Malam hari Raani merasakan sakit diperutnya, ia meringis kesakitan tubuhnya berkeringat dingin membuat Zakki terjaga dari tidurnya.
"Sshhhh... sa..kit." Ucapnya lirih.
"Astagfirullah, kenapa sayang?" Zakki segera membawa kepala Raani kepangkuannya.
"Sa...kit Kak."
"Kamu udah waktunya." Zakki bersiap menggendong istrinya.
"Tapi... dokter bilang dua minggu lagi, Kak."
"Gak sesuai prediksi, sayang. Bentar Kakak ambil kerudungmu dulu."
Setelah memakaikan kerudung di kepala Raani, Zakki menggendongnya dan melangkah keluar kamar.
"Ummi, Abi Raan mau lahiran!" teriak Zakki tetap melangkah menuju garasi.
Agus dan Baiti cepat-cepat keluar kamar dan bersiap tanpa memberitahu Aleeta dan Faisal terlebih dahulu.
***
"Kamu pasti bisa, sayang. Jangan tinggalkan doa dan tetap beristigfar pada Allah." Pesan Zakki sebelum dokter melakukan aksinya.
Tangan Raani tak lepas dari genggamannya, ia terus berada di samping perempuan itu memberikan semangat padanya agar tidak terlalu merasakan kekhawatiran.
Raani melihat ke sisi kanan Zakki yang sudah berada Mamanya, Baiti, dan Agus. Ia menangis menatap wajah mereka satu persatu.
"Mama...." lirihnya, lantas Putri segera mendekati sang putri tunggalnya yang tengah berbaring di atas bankar, diusapnya peluh yang membanjiri wajah anaknya itu
"Maafin Raan, Ma. Jika selama ini Raan selalu buat Mama susah, selalu buat Mama capek banting tulang menghidupkan Raan... Raan pernah buat Mama nangis, pernah bentak Mama, buat hati Mama sakit. Maafin semua kesalahan yang Raan buat, Ma...." tangisnya pecah lantas Putri langsung mendekap putrinya itu.
"Tidak, sayang. Raan sudah menjadi anak yang sholiha buat Mama... Mama udah maafin. Tapi, Mama jamin... Raan gak pernah buat Mama sakit hati."
"Semoga Allah melancarkan proses persalinan Raan, Raan harus semangat yaahh! Gak boleh psimis dan seudzon sama Allah," kata Putri mengakhiri pelukannya, bibirnya bergerak menciumi permukaan wajah Raani seluruhnya.
Setelah Putri kembali ke tempat semula, kini pandangan Raani beralih pada kedua mertuanya itu lantas Baiti dan Agus mendekatinya.
"Ummi, Abi... makasih selama ini udah menjadi orangtua yang baik buat Raan. Kalian bukan hanya mertua tapi Raan menganggap Ummi dan Abi sebagai orangtua Raan. Maafin Raan jika Raan belum menjadi menantu sholiha buat kalian, maafin Raan jika--" ucapan Raani terhenti karena Baiti meletakkan jari telunjuknya ke bibir Raani.
"Kami menyayangimu, Nak. Raan sudah berhasil menjadi anak yang soliha dan menantu yang soliha. Raan adalah menantu impian Ummi selama ini dan Qadarullah, Allah menjawab doa Ummi." Kata Baiti tersenyum mencium pucuk kepala Raani yang masih terbalut khimar instannya.
"Iya Sayang, semoga persalinanmu lancar dan semangat, Nak. Kami selalu bersamamu." Tambah Agus mengusap kepala Raani
Zakki tersenyum penuh haru dan bahagia, ia mendekati Raani dan berkali-kali mencium wajah istrinya itu seraya mengucapkan ribuan kali kata semangat.
Dokter cantik yang telah Zakki pilih untuk menangani Raani pun datang. Sengaja, Zakki memilih Dokter perempuan dan hal itu adalah mutlak. Karena ia tak rela jika seorang laki-laki lain melihat istrinya.
Dokter ber-nametag dr. Ardhea Sakina itu menginterupsi asisten-asistennya untuk segera melakukan tugasnya.
Baiti, Agus dan Putri juga sudah keluar ruangan tanpa disuruh keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raani & Aleeta ✔(TAHAP REVISI)
Spiritual"Kita selalu bersama, apakah sampai kita menikah pun tetap bersama?" -Aleeta Putri Aisyah- . . "Insya Allah... Sampai Jannah-Nya kita akan tetap bersama" -Raani Assyfa - ------------ Selamat datang dikisah dua sahabat muslimah. Semoga sukak, jangan...