Kotobuki Reiji

621 48 1
                                    

Dentingan sendok yang menabrak bibir cangkir menggema di dapur. Seorang wanita berambut (h/c) tengah bertopang dagu sembari mengaduk cangkir di hadapannya. Tangan kanannya menutup mulutnya yang tengah menguap. 'Aku benar-benar butuh tidur setelah ini,' ujarnya dalam hati.

Uapan kembali lepas dari mulutnya. Anak tangga ia naiki perlahan, sembari bertumpu pada pegangan yang berada di sampingnya. Uap panas yang berasal dari cangkir yang ia genggam menerpa wajahnya.

Dengan lemas, ia meraih gagang pintu. Suara sang suami perlahan menyambutnya. (Name) tak sadar bahwa sang suami berada di balik pintu tersebut- sedang mengganti bajunya.

Kaosnya hampir terangkat sepenuhnya, menampilkan lekuk otot di perutnya. Seringai jahil sekaligus menggoda mengembang di wajahnya.

"Ara~ ternyata (Name) ku sudah bisa memberanikan dirinya untuk mengintip suaminya saat dia mengganti baju~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ara~ ternyata (Name) ku sudah bisa memberanikan dirinya untuk mengintip suaminya saat dia mengganti baju~"

What if Your Husband is :
Kotobuki Reiji
(c) Broccoli
Warn : OOC and Typo

Seluruh tubuh (Name) membeku, rona merah meledak di wajahnya. Secara tak sengaja, (Name) menumpahkan air panas dari cangkir yang ia pegang. Naas nya, air tersebut tersiram ke arah Reiji. "Pa-panas!" Pekiknya kaget.

Tangan kiri Reiji mulai memerah akibat panasnya air yang mengenainya. Hal ini membuat (Name) semakin panik. Sang wanita langsung menarik Reiji menuju kamar mandi. Air dingin mengalir dari keran, menerpa tangan Reiji yang memerah. Desisan sakit keluar dari bibir sang lelaki.

Sapuan salep khusus sudah diberikan pada luka Reiji. Kini ia menatap tangan kirinya yang dibalut kasa steril. Sementara (Name) mengelap tumpahan air yang mulai mendingin. Sesekali ia melirik ke suaminya, rasa bersalah mulai membebaninya.

"Reiji...," lirihnya pelan. Reiji hanya tersenyum lembut, pinggir tempat tidur yang ia duduki ditepuk. Mengiyakan keinginan sang suami, (Name) duduk di samping Reiji.

Tangan Reiji mengusap pelan pucuk kepala (Name). Kekehan keluar dari mulutnya melihat ekspresi bersalah sang istri. Pipi sang istri ia raih, memberikan sebuah ciuman di dahi (Name).

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan (Name)-chan. Lagipula ini juga salahku," ujar Reiji. Tangannya ia jentikkan, seakan ada sebuah ide yang melesat di kepalanya. "Bagaimana jika kau ikut aku hari ini!"

(Name) mengernyitkan dahinya. "Bukannya ada Quartet Night?" Ekspresi wajah Reiji yang tadinya senang berubah menjadi memelas seketika. "Mereka jahat! AiAi bilang dia harus pergi, Ranran dan Myu-chan juga begitu! (Naaameee)! kau tak akan meninggalkanku sendiri bukan?!" Rengeknya.

Mau apa dikata, ini resiko suamimu adalah seorang Kotobuki Reiji.

(Name) menghela napas kasar. Kepalanya mengganguk pasrah. Senyum bahagia kembali mengembang pada wajah Reiji. Sang istri ia peluk erat-erat, melupakan rasa sakit yang menjalar di tangannya.

"Kalau begitu... bantu aku ganti baju (Name)." Seringai jahil kembali muncul di bibir Reiji. Bukan wajah merona sang istri yang ia dapat. Melainkan bantal bekas liurnya saat tidur yang menyambutnya. "Mesum!" Pekik sang istri.

Reiji... kapan kau mau belajar.

_____
_____

Dua pasang kaki kini melangkah menuju ruang pertemuan. Disana sudah berdiri seorang gadis dengan rambut pendek, menunggu kedatangan Reiji. "Yahoo! Kouhai-chan, maaf membuatmu menunggu," sapa Reiji saat ia memasukkan ruangan.

"I-ie, tak apa Kotobuki-san, aku datang terlalu cepat," ujar gadis tersebut. Mimik wajah sang gadis berganti, tak suka melihat adanya sang istri dari pria dihadapannya.

Mencoba mengalihkan perhatian, pandangannya tertuju pada tangan kiri Reiji. Panik melanda Nanami, tanpa ragu ia meraih tangan Reiji dan mengusapnya pelan. "Ko-Kotobuki-san, ada apa dengan tanganmu?"

Tangan kanannya mengibas pelan, mencoba menenangkan gadis di depannya. "Maa... maa... hanya terkena air panas itu saja," ucapnya. Nanami menghembuskan napas lega.

(Name) menatap kejadian di hadapannya dengan senyuman yang sangat 'manis'. Begitu juga dengan aura yang menjadi latarnya, aura penuh dengan 'kebaikan'.

_____
_____

Kini (Name) dan Reiji menonton Nanami yang menekan tuts piano sesuai dengan irama yang ia ciptakan. (Name) menatap Reiji yang kegirangan, tak sabar menunggu lagunya akan selesai.

Sang wanita kembali menatap gadis berambut pendek di depannya. Telinganya menangkap sebuah nada yang tak cocok, tentu (Name) langsung menegurnya.

"A-aku tahu itu," jawab Nanami tanpa menatap (Name) sama sekali. Ini membuat aura 'baik' (Name) semakin menjadi-jadi. Kini Reiji lah yang menangkap nada yang tak cocok. "Kouhai-chan, bukannya lebih baik kau mengganti yang ini dengan yang lebih tinggi? "

"A-ah... benar juga. Terima kasih Kotobuki-san." Reiji hanya tersenyum girang. (Name) menatap keduanya dengan aura membara. Ia tak suka dengan Nanami yang sedang mencari perhatian suaminya.

Istilah kerennya (Name) cemburu, dan mungkin iri.

Tangan Nanami tak sengaja menyenggol luka Reiji- yang langsung membuatnya mengaduh kesakitan. "Reiji!" Istrinya langsung menghampirinya, membawa tangan Reiji pada genggamannya.

"A-aku tidak apa-apa...," ujarnya sambil menahan rasa sakit di tangannya. (Name) menatap datar gadis yang masih terpaku di bangku piano. "Kalau begitu, kami permisi dulu."

_____
_____

Reiji terus meringis, (Name) tak sadar bahwa ia menggenggam tangan suaminya terlalu erat. Merasa sudah cukup jauh, (Name) memperlambat laju jalannya.

"(Name)-chan... ta-tanganku," ucap Reiji, masih menahan perih yang menyiksa. Wanita dengan rambut (h/l) tersebut mempertemukan bibirnya dengan punggung tangan Reiji. Jari-jemarinya saling menaut, ibu jari kanan milik (Name) mengusap pelan punggung tangan sang suami.

"Aku tidak suka melihat Nanami mendekatimu seperti itu. A-abaikan dia Reiji," ucap (Name) sembari mengalihkan pandangannya. Pipinya agak menggembung, serta rona malu juga menambah kesan imut padanya.

Manik Reiji sempat membulat, bibirnya menarik senyum kecil. Ah, betapa inginnya Reiji menggoda istrinya yang sedang cemburu ini. Reiji menutup kelopak matanya, wajahnya mendekat-- mengecup dalam-dalam bibir sang istri.

"Un-untuk apa itu Reiji!" Pekik (Name) dengan wajah merah. Reiji tertawa keras melihat reaksi sang istri. Hembusan napas hangat Reiji menerpa telinga (Name). Ia berbisik dengan nada yang merendah.

"Untuk bukti seberapa aku mencintaimu, (Name). And a kiss for your innocent smile."

Prince-samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang