebanyak yang ia perlukan. Wajah (Name) benar-benar merah, mungkin bisa mengalahkan merahnya mawar-mawar milik Ren.

Setelah aksi dadakannya, Yamato dengan santainya berjalan keluar kamar, seakan perbuatannya barusan bukanlah suatu hal yang patut dipermasalahkan.

Lain halnya dengan (Name), wanita tersebut sepertinya sedang eror. Nyawanya seakan baru saja ditarik pergi oleh Yamato. "Ukh... kenapa Yamato harus melakukan hal seperti ini setiap ada kesempatan," ujar wanita tersebut.

'Wa-walaupun dia sering menggodaku ... dengan caranya yang aneh ... te-tetap saja.'

_____
_____

(Name) perlahan menuruni anak tangga, jemarinya megusap permukaan dinding yang ia lalui. Ia menghela napas perlahan, sedikit tertekan dengan sifat pemalunya.

"Apa... ada ... cara agar aku tidak terlalu gugup dalam berbagai macam hal. Ini agak merepotkan,"gumamnya, tangannya membuka pintu lemari es.

Mengintip apa yang ada di dalamnya, ia mengambil sepotong apel dan mengunyahnya perlahan. Saat wanita tersebut membalikkan badannya, ia langsung menabrak tubuh seseorang.

Tentu saja itu suaminya, Yamato.

Wajah (Name) kembali meledak, sebab pria tersebut tidak mengenakan apapun selain handuk putih di pinggangnya. Tetesan air meluncur dari rambutnya yang basah. Tampaknya, idol kekar kita yang satu ini baru saja menyelesaikan mandinya.

Yamato menatap apel yang berada di tangan (Name). Tangannya meraih tangan mungil (Name) yang menggenggam apel. Yamato kemudian menggigit apel tersebut-- tepat pada bekas gigitan sang istri.

Dan untuk kesekian kalinya wajah (Name) kembali memerah. Bahkan suara cerobong asap kereta api sudah menjadi latar suaranya.

"Huah!! Yamato! Untuk apa itu?!"

_____
_____

(Name) melangkah keluar dari kamar mandi yang berada di kamarnya. Dengan balutan handuk di sekujur tubuhnya, (Name) menatap isi lemari pakaiannya.

Pandangannya jatuh pada jaket serta kaos biru tua milik sang suami. (Name) mengeluarkan jaket lama Yamato, memeluk dan menghirup dalam-dalam aroma khas Yamato.

Wanita pemalu tersebut menyelipkan kaos biru tua milik Yamato ke tubuhnya. Longgar, itu yang pantas mendeskripsikan (Name) dengan pakaian milik Yamato. Ia segera memasang celana pendek miliknya, lalu ia mengenakan jaket milik sang pria.

Sang wanita berambut (h/c) tersebut menatap bayangannya pada cermin dihadapannya. Ia beberapa kali memperagakan gerakan-gerakan saat debut pertama kali suaminya.

"Yes call Heavens~ Yes call Heavens~"

(Name) tertawa pelan meilhat tingkahnya. Ia beruntung bahwa sang suami sedang pergi untuk lari paginya. Suara knop pintu dibuka mengagetkan wanita tersebut. "(Name)?"

Sepertinya hoki (Name) tidak berlangsung lama.

Yamato baru saja kembali dari lari paginya. Raut wajah masam terpampang jelas pada wajahnya. Kenapa begitu? Sebab ia kembali bertemu dengan kakak laki-lakinya, Hyuga Ryuya.

Dan kini, ia bertatapan langsung dengan istrinya yang sedang mengenakan jaket lamanya. "YA-YA-YAMATO! A-aku bi-bi-bisa jelaskan!" Jerit wanita tersebut. Ia takut, takut jika Yamato akan marah jika ia sembarangan menggunakan barang-barangnya.

"Hoo...," ujar Yamato mulai mendekati istrinya. (Name) semakin panik, ia berniat melarikan diri. Sayangnya ia kalah cepat, Yamato sudah lebih dulu menyudutkannya.

Deja vù

Bibir Yamato berbisik pelan, "apa kau mencoba untuk menggodaku (Name)?" Yamato meniup pelan telinga (Name). Wajah (Name) benar-benar sudah memanas dan memerah.

Kedua bibir (Name) sudah tak bisa berucap lagi. Ia menutup erat-erat kedua matanya. Deru napas hangat kembali menerpa telinganya, diikuti dengan suara serak Yamato.

"Aku akan membawamu ke surga."

Prince-samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang