Pernikahan-- sebuah ikatan sakral yang menyatukan dua insan dan dua hati, dan membangun sebuah hubungan yang lebih erat.
Dia, sang Idola yang menjadi kekasih mu memutuskan untuk menikahi mu, perempuan yang sangat ia cintai.
Kisah cinta yang tulus d...
Dua manik (e/c) berkedip penasaran, menatap figur yang berbaring di atas sofa. Kedua alis menekuk. Jari mungilnya menyentuh pelan pipi orang yang tengah terlelap tersebut. "Wah... lembut!" Bisiknya.
Ranmaru menggeliat tak nyaman, membuat (Name) sedikit tersentak dan menyembunyikan dirinya di balik sofa.
Merasa situasi sudah aman, (Name) kembali mengintip dari tempat persembunyiannya. Ia kembali menatap Ranmaru yang masih tertidur. Tak seperti hariannya, wajah sang idol terlihat lebih tenang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan itu membuat (Name) ingin terus mengganggunya.
Tangannya kembali mencoba untuk meraih pipi sang suami. Tap! Pergelangan tangannya sudah ditahan Ranmaru, yang menatapnya dengan geram. (Name) hanya terkekeh melihat wajah garang suaminya.
"(Name)...," geraman terdengar jelas di setiap huruf yang disebutkan.
"Apa yang sedang kau lakukan!?"
What if Your Husband is : Kurosaki Ranmaru (c) Broccoli Warn : OOC and Typo
Lidah menjulur malu, tangan mengusap belakang kepala. "Ti-tidak ada kok!" Ranmaru menatapnya skeptis. Pergelangan tangan sang istri ia lepas. Ia kembali berbaring, mengabaikan istrinya yang masih menatapnya.
Suara perut yang kelaparan menggema di ruang tamu. (Name) menatap sekaligus mengelus perutnya. "Ran... Ran ... RanRan!" (Name) menguncangkan tubuh Ranmaru. Kedua kelopak matanya terbuka lebar-- memamerkan sepasang mata yang berbeda warna.
"Apalagi (Name)," kali ini ia benar-benar kesal. Yang ia inginkan hanyalah tidur siang sejenak, tapi Ranmaru tak mungkin memarahi istrinya hanya karena hal sepele.
Kedua telunjuknya saling dimainkan. "A-aku lapar," cicit (Name).
"Lalu?"
"Bi-bisa buatkan aku Omurice? " tanya sang wanita pelan. Ranmaru menggerutu singkat. Tubuhnya tetap bergerak menuju dapur. (Name) menarik pelan lengan baju Ranmaru. "Apa?"
(Name) mengigit bibirnya, ragu untuk mengatakan keinginannya. "Bi-bisakah kau memasak dengan shi-shirtless."
"HAH!?"
(Name) agak tersentak kaget akibat suara besar yang Ranmaru ucapkan. "Apa kau gila? Tidak, aku tak mau sakit karena kedinginan," tegas Ranmaru.
"Tapi kita punya pemanas ruangan, Ranran!" Balas (Name) tak mau kalah.
"Salju sudah menutup seluruh kota, dan kau mau aku memasak tanpa pakaian sehelai pun. Kau menyuruhku sakit atau apa!?"
"Bu-bukan aku yang mau ... tapi anakmu yang mau, Papa," ucap (Name) sembari mengelus perutnya yang mulai membuncit.
Menyerah, Ranmaru melepaskan kaos di tubuhnya. (Name) berbatin girang, 'Yes! Berhasil!' Sedetik kemudian ia mulai menyesali permintaannya. Tubuh Ranmaru sudah tak mengenakan kaos, menampilkan seluruh otot tubuhnya.
(Name) berusaha untuk tetap tenang, walau wajahnya memanas. Apron putih melingkar di pinggang Ranmaru. Ia memfokuskan dirinya untuk memasak omurice permintaan (Name). Sesekali melirik sang istri yang menatapnya dengan wajah 'polos'.
Omurice sudah tersaji di hadapan (Name). Bau harum telur menyeruak, membuat gerumuh perut (Name) semakin mengeras. "Ittadakimasu! "
Sesendok omurice masuk ke mulut (Name). Setiap kunyahannya membuat senyum puas mengembang pada wajah (Name). "Huenak!" Mulut penuhnya membuat kata yang ia ucapkan menjadi tak jelas.
Ranmaru yang sudah mengenakan kembali kaosnya, duduk di seberang (Name) hanya menatap datar sang istri yang makan dengan lahap. Jarinya memungut nasi yang menempel di wajah (Name), membuat wanita tersebut menoleh padanya. "Ada apa Ran-- Mphm!" Telunjuk Ranmaru membungkam (Name).
"Kau meninggalkan ini di pipi," ujarnya, menarik kembali telunjuknya. (Name) mengembungkan pipinya sebal. Melihat jarak antara bibirnya dan telunjuk sang suami tidak terlalu jauh, ia memajukan wajahnya-- mengigit kuat-kuat telunjuk Ranmaru.
"Hoi! Untuk apa itu, Hah!?"
"Balas dendam."
_____ _____
Ranmaru dan (Name) kini duduk manis di kotatsu. (Name) duduk dengan nyaman di pangkuan Ranmaru, sambil menyesap minuman yang ia buat. Ranmaru sendiri memilih untuk melingkarkan lengannya di sekitar tubuh (Name), menopang dagunya di atas puncak kepala (Name).
Mata Ranmaru menyiratkan kebosanan, channel televisi tak berhenti berubah. Kantuk perlahan membuai (Name), tubuhnya menggeliat pelan. Saat matanya mulai memejam, (Name) merasakan gejolak di perutnya.
Matanya berbinar-binar, ia langsung menoleh ke sang suami. "Ran! Dia menendang! Di-dia menendang!" Telapak tangan sang idol dipertemukan dengan permukaan perut (Name).
Ia merasakannya, sebuah tendangan kecil yang berasal dari perut sang istri. Menunjukan adanya aktivitas seseorang di dalam sana. Ranmaru tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya.
Ranmaru menyembunyikan wajahnya dibalik helaian rambut (h/c) milik sang istri -- sesekali memberikannya sebuah kecupan. Tangannya yang melingkar di pinggang (Name) mengerat. Ia bersyukur.
Bersyukur dengan adanya (Name) yang selalu ada di sampingnya.
(Name) hanya tersenyum lembut. Matanya kembali menutup perlahan. Televisi di depan mereka dimatikan. Ranmaru perlahan mengangkat sang istri, menggendongnya dengan gaya bridal style, menuju kamar tidur.
Sang idol perlahan menurunkan (Name). Lampu tidur kamarnya dimatikan, hanya cahaya remang dari lampu jalan yang memberikan cahaya. Ranmaru perlahan menaiki kasur yang sama dengan sang istri.
Kini, Ranmaru lah yang menatap wajah tidur (Name). Tertidur dengan senyum yang Ranmaru pikir bodoh, membuatnya tampak manis. Kedua lengan kokoh sang idol mendekap tubuh (Name), menolak untuk jauh darinya. Batinnya bergejolak.
'Sial... melihatnya seperti ini membuatku semakin ingin melindungi senyumannya.'