Hiruk pikuk keramaian di seluruh tempat seakan tak bisa mati. Stan-stan tak berhenti menjajakan seluruh dagangannya. Dan keramaian itulah yang membuat (Name) tertarik mengunjungi festival musim gugur yang diadakan di sebuah kuil yang terletak pada puncak bukit.
Yukata (f.colour) bermotifkan sakura membalut tubuhnya dengan rapi. Wanita itu sedikit kesulitan untuk berjalan menggunakan sandal geta. Itulah sebabnya ia terus berpegangan erat pada suaminya. Sumeragi Kira.
Kira sendiri tak keberatan dengan (Name) yang memengangi lengannya sedari tadi. Bangku kayu yang terletak jauh dari keramaian menjadi singgahan mereka sementara. "Kira... Aah!" (Name) mengesturkan Kira untuk membuka mulutnya.
Gurihnya takoyaki memasuki indra pengecapannya. "Bagaimana rasanya? Enak?" Kira mengganguk singkat, bibirnya berucap.
"Ini... enak."
What if Your Husband is :
Sumeragi Kira
(c) Broccoli
Warn : OOC and Typo"Benarkah? Baiklah akan ku coba!" Wanita manis tersebut menyuap takoyaki ke mulutnya sendiri. Gumaman enak lepas dari mulut wanita tersebut. "Enak!" Tangannya kembali menyuapi dirinya.
Kira hanya menatap sang istri. Ibu jarinya mengusap ujung bibir (Name). Wanita yang masih mengunyah makanan itu menatap heran Kira. Tatapan polosnya seakan bertanya langsung pada netra kuning milik Kira, gerangan apa ia melakukan hal tersebut.
"Ada saus di bibirmu." Ujarnya, masih mengusap-usap noda saus pada wajah (Name). Wanita berambut (h/c) tersebut menampilkan senyum lima jari khasnya. "Terimakasih Kira!"
"Mhm...," timpal pria pendiam tersebut. Manik kuningnya tak lepas dari sosok sang istri yang masih memakan jajanan yang ia miliki. Suara beratnya memanggil sang istri penuh dengan kelembutan. "(Name)."
"Ada apa, Kira?"
"Ayo ikuti aku."
_____
_____Berjalan berdua di bawah indahnya malam bukanlah hal yang buruk. Terutama lagi bersama dengan orang yang dicintai. Kesan romantis melekat erat pada sosok Kira dan istrinya. Kedua tangan saling menaut, sesekali Kira mengusap pelan telapak tangan (Name) yang mungil.
Wanita itu sendiri sibuk meredakan detak jantungnya yang berdegup tak karuan. Ia terkadang mencuri-curi pandang pada pria di sebelahnya.
Angin malam mulai berhembusan. Mengantarkan hawa dingin pada tiap hembusannya. Hembusan pelan tersebut perlahan mulai mendorong awan-awan yang berkerumun. Menutupi sang rembulan yang menjadi cahaya mereka satu-satunya.
(Name) merasa bahwa tanah yang ia pijak mulai menghilang. Lengan kekar mengangkat tubuh mungilnya, memeluknya erat-erat. Kedua lengan mungil (Name) perlahan melingkar pada leher suaminya.
"Kira...?" Bisiknya pelan, keinginan untuk tahu alasan kenapa pria tersebut menggendongnya tertera jelas pada ucapannya.
"Disini gelap, kau bisa terjatuh dan terluka."
Mendengar jawaban Kira membuat senyum (Name) semakin mengembang. Wajahnya semakin ditenggelamkan pada bahu tegap sang suami. Membiarkan aroma tubuh Kira menerpa penciumannya.
Senyum tipis mengembang perlahan pada wajah pria pendiam tersebut. Ia bersyukur gelapnya malam menutupi wajahnya sejenak.
_____
_____Langkah Kira berhenti di pinggir lapangan yang berada di tengah hutan yang mereka telusuri. Suara kerumunan yang ribut teredam jauhnya jarak, tergantikan gesekan ranting yang menenangkan.
Tubuh (Name) didudukan pada bonggol kayu yang telah mati. Kira sendiri menduduki rumput-rumput yang tumbuh dengan liarnya. Sang rembulan kembali menampakkan dirinya, kembali menyinari dunia dengan sinarnya yang mempesona.
Keheningan yang tercipta diantara kedua insan terima dipecah oleh suara jangkrik yang bernyanyi. Sesekali kepakan sayap hewan-hewan malam menggema.
"Kira... apa yang kita lakukan disini?" Tanya (Name).
Pria pendiam tersebut tak merespon, ia seperti mengisyaratkan sang istri untuk mencari jawabannya sendiri. (Name) menghela napas, wanita tersebut sudah mati kutu ingin tahu alasan Kira membawanya kemari.
Di momen sepi tersebut, terjadilah sesuatu yang menakjubkan. Perlahan cahaya-cahaya kecil bermunculan. Berterbangan ke seluruh arah, membawa sinar indah bersama angin. Kedua mata (Name) tak henti berbinar, takjub akan pemandangan di hadapannya.
"Kira lihat! Kunang-kunang!" Sahut (Name) penuh semangat. Pria tersebut mengganguk, senyum kecil terukir jelas pada wajahnya. Ia menyukainya, semangat dan tawa (Name). Sesuatu yang membuat hidup Kira lebih berwarna serta berarti.
"Bagaimana kau tahu tempat seperti ini, Kira?"
"Aku menemukan tempat ini saat masih kecil."
Kedua telapak tangan (Name) menadah, mengharap kunang-kunang tersebut hinggap disana. "Benarkah?" Tanya wanita tersebut tanpa memandang suaminya.
"Kupikir kau tinggal di Kochi dari kecil." Wanita berambut (h/c) tersebut kini menatap Kira. Senyumnya semakin cerah saat menatap pria tersebut.
Kira hanya menggeleng. (Name) memengangi dagunya mencoba mempersatukan puzzle yang berada di dalam kepalanya. "Ah! Pasti kau kesini saat mencoba kabur dari ayahmu!"
"Walaupun begitu tempat ini benar-benar indah!" (Name) menjatuhkan dirinya telat di sebelah Kira. "Aku tidak heran kenapa Kira tidak bisa melupakan tempat ini. Kita bisa kemari lagi nanti! Aku benar-benar senang bersamamu disini, Kira."
Senyum Kira masih terpatri di wajahnya. Tangannya menepuk perlahan kepala sang istri. Suara yang ia simpan ia keluarkan dengan lembut.
"Aku juga senang bersamamu, (Name)."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince-sama
FanfictionPernikahan-- sebuah ikatan sakral yang menyatukan dua insan dan dua hati, dan membangun sebuah hubungan yang lebih erat. Dia, sang Idola yang menjadi kekasih mu memutuskan untuk menikahi mu, perempuan yang sangat ia cintai. Kisah cinta yang tulus d...