"Shion! Ayo!" Seru seorang wanita, menunggu sosok laki-laki yang tertinggal darinya.
Shion berusaha mempercepat laju jalannya, jalur yang agak terjal sedikit menghambatnya.
Staminanya mulai terkuras, ia tak biasa melakukan pendakian seperti ini. Berbanding balik dengan sang istri.
(Name) menatap Shion yang sudah berdiri di sampingnya. Wanita itu heran, bagaimana mungkin Shion sudah kelelahan padahal mereka baru saja di setengah perjalan.
"Shion, sudah lelah?"
Lelaki albino tersebut mengganguk lemah, ia menjatuhkan tubuhnya ke sang wanita. Membiarkan (Name) menahan seluruh beban tubuhnya.
"Aku lelah (Name), tolong gendong aku."
What if Your Husband is :
Amakusa Shion
(c) Broccoli
Warn : Typo and OOCWajah Shion sudah tenggelam sepenuhnya pada pundak (Name). Wanita tersebut mulai kesulitan untuk bergerak. "Shi-Shion, kau berat!" Tak ada jawaban dari pria tersebut.
"Kita tidak akan sampai tepat waktu jika begini ceritanya Shion! Ayolah, bukannya kau mau melihat bintang di gunung!" Bujuk (Name).
Saat mendengarkan kata melihat bintang, Shion melepaskan tubuh istrinya. Manik ungunya melirik ke sekitarnya.
Hampir di seluruh tempat dihiasi pohon dalam berbagai jenis dan ukuran. Sesekali burung-burung terbang dengan bebasnya melintasi pepohonan yang lebat.
"Tempat ini ... telah diberkati sang bintang," ujarnya. (Name) hanya tersenyum kecil melihat suaminya yang puitis tersebut.
"Kalau begitu, Ayo! Kita lanjutkan perjalanan!" Shion merasakan genggaman pada pergelangan tangannya. Kakinya mulai mengikuti langkah wanita di depannya.
Di sepanjang perjalanan, banyak hal yang telah mereka lihat. Dari hewan-hewan kecil seperti tupai dan kelinci, hingga hewan yang jarang terlihat seperti rusa.
Duo pendaki tersebut kini beristirahat dan duduk diatas batang pohon yang sudah menua. (Name) meraih topi kupluk putih dari saku tasnya. Memasangkannya di kepala sang suami, kedua matanya berbinar-binar melihat penampilan baru sang suami.
"Sudah kuduga kau memang cocok dalam segala warna, Shion!"
Jemari Shion mengusap topi di kepalanya. "Ini... untuk apa?" (Name) tersenyum, jari-jari Shion ia tautkan dengan miliknya. "Tentu untuk melindungi kepalamu, Shion. Dan lihat...." wanita tersebut menunjuk puncak kepalanya sendiri.
"Kita couple-an!"
Shion meremas pelan tangan istrinya. Kedua netra ungunya menatap wajah (Name) dengan ekspresi bermimpi. "Couple... Amakusa suka itu," gumamnya.
"(Name) akan selalu menjadi couple Amakusa. Bintang juga menyetujuinya."
(Name) menampilkan deretan gigi putih miliknya. "Tentu saja Shion! Lagipula... kita sudah sepenuhnya menjadi pasangan," ucap (Name) sambil menatap cincin di jari manisnya.
Shion menggangukkan kepalanya. Seluruh rasah penat yang ia rasakan sebelumnya sudah hilang. Kini ia yang menarik dan memimpin jalan untuk (Name).
"Ayo (Name), bintang tidak bisa disuruh menunggu lebih lama lagi."
"Tu-tunggu Shion! Ini masih terlalu pagi untuk melihat bintang!"
_____
_____Duduk di area terbuka di tengah gunung memanglah hal yang menyenangkan. Dikelilingi pohon-pohon yang menjulang tinggi. Beberapa hewan hutan sesekali mengintip. Udara yang jauh berbeda dengan yang ada di perkotaan.
(Name) menghirup dalam-dalam udara yang dihasilkan oleh pohon disekitarnya. "Hah... udaranya benar-benar sejuk disini, terkadang aku berharap kota punya udara sesejuk ini." Wanita tersebut mengambil kamera digital yang ia bawa.
Ia membidik setiap pemandangan yang tersajikan. Termasuk suaminya yang kini membiarkan seekor burung pipit bertengger pada jarinya.
Siulan pelan keluar dari bibir Shion, seakan ia mengerti apa yang burung tersebut ucapkan. Wanita tersebut tak henti memotret pria albino tersebut.
'Ini akan menjadi foto yang sangat berharga! Kya! Aku tak sabar untuk menunjukkannya pada anakku nanti!'
(Name) merasa ada yang menarik lengan bajunya. Ia menatap Shion yang berada di sampingnya. "(Name), Amakusa sudah memanggilmu daritadi. Apa yang kau potret dengan kameramu? Amakusa tertarik untuk melihatnya," ujar Shion pelan
Panik, (Name) langsung menggeleng cepat. Ia menyembunyikan barang bukti yang berupa kamera dari pandangan Shion. "Tidak ada! Ayo dirikan tenda! Kau bisa membantuku bukan?"
Kedua insan tersebut mulai mendirikan tenda mereka. Sesekali gelak tawa (Name) keluar saat melihat Shion yang kesusahan dalam mengatur tenda. Dan terkadang, Shion harus membantu istrinya saat (Name) salah mengikat simpulnya.
Sebuah momen yang sangat manis, mereka mungkin tidak sadar bahwa hari mulai gelap.
_____
_____Hangatnya api unggun mengusir dinginnya malam. Sesekali jangkrik berbunyi memecah heningnya malam. Dua sejoli itu sekarang duduk di depan api unggun yang menyala.
Kepala (Name) bersender pada pundak Shion, sementara Shion sendiri menyenderkan kepalanya di atas kepala sang istri. Kedua tangan mereka saling bertautan, membawa perasaan kasih terhadap satu sama lain.
"Shion lihat! Bintang jatuh!" Ujar (Name) seraya menunjuk langit. Beberapa bintang lain juga ikut menghiasi angkasa dengan sekedar lewat.
"Para bintang ... mau kita berada disini. Bintang-bintang juga setuju Amakusa bersama (Name)." Wanita disamping Shion hanya menggeleng akan ucapan aneh Shion.
Sepertinya memang Bintang lah yang mendominasi isi kepala Shion dari dulu hingga sekarang.
"Itu...." Shion mengarahkan jari telunjuknya ke atas langit, mengarahkannya pada bintang yang berkelap-kelip di angkasa. "Segitiga Musim Panas," ucap kedua insan tersebut secara bersamaan.
"Kau... tahu?" Tanya Shion, dengan bangga (Name) kembali menampakkan deretan giginya. "Tentu! Selain nilai astronomiku yang paling bagus, kau sering meracuni ku dengan racauanmu tentang bintang."
"Lagipula...." ucapannya sengaja ia gantung. Perasaan ingin tahu Shion mendadak meroket, ia penasaran akan sambungan ucapan wanita dengan rambut (h/c) tersebut.
"Shion menyukainya! Aku harus tahu apa yang disukai Shion, setidaknya aku bisa tahu apa yang membuat Shion bahagia."
Manik ungu Shion membulat sejenak. Ia tak menyangka bahwa sang istri akan berbuat demikian. Pria albino tersebut kembali menggenggam erat kedua tangan (Name). Ia kembali menatap sang istri dengan ekspresi seakan ia baru saja mendapat mimpi yang sangat indah.
"Tetaplah berada pada sisi Amakusa. Dengan (Name) berada di sampingku, itu sudah membuat Amakusa sangat bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince-sama
FanfictionPernikahan-- sebuah ikatan sakral yang menyatukan dua insan dan dua hati, dan membangun sebuah hubungan yang lebih erat. Dia, sang Idola yang menjadi kekasih mu memutuskan untuk menikahi mu, perempuan yang sangat ia cintai. Kisah cinta yang tulus d...