Netra (e/c) (Name) menatap lelah jam di pergelangan tangannya. Punggungnya disandarkan kembali ke kursi mobil, mencoba rileks dari segala kesibukan yang menyiksa. Lelah, itulah yang ia rasakan.
Sesekali ia merasa ingin berhenti menjadi seorang desainer dan beristirahat di rumah tanpa gangguan.
Sayangnya ia tak bisa melakukannya. Banyak orang yang menyukai karyanya dan tak mungkin ia berhenti begitu saja.
Perlahan ia mulai terlelap. (Name) mendengkur halus. Meeting, pembahasan desain, pengukuran, dan berbagai macam aktivitas lainnya membuat (Name) harus terus membuka mata sampai matahari mulai membumbung tinggi.
Mobil yang ia tumpangi berhenti di sebuah rumah mewah. Supir yang mengantarnya berucap. "(Name)-sama, kita sudah sampai." (Name) bangkit dari tidurnya dan melangkah keluar dari mobilnya.
(Name) memasuki rumahnya dengan langkah sempoyongan. Di sepanjang langkahnya, tak sedikit pelayan rumah yang menyapanya. Yang ia balas dengan anggukan akibat terlalu lelah.
Tubuhnya berhenti di depan sebuah pintu besar berbahan oak- pintu kamarnya.
Tangan (Name) meraih gagang pintu. 'Akhirnya istirahat,' batin sang wanita muda sambil membuka pintu dihadapannya.
Netranya kini dihadapkan dengan Ren, yang sedang membaca majalah B*obo di atas sofa. Alis ditekuk tanda ia sedang berkonsentrasi.
Sadar ada yang menatapinya. Ren mengalihkan pandangannya pada sang istri, yang menatapnya dengan wajah seakan ia baru melihat Masato melawak.
"Oh... lady, kau sudah kembali. Kemarilah, dan ceritakan harimu."
What if Your Husband is :
Jinguji Ren
(c) Broccoli
Warn : OOC and Typo(Name) merebahkan dirinya di samping Ren- yang masih membaca majalah yang ada di tangannya. Tangan Ren perlahan mulai memijat bahunya yang sakit. "Ada apa (Name)? Kau terlihat seperti orang dihajar tornado." Kekehan mengikuti ucapan Ren.
"Hmh... pekerjaan gila, lagi. Aku bisa ikut gila...."
Ren memaklumi jawaban ogah-ogahan sang istri. Akan menjadi sebuah bahaya jika ia memberikan respon yang sedang tidak diinginkan sang istri.
Sama bahayanya dengan yang terjadi padanya setelah memberikan Tokiya lima botol sake beberapa hari yang lalu.
Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya berbunyi. Menandakan waktunya untuk bekerja. Kedua tangannya ia tarik, sebagai gantinya ia mengecup dahi (Name).
"Maafkan aku lady, pekerjaan sudah memanggil. Kita lanjutkan malam ini saja~" ujarnya sambil memberikan sang istri wink mautnya, membuatnya mendapat lemparan majalah.
"Mandilah, lalu istirahat aku sudah menyiapkan kejutan untukmu," sambungnya sebelum benar-benar menghilang di ambang pintu.
(Name) mengerjapkan matanya, heran dengan tabiat sang suami yang mencurigakan. 'Apa... dia dirasuki sesuatu? Tunggu dia memang seperti itu, bukan,' batin sang wanita sambil menuju kamar mandi.
Gelap. Itu yang pertama kali terlintas di kepala (Name). Cahaya-cahaya kecil mulai menerangi kamar mandi. Aroma dari lilin aromatherapy menguar, menenangkan seluruh pikiran. (Name) menyelupkan kakinya ke bak mandi. Ia mulai merendam seluruh tubuhnya yang kelelahan.
Kelopak mawar mengambang di atas air yang hangat. Menambah kesan kemewahan. "Hee... jadi ini yang dia maksud dengan kejutan yah?" Suara gumaman (Name) memantul di kamar mandi yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince-sama
FanfictionPernikahan-- sebuah ikatan sakral yang menyatukan dua insan dan dua hati, dan membangun sebuah hubungan yang lebih erat. Dia, sang Idola yang menjadi kekasih mu memutuskan untuk menikahi mu, perempuan yang sangat ia cintai. Kisah cinta yang tulus d...