Otori Eiichi

510 43 4
                                    

Mentega, telur, coklat bubuk, vanilli bubuk, dan gula sudah tertata rapi di atas meja. Wanita berambut (h/c) meneliti kembali seluruh bahan membuat kue di depannya.

'Sepertinya ada yang kurang, tapi apa?' Batin (Name). Penghapus yang berada di puncak pensilnya tak henti mengetuk dagu (Name). Ia melihat kembali catatan bahan-bahan yang ia perlukan.

"Benar juga, tepung. Dan sekarang dimana benda itu," ujar (Name) pada dirinya sendiri. Wanita itu mengecek setiap pintu yang terdapat pada lemari penyimpanan.

(Name) menemukan benda yang ia cari, namun sayang letak tersebut seakan sedang mengejek (Name). Tepat di paling atas lah letak tepung tersebut.

"Eiichi! Apa dia memang suka meletakkan barang yang kuperlukan jauh dari jangkauanku?!"

"Ada apa denganku, angel? "

What if Your Husband is :
Otori Eiichi
(c) Broccoli
Warn : Typo and OOC

Glare maut (Name) lemparkan pada pria berkacamata dihadapannya. Tangannya siap melempar Eiichi dengan catatan yang ia pegang. "Eiichi! Ambil tepung yang kau letakkan di atas sana!"

Idol berkacamata tersebut melirik ke arah yang istrinya tunjuk. Lalu kembali lagi ke arah sang istri, senyum sadis mengembang di wajahnya. "Aku lupa, kalau (Name) itu dua puluh centimeter lebih pendek dariku." Eiichi dengan mudahnya meraih kantong tepung yang istrinya perlukan.

Kedua tangan (Name) langsung merebut tepung dari Eiichi, menimbulkan protes dari pria terkait. "Hei! Tidak ada terimakasih untuk suamimu ini?"

"Hmm..."

"(Name), bukan begitu caranya berterimakasih. Apa harus aku ajari cara berterimakasih yang benar?"

Tangan kanan Eiichi menahan dagu (Name), sementara tangan kirinya membawa sang istri lebih dekat kepadanya. Subjek yang ditahan hanya menatap datar pria dihadapannya.

"Eiichi... lepaskan. Lepaskan sebelum aku mematahkan kacamatamu seperti mematahkan tusuk gigi."

Eiichi melepaskan dagu sang istri seraya bergumam betapa galaknya sang istri hari ini. Ketika Eiichi hendak membuka pintu dapur, suara (Name) menghentikan langkahnya.

"Mau kemana, Eiichi?"

Mendengar nada kurang mengenakan dari (Name), Eiichi memutuskan untuk menjahilinya sedikit. "Bukan kemana-mana, hanya ingin bertemu dengan Nanami sebentar."

Benar saja, (Name) langsung memberikannya tatapan sinisnya. 'Reaksi langsung,' pikir leader Heavens tersebut. "Kau. Tinggal. Disini. Dan. Jangan. Kemana-mana," ucap (Name) dengan penekanan di setiap katanya.

Eiichi hanya terkekeh seraya menggelengkan kepala, istrinya benar-benar seorang yang cukup menyeramkan(?). Pria berkacamata tersebut melilit sebuah apron di tubuhnya.

"Baiklah, sekarang aku harus apa?"

Wanita berambut (h/c) di hadapan Eiichi sibuk menatapnya dari atas ke bawah. "Eiichi..." panggil (Name) pelan. "Ternyata... kau cocok menggunakan apron. Kenapa tidak menjadi koki saja."

"Jika aku pandai memasak."

"Ah, benar juga. Kau tidak pandai memasak," balas (Name) tanpa merasa bersalah sekalipun. Eiichi sendiri memegang dadanya sendiri, merasa tertusuk ucapan sang istri.

"Eiichi bantu aku mengaduk adonannya."

"Baiklah, tapi ajari aku dulu."

Kedua netra (Name) memutar malas, ia mengambil mixer dari laci lemari. Wanita tersebut mulai mempraktekkan cara mengaduk dengan mixer yang benar. Walaupun demikian, ada beberapa bagian kecil dari adonan yang melompat keluar dari mangkuk tersebut.

Dan salah satunya menempel pada pipi mulus (Name).

Wajah Eiichi mendekat, membiarkan Eiichi dengan bebas menjilati pipi (Name) yang kotor. "Rasanya sangat manis sepertimu," bisik Eiichi dengan nada seduktif.

Telapak tangan (Name) langsung menggosok pipinya yang baru saja dijilat. "Eiichi jorok, tisu ada untuk apa?!"

Yah, begitulah ceritanya jika yang diajak membuat kue bersama adalah seorang Otori Eiichi.

_____
_____

Oven kini membakar seluruh kue yang sudah mereka bentuk. Aroma wangi khas margarin dan coklat menyebar ke seluruh ruangan. Kedua orang yang sedang berkutat di depan oven berpikir, apa yang harus mereka lakukan setelah ini.

"Eiichi! Ayo bersihkan toplesnya! Lagipun kue nya tidak lama lagi akan matang," Ujar (Name) seraya mengambil toples dan kain lap bersih.

Toples kaca yang agak kotor disodorkan pada pria berkacamata tersebut. Kedua sejoli tersebut mulai mengelapi toples tersebut hingga mengkilap.

"Ii!"

"Eiichi?"

"Ii!"

"Eii... chi?"

"Ii!"

"EIICHI!! Berhenti mengatakan Ii setelah selesai mengelap toplesnya!"

"(Name)... melihat toples yang bersih karena tindakanmu bisa menimbulkan efek yang memuaskan. Tidak ada salahnya untuk mengatakan Ii pada saat itu."

"Terserah Eiichi ... terserah."

Bahkan istri Eiichi sendiri sudah lelah dengan tingkah edannya Eiichi(?)

(Name) menatap sisa tepung yang tergeletak begitu saja di atas meja. Ide jahil baru saja menetas di kepalanya. Tangan wanita tersebut menggenggam bubuk putih tersebut, meneriaki nama suaminya. "Eiichi!" Lalu melemparkan tepung tepat pada wajah sang leader Heavens.

"Haha! Makan itu Eiichi!" Ucap (Name) dengan semangat 45 nya. Telapak tangan besar Eiichi membersihkan wajahnya yang berbalur tepung. "Hoh... jadi kau yang memulai yah. Baiklah aku terima deklarasi perangmu!"

Kedua orang tersebut kini saling melempar tepung, saling menjahili satu sama lain. Senyum bahagia tak luput dari wajah mereka.

Ting!

Denting suara oven menghentikan acara mereka sejenak. Sarung tangan oven membalut kedua tangan (Name) dan Eiichi. Aroma harum kue yang mereka buat semakin menyeruak.

"Mhm~ baunya benar-benar enak!" Senyum yang terpatri pada wajah (Name) semakin membesar. Melihat ini, tangan Eiichi maju dan menangkup dagu sang istri.

"Terus tersenyum seperti itu angel, tapi senyum itu hanya boleh untukku. Karena kau milikku sepenuhnya."

Omake

"Ii!"

"Eiichi..."

"Ii!"

"Eiichi!"

"Ii!"

"Eiichi! Berhentilah mengatakan Ii setiap memasukkan kuenya!"

Prince-samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang